top of page

Search Results

328 results found with an empty search

  • Petrokimia Manfaatkan Pupuk Teknologi Nano untuk Pertanian Presisi

    PT Petrokimia Gresik bakal memperkuat sektor pertanian nasional dengan menggunakan program Smart Precision Farming. Dalam program ini, perusahaan plat merah tersebut akan memanfaatkan pupuk berteknologi nano sekaligus pemanfaatan drone. Direktur Utama Petrokimia Gresik, Dwi Satriyo Annurogo menjelaskan pupuk Petrokimia Gresik berteknologi nano ini nanti akan menjadi yang pertama diproduksi oleh produsen pupuk Indonesia. “Pupuk ini akan kami luncurkan di hari ulang tahun ke-51 Petrokimia Gresik dan memiliki sejumlah kelebihan, di antaranya pengaplikasian yang jauh lebih efektif dan efisien. Sedangkan Smart Precision Farming akan terus kami kembangkan dan persiapkan dengan baik agar dapat segera terimplementasi," kata dia di Gresik, Jumat (2/6/2023). Petrokimia telah melakukan percobaan pemakaian drone sebagai wahana untuk mengaplikasikan pupuk berteknologi nano ke lahan pertanian. Pemanfaatan drone untuk pemupukan akan menghemat biaya. Pemanfaatan drone dalam pemupukan ini menghemat biaya karena ongkos untuk membayar tenaga kerja termasuk dari biaya produksi petani yang cukup mahal harganya di mana harus melibatkan orang banyak. Sementara jika menggunakan drone, hanya membutuhkan satu orang saja untuk mengoperasikannya dengan jangkauan lahan yang luas, yakni bisa mencapai 20 hektare per hari. Drone ini telah dilengkapi dengan alat pendeteksi kondisi tanaman, jika ada tanaman yang kekurangan pupuk maka akan melakukan penambahan dosis pupuk sesuai kebutuhan. Sebaliknya, jika tanaman sudah subur maka dosis pupuknya juga akan dikurangi, sehingga pemupukannya lebih presisi. Petrokimia Gresik saat ini memiliki dua drone, dan akan ada penambahan sampai 100 unit drone. Harapannya nanti di setiap area ada skuadron drone yang kerjanya melengkapi Mobil Uji Tanah (MUT) Petrokimia Gresik dan keliling ke seluruh Indonesia. Selain itu, drone ini juga bisa meng-capture geospasial sehingga bisa melihat kondisi tanaman yang dibudidaya, apakah tumbuh subur atau sebaliknya. Sementara itu, Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo (Mentan SYL) menyatakan sektor pertanian adalah sumber daya yang paling siap untuk mendukung Indonesia semakin kokoh, kuat dan sejahtera. Selain itu, pertanian merupakan sektor yang paling memberikan dampak positif perekonomian secara langsung kepada masyarakat beserta sektor lain. Itu disampaikan Mentan SYL saat dirinya meninjau kesiapan program Smart Precision Farming yang digagas Petrokimia Gresik, perusahaan Solusi Agroindustri anggota holding Pupuk Indonesia, untuk mempersiapkan masa depan pertanian Indonesia, di Gresik, Jawa Timur. "Kalau begitu Petrokimia Gresik menjadi sangat penting bagi Republik ini. Petrokimia Gresik menjadi kekuatan yang utama. Tapi kita tidak bisa bertani seperti kemarin, tertinggal banget. Ongkosnya bisa mahal, hasilnya sederhana," kata politisi Partai Nasdem ini. Mantan Gubernur Sulawesi Selatan 2 periode ini menyebut Petrokimia sudah waktunya bersaing di tingkat global dengan negara-negara yang pertaniannya maju seperti India, Thailand. Mentan juga mengapresiasi program Smart Precision Farming yang digagas Petrokimia ini. "Petrokimia tidak boleh kalah dengan yang lain. Kalau secara nasional iya (maju, Red), tapi kita juga harus lihat bagaimana majunya Thailand, bagaimana majunya India. Beruntung kita hari ini melihat Smart Precision Farming," tandasnya.

