top of page

Sukses Kembangkan Teknologi Padi Apung, UMY Bantu Atasi Masalah Pertanian di Kalimantan

  • juragantaniantihoa
  • Feb 4, 2023
  • 2 min read

ree
Sukses Kembangkan Teknologi Padi Apung, UMY Bantu Atasi Masalah Pertanian di Kalimantan

Lembaga Pengabdian Masyarakat (LPM) Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (UMY) mengembangkan demplot padi teknologi agung, saat melakukan pengabdian masyarakat di Desa Muhuran, Kecamatan Kota Bangun, Kutai Kartanegara dan Desa Minta, Kutai Barat, Kalimantan Timur.


Masyarakat Desa Minta dan Muhuran memanfaatkan area rawa yang surut sebagai lahan tanam padi. Namun, lahan ini sering kali mendapat luapan air sungai Mahakam, sehingga mengakibatkan padi terpendam air dan mengakibatkan gagal panen.


“Masyarakat mengeluhkan gagal panen dan produksi padi yang tidak optimal,” ujar Ketua LPM UMY, Dr. Ir. Gatot Supangkat, M.P., IPM., ASEAN. Eng. dilansir dari umy.ac.id.


Gatot mengakui jika sektor pertanian sangat rentan terhadap perubahan iklim terutama faktor intensitas hujan karena berpengaruh terhadap pola tanam, waktu tanam, produksi, dan kualitas hasil. Intensitas hujan yang tinggi dan tidak menentu mengakibatkan kondisi lahan pertanian mengalami banjir atau tergenang air.


“Karena itu diperlukan suatu teknologi inovasi terkait sistem pertanian. Salah satu inovasi teknologi budidaya pada lahan rawan banjir dan rawa yaitu dengan menerapkan sistem pertanian terapung yang UMY kembangkan ini,” lanjutnya.

Ia mengklaim jika demplot padi teknologi apung sangat cocok diterapkan di Desa Muhuran dan Desa Minta yang memiliki area penuh rawa.


“Sistem pertanian padi apung menjadi solusi untuk mengatasi dan memanfaatkan kondisi lahan rawan banjir dan rawa dengan optimal,” imbuhnya.


Manfaatkan Sumber Daya Lokal


Rektor UMY Prof. Dr. Ir. Gunawan Budiyanto M.P., IPM., ASEAN. Eng. menjelaskan bahwa teknologi demplot padi yang dikembangkan oleh UMY menggunakan sumber daya lokal seratus persen.


“Ini menjadi keuntungan tersendiri bagi kelestarian teknologi tersebut sehingga ketika tim pengabdian menarik diri, masyarakat masih tetap berdaya. Mulai dari bahan baku pembuatan alat hingga pupuk, mereka bisa dapatkan secara alami di sana,” ujarnya.


Gunawan mengungkapkan bahwa lahan gambut memiliki banyak manfaat bagi pertanian, tapi juga bisa memberikan dampak buruk bagi lingkungan dan iklim jika tidak dikelola dengan tepat.


Lahan gambut mampu menampung hingga 30 persen jumlah karbon dunia agar tidak terlepas ke atmosfer. Jika karbon ini terlepas akan mengakibatkan perubahan iklim dan bencana alam.


“Hal ini menjadi alasan tidak bisa sembarangan dalam mengolah lahan gambut,” jelasnya.


Pengembangan demplot padi teknologi apung ini dilakukan Universitas Muhammadiyah Yogyakarta sebagai bentuk impelementasi program SDGs dalam menuntaskan kelaparan (Zero Hunger).


“Dengan pemanfaatan lahan rawa sebagai media tanam padi, besar harapannya ini mempunyai kontribusi terhadap program SDGs dalam menuntaskan kelaparan,” imbuhnya.


Selanjutnya, LPM UMY sendiri akan melakukan pengabdian serupa ke kota Pekalongan yang memiliki masalah yang sama terkait padi.



Comments


bottom of page