top of page

Petani Milenial Lamongan Berhasil Budidaya Melon Fujisawa dengan Pupuk Organik

  • juragantaniantihoa
  • Feb 9, 2023
  • 2 min read

ree
Petani milenial asal Lamongan berhasil bertani melon jenis fujisawa dengan memanfaatkan pupuk organik.

Sejumlah petani milenial dan kelompok tani di Desa Kembangan, Kecamatan Sekaran, Kabupaten Lamongan, Jawa Timur sukses membudidayakan buah melon jenis fujisawa melalui skema pertanian organik. Kesuksesan ini berangkat dari upaya mereka untuk lepas dari ketergantungan pada pupuk kimia.


Melon fujisawa dibudidayakan oleh petani milenial Lamongan di atas sebuah lahan berukuran 13x30 meter ­­dengan sistem tanah green house lewat kerjasama dengan Pusat Pengembangan Agen Hayati Bumdes Sekarwangi desa setempat.


Green house merupakan sistem lahan tertutup yang dibatasi penutup plastik, jaring atau kaca untuk menjaga stabilitas suhu ruangan, meski sinar matahari masih bisa masuk. Untuk pembuatan green house sendiri, memakan biaya Rp 100 juta lebih. Walau demikian, petani bisa memanen 2 sampai 3 kali dalam setahun.


Dalam green house itu, para petani menanam 752 pohon melon jenis fujisawa. Masing-masing tanaman bisa menghasilkan 2 buah melon dengan berat rata-rata 1,8 kg dengan harga Rp 25 ribu per kg. Mereka dapat memanen melon fujisawa ketika sudah berusia 70 hari. Keunggulan melon jenis fujisawa terletak pada rasanya yang manis dan tekstur yang lembut.


Meski penanaman sistem green house itu tidak memakan lahan tidak seberapa luas, namun hasilnya cukup menjanjikan. Para petani melon Fujisawa di Desa Kembangakn bisa meraup Rp 25 juta untuk sekali panen.


Ketua Pusat Pengembangan Agen Hayati (PPAH) Desa Kembangan, Kecamatan Sekaran Agus Suryanto, mengatakan bahwa mereka sama sekali tidak menggunakan pupuk kimia sedikit pun mulai dari tahap semai hingga tanam dan siap panen.


“Melon fujisawa ini baru pertama kalinya ditanam di Lamongan,” kata Agus dikutip dari detik.com.


Agus bercerita, sejak awal para petani milenial berniat hanya memakai pupuk organik, seperti kotoran sapi atau limbah rumen yang diolah. Mereka mengandalkan pupuk buatan seperti kotoran sapi yang difermentasi dengan bahan-bahan alami seperti ekstrak kedelai.


Rasa melon fujisawa tidak kalah nikmat dan segar dengan buah melon sejenis yang diimpor dari luar negeri. "Satu batang pohon melon menghasilkan dua buah," imbuhnya.

Mendapat Dukungan dari Pemerintah


Bupati Lamongan Yuhronur Efendi mengatakan, tanaman melon jenis fujisawa baru pertama kali ada di Kabupaten Lamongan. Keunggulan dari buah yang dihasilkan terasa lebih nikmat dan juga sehat dibanding dengan melon yang ditanam menggunakan pupuk kimia.


Yuhronur mengaku bangga dengan inovasi yang dilakukan oleh petani milenial di Desa Kembangan ini. Tidak sekadar ketekunan dan keberhasilan membudidayakan komoditas pertanian berbeda, mereka berani membuat pilihan baru di tengah mahalnya harga pupuk dari pemerintah saat ini.


Rencananya, Pemkab Lamongan akan terus mendorong para petani millenial agar bisa berinovasi di bidang pertanian.


"Ini juga bisa menjadi lokasi wisata petik buah. Selain itu, melon fujisawa mempunyai berbagai macam keunggulan terutama soal rasa," pungkas Yuhronur dikutip dari idntimes.com.


Kesuksesan budidaya melon fujisawa pertama di Lamongan ini diharapkan mampu mendorong para petani milenial di daerah lain agar terus berinovasi di bidang pertanian.


Potensi besar budidaya melon fujisawa secara ekonomi turut mendorong semangat petani lain di desa itu. Banyak warga Desa Kembangan yang awalnya suka merantau, akhirnya memilih bertahan untuk menanam melon sistem green house.

Comments


bottom of page