  • Demplot Kementan Turunkan Emisi Pertanian 37 Persen

    Melestarikan lingkungan hidup adalah bagian tak terpisahkan dari pengembangan sektor pertanian Indonesia. Kementerian Pertanian (Kementan) terus melakukan berbagai inovasi dalam menjalankan pertanian yang ramah lingkungan. Salah satunya dengan mengembangkan Demonstration Plot (Demplot) yang merupakan metode penyuluhan pertanian kepada petani dengan cara membuat lahan percontohan agar petani bisa melihat dan membuktikan terhadap objek yang didemonstrasikan. Pelaksanaan Dmeplot pada lokasi penyuluhan Pertanian Cerdas Iklim atau Climate Smart Agriculture (CSA) terbukti menurunkan emisi Gas Rumah Kaca (GRK) rata-rata 37 persen di lokasi Demplot CSA dari Strategic Irrigation Modernization and Urgent Rehabilitation Project (SIMURP) dibandingkan lokasi konvensional di Indonesia. Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo (Mentan SYL) mengatakan bahwa dalam menggenjot produktivitas pertanian, juga harus dibarengi dengan melestarikan lingkungan hidup. "Di balik produktivitas yang kita genjot, lingkungan harus diperhatikan, yang bisa kita lakukan adalah menurunkan emisi gas rumah kaca atau GRK," katanya. Kapusluh Bustanul Arifin Caya mengatakan penurunan emisi GRK rata-rata 37 persen di lokasi Demplot CSA SIMURP, direkomendasi oleh Balai Penerapan Standar Instrumen (BPSI) Pati. "Budidaya padi sawah merupakan salah satu sumber emisi GRK, yakni gas metana (CH4) yang dilepas dari lahan persawahan tergantung jenis tanah, kelengasan tanah, suhu tanah dan varietas padi," katanya dalam kegiatan ´Mid Term Review Mission´ CSA SIMURP 2023 dan Farmer Field Day (FFD) di Subang, Jumat (26/5). Program SIMURP merupakan modernisasi irigasi strategis dan program rehabilitasi lintas kementerian dan lembaga yang melibatkan Kementan, Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas), Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) dan Kementerian Dalam Negeri (Kemendagri) dengan target lokasi Daerah Aliran Sungai (DAS). Kapusluh Bustanul Arifin Caya menambahkan, sektor pertanian tergolong rentan terhadap sejumlah gangguan di antaranya perubahan iklim, pemanasan global, efek rumah kaca, banjir, kekeringan, serta peningkatan permukaan air laut. "Pertanian Cerdas Iklim pada Program SIMURP adalah pertanian ramah lingkungan, hemat air dan berkelanjutan yang bertujuan untuk meningkatkan indeks pertanaman, produktivitas, dan pendapatan petani sehingga terjadi peningkatan kesejahteraan petani," katanya lagi. Sementara itu, Kepala BPPSDMP Kementan, Dedi Nursyamsi mengatakan Indonesia berkomitmen untuk menurunkan emisi sebesar 29 persen dengan upaya sendiri di bawah business as usual (BAU) pada 2030, sementara dengan dukungan internasional hingga 41 persen. "Kita butuh aksi adaptasi. Setiap aksi yang dilakukan, untuk mengantisipasi dampak buruk perubahan iklim serta menjaga kedaulatan pangan. Hal ini menjadi prioritas utama pembangunan pertanian," katanya. Dedi Nursyamsi mengatakan, dibutuhkan juga aksi mitigasi, di mana setiap aksi harus bertujuan pada penurunan emisi GRK, tetapi harus mendukung upaya peningkatan produksi dan produktivitas pertanian. "Sudah ada inovasi teknologi mitigasi GRK yang diterapkan petani seperti menerapkan pengairan berselang, penggunaan bahan organik matang, varietas padi rendah emisi metana paket teknologi Climate Smart Agriculture atau CSA," katanya.

