Kesuksesan Petani Muda Kaltim, Inspirasi bagi Generasi Millennial
- juragantaniantihoa
- Jul 3, 2023
- 2 min read

Petani muda asal Tenggarong, Kutai Kartanegara, Provinsi Kalimantan Timur, Ridho Mahathir, telah menunjukkan kesuksesannya dalam bidang pertanian hortikultura hingga mampu menembus pasar luar Kalimantan.
Dengan omset sekali panen mencapai Rp 60 juta, Ridho Mahathir (26 tahun) menjadi contoh inspiratif bagi generasi muda lainnya.
Di balik keberhasilannya sebagai petani milenial, terdapat perjuangan yang luar biasa.
Pada tahun 2015, Ridho Mahathir didiagnosa mengalami gangguan pencernaan yang cukup serius dan harus dirawat selama sebulan di rumah sakit. Pada saat itu, dirinya juga sedang mempersiapkan diri untuk menghadapi ujian nasional yang tinggal beberapa bulan lagi. Meskipun menghadapi situasi yang sulit, Ridho tidak menyerah dan tetap menjalani perawatan dengan tekun.
Namun ketika Ridho pulih dan kembali ke sekolah, dia mendapati dirinya dianggap absen selama sebulan tanpa keterangan. Hal ini mengakibatkan dia dikeluarkan dari sekolah dan disarankan untuk melanjutkan pendidikannya di sekolah swasta.
Meskipun dihadapkan dengan situasi sulit, Ridho Mahathir tidak patah semangat. Dia memilih untuk belajar bertani secara mandiri dan mencoba memperoleh pengetahuan melalui internet dengan menggunakan gawainya.
Melalui penjelajahan dunia maya, Ridho Mahathir terkejut mengetahui bahwa regenerasi petani saat ini sedang mengalami kesulitan. Banyak anak muda yang enggan terlibat dalam bidang pertanian karena dianggap sebagai pekerjaan yang kotor dan tidak menguntungkan. Namun hal ini justru semakin memacu semangat Ridho untuk terlibat dalam pertanian.
Baca juga:
Pada tahun 2017, Ridho bertemu dengan tiga temannya, Ardiansyah, Juari, dan Mujianto, yang memiliki minat yang sama dalam bidang pertanian. Mereka sering berkumpul dan berdiskusi tentang usaha tani. Melihat potensi dan peluang yang ada, Ridho Mahathir memutuskan untuk meminjam lahan dari saudari ibunya di Desa Bendang Raya, Tenggarong.
Dengan lahan seluas 1 hektar, Ridho mulai menanam 150 pohon cabai. Pada panen pertamanya, Ridho berhasil mendapatkan pendapatan yang lumayan besar, mencapai Rp 6 juta hanya dengan modal benih dan perawatan yang cukup. Keberhasilan ini membuatnya semakin bersemangat, dan bersama dengan tiga temannya, mereka menggarap lahan masing-masing seluas 1 hektar.
Ridho dan kawan-kawannya menanam berbagai jenis tanaman yang disesuaikan dengan siklus tanam dan permintaan pasar, seperti sawi, tomat, dan cabai. Hasil panen yang mereka dapatkan sangat mengesankan, mencapai 10 ton dengan pendapatan mencapai Rp 60 juta.
Pendapatan yang berhasil diraih oleh Ridho Mahathir dan kawan-kawannya juga tidak terlepas dari upaya mereka dalam mengelola pemasaran hasil panen. Mereka menjual produk pertanian mereka tidak hanya di Tenggarong, tetapi juga di Samarinda, Balikpapan, Bontang, Banjarmasin, dan bahkan Palu di Sulawesi.
Dengan pendapatan yang telah ia peroleh, Ridho Mahathir berhasil membangun rumah, membeli dua tanah kaveling di Tenggarong, serta memperluas lahan pertaniannya menjadi 3 hektar. Dia juga telah memiliki dua sepeda motor. Dia menganggap semua ini sebagai bukti bahwa sektor pertanian memiliki potensi yang menjanjikan.
Ridho tidak melupakan persoalan regenerasi petani yang menjadi perhatiannya. Bersama dengan teman-temannya, dia mendirikan perkumpulan petani muda di Desa Bendang Raya, Tenggarong. Mereka berusaha menghilangkan stigma bahwa pertanian tradisional tidak menguntungkan dan menyadarkan generasi muda bahwa pertanian juga dapat modern dengan adanya teknologi yang mendukung.
Data terakhir dari Badan Pusat Statistik (BPS) Kalimantan Timur menunjukkan bahwa di Kutai Kartanegara terdapat 68.384 petani. Dari jumlah tersebut hanya sedikit petani yang berusia di bawah 25 tahun. Kurang lebih hanya 529 orang atau 0,77 persen dari total petani di Kukar. Hal ini menunjukkan pentingnya perhatian terhadap regenerasi petani, terutama pada kelompok usia muda, untuk memastikan kelangsungan pertanian di masa depan.







Comments