Dicibir karena Sarjana Jadi Petani, Iqbal Habibi Buktikan Sukses dengan Bertani
- juragantaniantihoa
- May 31, 2023
- 3 min read

Iqbal Habibie adalah seorang petani muda dari Sukabumi, tepatnya di Desa Margaluyu, Kecamatan Sukaraja, Kabupaten Sukabumi. Saat ini, ia berfokus pada budidaya hortikultura dan pemasaran.
Iqbal merupakan anak petani dan tumbuh besar dalam lingkungan pertanian. Ketekunannya dalam bidang pertanian, sejalan dengan latar belakang pendidikan dia di mana dia meraih sarjana S1 agribisnis dari Universitas Juanda Bogor, Fakultas Pertanian.
Dalam kisahnya yang dimuat dalam Youtube Kementerian Pertanian RI, Iqbal bercerita kalau dia menjalankan usaha pertanian sejak tahun 2018 dengan menanam berbagai jenis komoditas, seperti cabai, tomat, timun, terong, dan sayuran daun. Produk-produk pertanian dia telah tersebar di beberapa pasar, baik pasar tradisional maupun pasar online.
Selain itu, dia juga mengembangkan olahan pertanian, terutama sambal. Dia melihat bahwa cabai merupakan komoditas dengan harga yang rentan fluktuatif dan mudah rusak. Oleh karena itu, dia mengolah cabai menjadi berbagai jenis sambal, seperti sambal cabai hijau, cabai rawit, dan sambal dengan tambahan cumi-cumi, ikan teri, dan petai. Dia juga sedang mengembangkan produk seperti bubuk cabai dan chili oil.
Untuk pengolahan pertanian, Iqbal sudah mulai menggunakan teknologi Smart farming. Dia menggunakan sistem otomatisasi untuk penyiraman dan pemupukan tanaman. Smart farming ini membantu mengoptimalkan penggunaan tenaga kerja, memastikan kebutuhan tanaman terpenuhi, dan mengurangi kesalahan dalam pemberian pupuk.
Menjadi petani memberikan banyak manfaat bagi Iqbal. Selain bisa hidup dengan layak seperti teman-temannya yang bekerja di kantor atau menjadi PNS, menjadi petani juga membuatnya bangga. Ia bangga karena makanan yang dikonsumsi oleh orang lain dan kebutuhan dia berasal dari pertanian. Ia juga bisa hidup dengan gaya seperti dia, meskipun sehari-hari berada di kebun.
Iqbal sudah memutuskan dengan matang saat Iqbal mengambil pilihan untuk menjadi petani. Dia cerita ada perang batin karena sejak SMA, ia sudah tidak tinggal di rumah karena mondok, dan kuliah juga dilakukan di luar kota. Kemudian ketika Iqbal memutuskan untuk kembali ke desa dan menjadi petani, teman-temannya rata-rata pergi merantau. Ada yang menjadi karyawan swasta, ada yang menjalani profesi lain.
Sudah jauh-jauh bersekolah dan kembali menjadi petani, membuat Iqbal menjadi sasaran omongan tetangga dan masyarakat. Walau dalam hati sedih mendengar ucapan yang tidak mendukungnya, ia melihat hal tersebut sebagai peluang usaha yang besar.
Setelah dia jalani dan sukses berkat pengelolaan pertanian, orang-orang mulai melihat kalau dirinya bisa sukses menjadi petani, melampaui petani-petani generasi sebelumnya.
Sebagai petani milenial, Iqbal banyak belajar tentang tata kelola tanaman. Jika dulu petani menanam secara serempak dan langsung menuai hasil, Iqbal membuat pola tanam dengan terencana sehingga masyarakat melihat, "Oh, ternyata dengan perencanaan tersebut kita bisa menanam secara rutin." Walhasil, masyarakat yang sebelumnya meremehkan Iqbal karena ia menjadi petani, kini bisa menerima kehadirannya.
Ketika memutuskan menjadi petani, Iqbal bisa menjalankan budidaya pertanian dengan baik. Dia melihat adanya peluang di sektor pertanian karena pemerintah saat ini sangat intens mendukung pertanian. Saat memutuskan menjadi petani dan berbisnis di bidang pertanian, pemerintah hampir di setiap Kementerian membahas regenerasi petani, peran Indonesia dalam pangan ke depan, dan bagaimana Indonesia akan berkembang. Itu adalah momentum emas bagi Iqbal dan peluang untuk tumbuh dan berkolaborasi.
Iqbal merasakan betul dukungan pemerintah, baik melalui program-program pertanian melalui dinas pertanian yang intens mendukung para milenial untuk tumbuh dan berkembang. Selain itu, ia juga melihat dukungan dari institusi lain seperti Bank Indonesia, yang membantu dalam hal pasca panen, dan mendorong percepatan akses pasar yang lebih luas.
Pemuda milenial asal Sukabumi ini mengajak kaum pemuda dan milenial di Indonesia, baik yang sudah terjun ke pertanian maupun yang belum, untuk bergabung dalam menjalankan pertanian, bersama-sama kembali ke desa dan terjun ke bidang pertanian.
Pertanian merupakan salah satu penyangga ekonomi Indonesia, serta salah satu pilar ekonomi dan kekuatan bangsa. Dia pun berpesan agar jangan pernah melupakan dan meninggalkan pertanian.
“Mari bersama-sama kembali ke desa, membangun Indonesia melalui pertanian,” pungkas dia.
Comments