top of page

Untung Rugi Jadi Petani Milenial

  • juragantaniantihoa
  • Apr 21, 2023
  • 3 min read

ree

Banyak anak muda yang enggan melakoni dunia pertanian. Alasannya beragam, yang cukup populer adalah karena anak muda lebih memilih hidup bersih, tidak mau kotor di ladang, dan tak mau ambil risiko.


Banyak anak muda enggak mau jadi petani karena profesi ini dianggap tidak menjanjikan. Sektor pertanian terkesan kumuh, tidak sekeren bekerja di kantoran. Belum lagi, tingkat kesejahteraannya rendah. Namun kondisi itu, seharusnya bisa menjadi tantangan bagi para lulusan sarjana pertanian," kata Fatoni Saputra, salah satu lulusan Institut Pertanian Bogor (IPB) mengutip Kumparan (6/8/2021).


Fatoni terbilang sosok yang langkah di kalangan anak muda lulusan kampus pertanian yang mau bergelut di dunia pertanian. Dia adalah pendiri organisasi non profit bernama Vila Tani Indonesia.


Lembaga ini bergerak di bidang pemberdayaan petani. Dia mencoba mengimplementasikan pengetahuannya di kampus kepada petani tentang ilmu pertanian, mengajarkan cara mendapat pendanaan hingga cara memasarkan produk.



Di dunia yang ia geluti ini, Fatoni hanya satu persen dari sekian anak pertanian yang mau terjun langsung ke petani. Selebihnya, lebih memilih menjadi pegawai di perusahaan-perusahaan ternama.


"Hanya 1 persen yang mau jadi petani. Di Angkatan saya ada 120 orang, yang terjun enggak sampai 10 orang," kata dia.


Tak dipungkiri, dunia pertanian kita memang masih didominasi oleh generasi tua. Presiden Jokowi belum lama ini menyebut sebanyak 71 persen petani Indonesia berusia 45 tahun ke atas dan yang di bawah 45 tahun hanya 29 persen.


Pertanyaannya, apakah pertanian kita memang tidak menarik untuk digeluti?


Djono Albar Burhan, anak muda yang bergelut di bidang pertanian ini membuktikan bahwa pertanian merupakan bidang yang menjanjikan dan punya masa depan cerah. Terbukti, petani sawit lulusan S2 di Universitas Auckland, Selandia Baru berhasil menghapus stigma itu.


Mulanya banyak yang memandang sinus profesi Djono lantaran lulusan luar negeri tapi mau terjun ke sektor yang dianggap kurang menjanjikan ini.


"Mereka selalu bertanya 'Lu udah S2 dari luar negeri, kok mau balik jadi petani sawit?’ Itu pertanyaan paling banyak yang saya terima," katanya.


Djono menyatakan bahwa menjadi wiraswasta bisa lebih bermanfaat kepada orang banyak. Itu karena dengan menjadi wiraswasta dapat membantu petani lain dalam pengelolaan lahan.


Berbekal ilmu dari luar negeri, Djono mengaku lebih bermanfaat jika membagikan pengetahuannya itu ke para petani. Dalam urusan teknologi misalnya, dirinya mengenalkan kepada petani bagaimana cara bertani dengan cara lebih efisien.



Bahkan, Djono yang merupakan anak petani sawit ini juga mengaku telah mengajari para petani dalam hal pengelolaan keuangan. Sehingga para petani ini mampu mengontrol keuangan dengan baik. Suatu hal yang belum pernah dilakukan oleh ayahnya sebelumnya.


"Sebelumnya mengumpulkan hasil panen di buku besar, berantakan. Saat ingin kalkusikan berapa laba rugi sebulan, petani dulu enggak ngitung itu. Kalau sekarang, dengan ilmu kita yang meningkat, kita tahu pengelolaan keuangan, kita bisa hitung yang paling simple pakai excel," ucapnya.


Dari sisi pemanfaatan teknologi, dia mengaku telah mengenalkan pemakaian drone untuk melihat kondisi kebun dari udara.


“Jadi, petani bisa mengetahui lahan mana yang tidak produktif. Peran teknologi juga penting dalam pembibitan dan pemupukan,” ungkapnya.


Dengan memanfaatkan teknologi, pertanian menjadi lebih presisi dan terukur. Itu juga telah dibuktikan Djoni. Dia bercerita bahwa sebelumnya sang ayah hanya membeli bibit sekadarnya, tanpa mengetahui kualitas dan jumlah ladang produktif. Itu juga terjadi pada penggunaan pupuk.


Dari sisi penjualan, Djoni mengatakan bahwa dirinya telah memberi pembelajaran cara menjual sawit dengan harga yang pas. Ini berguna untuk menghindari permainan harga saat dijual ke pabrik pengolahan.


Kini, bersama Koperasi Petani Sawit Milenial Setara dan Asosiasi Petani Kelapa Sawit Indonesia (Apkasindo), Djono mengajak anak-anak yang berasal dari keluarga petani kelapa sawit untuk mau mengurus sawit keluarganya.


Comments


bottom of page