Kisah Petani Lembang yang Sukses Budidaya Horenzo atau Bayam Jepang
- juragantaniantihoa
- Apr 24, 2023
- 2 min read

Horenzo atau bayam Jepang merupakan salah satu tanaman sayuran yang cocok dibudidayakan di dataran tinggi. Dengan umur panen yang singkat dan biaya produksi yang ringan, banyak cuan bisa didapat dari tanaman bernama latin Spinacia Oleracea.
Karena membutuhkan cuaca yang dingin dan dataran tinggi, bayam Jepang cocok dikembangkan di daerah Lembang. Adalah Panji Pribadi, petani muda asal Desa Cibodas kecamatan Lembang Kabupaten Bandung Barat tertarik menggarap budidaya horenzo.
Panji mulai terjun di pertanian sejak tahun 2009 lalu. Sebelumnya sempat mencoba bekerja di bidang lain seperti di bengkel dan di perhotelan namun merasa hatinya tidak di sana. Bahkan ia pernah merantau ke Garut.
Petani lulusan sekolah otomotif ini melihat di desanya sendiri ternyata menyimpan potensi wira usaha yang begitu besar di sektor pertanian.
"Saya bertani karena tinggal di Lembang, dan melihat potensi Lembang besar untuk sektor pertanian," kata panji dikutip dari kanal Youtube Kementerian Pertanian.
Petani yang tergabung di kelompok tani Macakal ini memilih bertani horenzo atau bayam Jepang. DI komunitas inilah dia dimotivasi oleh ketua kelompok tani yang kebetulan adalah kakaknya sendiri agar mencoba budi daya sayur bayam Jepang.
Baca juga:
Dengan mengembangkan konsep dan pola tanam sendiri, Panji bisa meraup keuntungan besar dari budidaya horenzo. Tanaman sayuran ini berumur pendek sehingga sudah siap panen dalam waktu singkat atau sekitar 30 hari saja.
Selain itu, aturan tanam dan perawatannya mudah karena 70 persen basic horenzo adalah air sehingga lebih bagus bila ditanam di atas ketinggian 800 Mdpl (permukaan air laut) dan Lembang memiliki cuaca yang mendukung serta berada di atas ketinggian 1200 Mdpl.
Panji menyewa lahan seluas 1,8 hektar dengan biaya Rp 70 juta pertahun. Meski biaya sewanya tinggi namun teratasi oleh intensitas produksi horenzo.
Setiap minggu, Panji harus menanam 6.000 hingga 8.000 pohon karena harus kontinyu menyuplai kebutuhan pasar dan pembeli. Rata-rata 1 kg terdiri dari 10 pohon sehingga dari jumlah itu, sebulan dia bisa menghasilkan 600 hingga 800 kg dan dijual dengan kisaran harga Rp 15.000 per kg.
Pemasarannya saat ini selain melalui rumah packing yang ada di desanya, ada juga konsumennya yang berasal dari wilayah Jakarta.







Comments