Februari 2023, Nilai Tukar Petani Naik: Tertinggi dalam 3 Tahun Terakhir
- juragantaniantihoa
- Mar 2, 2023
- 2 min read

Badan Pusat Statistik (BPS) melaporkan Nilai tukar petani (NTP) pada Februari 2023 mencapai 110,53 atau mengalami kenaikan sebesar 0,63 persen. Kenaikan ini terjadi karena indeks harga yang diterima petani naik sebesar 0,89 persen atau lebih tinggi dari indeks harga yang dibayar petani, yaitu sebesar 0,26 persen.
Kenaikan NTP terjadi di 24 provinsi dengan peningkatan tertinggi ada di Provinsi Sumatera Selatan (Sumsel) sebesar 2,41 persen.
Perlu diketahui, Nilai Tukar Petani (NTP) adalah perbandingan indeks harga yang diterima petani (It) terhadap indeks harga yang dibayar petani (Ib). NTP merupakan salah satu indikator untuk melihat tingkat kemampuan/daya beli petani di perdesaan. NTP juga menunjukkan daya tukar (terms of trade) dari produk pertanian dengan barang dan jasa yang dikonsumsi maupun untuk biaya produksi.
Kepala Biro Humas dan Informasi Publik Kementerian Pertanian Kuntoro Boga Andri dalam keterangan tertulisnya mengatakan bahwa kenaikan NTP sejalan dengan program yang dicanangkan pihaknya dalam meningkatkan produktivitas. Program tersebut diimplementasikan melalui pendampingan petani, bantuan bibit unggul, dan intervensi teknologi mekanisasi.
"Semua (program yang) kami kerjakan sesuai arahan dari Bapak Menteri Pertanian (Mentan) Syahrul Yasin Limpo (SYL) agar produktivitas meningkat dan kesejahteraan petani terangkat," ujar Kuntoro dilansir dari Kompas.com, Kamis (2/3/2023).
Namun sayangnya, harga gabah yang mulai mengalami penurunan jelang puncak panen raya. Hasil dari data BPS menyebutkan harga gabah kering panen di tingkat petani rata-rata Rp 5.711 per kilogram (kg) atau turun 2,16 persen.
”Kami mengharapkan kerja sama semua pihak untuk menjaga harga gabah di tingkat petani. (Harga gabah) jangan sampai anjlok, sehingga petani bisa tetap menerima keuntungan dan menikmati hasil kerja keras mereka dalam berproduksi,” tutur Kuntoro.
Deputi Bidang Statistik Distribusi dan Jasa BPS Pudji Ismartini mengatakan bahwa kenaikan tertinggi pada NTP terjadi pada subsektor tanaman pangan yang naik sebesar 1,23 persen.
"Peningkatan terjadi karena indeks harga yang diterima petani mengalami kenaikan sebesar 1,51 persen atau lebih tinggi daripada indeks harga yang dibayarkan petani, (yaitu) sebesar 0,28 persen. Kemudian komoditas yang dominan mempengaruhi kenaikannya adalah gabah, jagung dan ketela pohon," katanya.
Selain itu, nlai tukar usaha petani (NTUP) pada Februari 2023 juga mengalami kenaikan sebesar 110,74 atau naik 0,71 persen. Kenaikan NTUP terjadi di 26 provinsi dengan angka tertinggi berada di Sumsel sebesar 2,25 persen.
Peningkatan tersebut terjadi karena indeks harga yang diterima petani naik sebesar 0,89 persen atau lebih tinggi dari indeks biaya produksi dan penambahan barang modal, yakni sebesar 0,18 persen.
Comments