  • Kisah Petani Milenial Bandung Sukses Ekspor Kopi Ke Timur Tengah dan Eropa

    Seorang petani milenial asal Bandung, Satrea Amambi sukses memanfaatkan potensi besar dari komoditas kopi arabika yang ada di wilayahnya menjadi produk bernilai ekonomi dengan menembus pasar global. Sejak tahun 2014, pemuda asal Desa Laksana, Kecamatan Ibun, Kabupaten Bandung, Jawa Barat ini mengelola Kopi Wanoja dari yang hanya 1,5 hektar kini berkembang menjadi 20 hektar. Dimulai dari menjual di pasar roastery, agregator, hingga e-commerce, Satrea mengembangkan usahanya ke pasar ekspor di tahun 2020. Kerja kerasnya terbayar, ia pun berhasil mengekspor kopi olahannya hingga ke Jepang, Uni Emirat Arab, dan Jerman. Dalam video Youtube Kementerian Pertanian, Satrea bercerita bahwa dia mulai menanam kopi arabika di wilayah Kamojang sejak tahun 2006 dengan varietas Kartika, sigarutan dan lini S. Selain itu, ada juga varietas Andungsari. "Saya terlibat dalam pengelolaan sekitar 20 hektar lahan dari total 100 hektar yang dimiliki kelompok tani," ungkap Satrea. Awalnya, Satrea terjun ke dunia pertanian pada tahun 2014 setelah ibunya membeli lahan kebun. Kemudian muncul ketertarikan untuk terlibat dalam mengelolanya. Satrea memutuskan untuk fokus pada pertanian kopi karena melihat potensinya yang bagus dari segi penjualan dan harga. Sebelumnya, dia pernah mencoba profesi lain tetapi tidak berhasil. Sejak tahun 2015, Satrea mulai menjual biji kopi hijau (green bean) secara langsung kepada roastery, agen atau eksportir, serta melalui e-commerce. Meskipun jumlahnya masih sedikit, dia yakin bahwa permintaan kopi akan terus meningkat dalam beberapa tahun mendatang berdasarkan respons positif konsumen yang telah membeli produknya. "Kami juga berhasil menembus pasar internasional seperti Jepang, Qatar, dan Eropa, khususnya Jerman," ungkap dia. Dalam proses produksi kopi, dimulai dengan pembibitan untuk memastikan kualitas bibit yang terjamin. Setelah bibit cukup usia, dia menanamnya di lahan yang disiapkan. Dia mengatakan butuh waktu sekitar 2-3 tahun untuk kopi supaya bisa diambil buahnya. Setelah panen, dia mengumpulkan hasil panen secara kolektif dan mengirimkannya ke pengolahan di Wanoja. Di sana, biji kopi diproses menjadi produk, seperti full wash, semi wash, rohani, atau natural. Proses pengolahan ini membutuhkan waktu sekitar 1-2 bulan, kemudian biji kopi disortir, dikemas, dan disimpan sebelum didistribusikan. Baca juga: Risdianto, Petani Milenial Lulusan Magister Lingkungan Imas Wartisih, Eks Suster yang Sukses Jadi Distributor Sayuran Satrea melihat kopi merupakan komoditas yang harganya tinggi karena membutuhkan upaya yang besar dalam proses produksinya. Namun, potensi pertumbuhan konsumsi kopi masih besar baik secara global maupun di dalam negeri. Permintaan kopi terus meningkat, dan Indonesia memiliki pasar yang terus berkembang dengan pertumbuhan peminum kopi yang signifikan per kapita. Permintaan kopi dalam negeri juga terus tumbuh, sehingga ekspor kopi memiliki potensi yang baik. "Dalam beberapa tahun ke depan, potensi kopi masih besar, dan permintaan akan terus meningkat seiring dengan pertumbuhan konsumsi kopi," ujar dia. Satrea sudah mengembangkan ekspor kopi ke negara lain. Dia telah berhasil memasuki pasar Jepang, Qatar, dan Eropa, terutama Jerman. Ini merupakan pencapaian baik dia, mengingat kesulitan untuk memasuki pasar-pasar tersebut. "Keberhasilan kami dalam menembus pasar ini menjadi modal yang baik bagi kami saat ini. Jika kami dapat berhasil di pasar-pasar tersebut, maka kemungkinan besar kami juga dapat sukses di pasar lainnya, terutama dengan produk kopi arabika yang merupakan keunggulan kami," kata dia bercerita. Selama menjadi petani kopi, Satrea merasakan peran pemerintah sangat besar dalam dunia pertanian. Pemerintah memberikan bimbingan melalui berbagai cara, baik dalam bentuk bimbingan SDM maupun fasilitas. "Tanpa adanya bimbingan dari pemerintah, kita tidak akan secepat ini dalam memulai dan mengembangkan usaha pertanian," kata dia. Dia mencontohkan, pemerintah melalui Dinas Pertanian Kabupaten, Dinas Pertanian Provinsi, Ditjen BUN, dan Kementerian Pertanian, memberikan bantuan fasilitas pengolahan dan peralatan seperti mesin pemipil, mesin holler, mesin pencacah, dan unit pengolahan hasil (UPH). Selain itu, Satrea juga mengikuti program korporasi petani yang diselenggarakan oleh Kementan. Program ini bertujuan untuk menstabilkan harga kopi dan meningkatkan penyerapan kopi. Satrea berpesan agar teman-teman terutama yang tinggal di daerah pegunungan atau memiliki lahan luas, agar jangan takut untuk bercocok tanam. "Hasil dari bertani bisa luar biasa. Seperti petani di Amerika atau Brazil yang memanfaatkan teknologi tinggi dan menghasilkan pendapatan yang besar, teman-teman juga dapat mencapai hal serupa," kata dia. "Jangan takut untuk terjun ke dunia pertanian, karena hasilnya bisa luar biasa," pungkasnya.

  • Kiat Disbun Sumsel Agar Produksi Kopi Melimpah Hadapi El Nino

    Anomali cuaca yang diperkirakan akan lebih panas dan kering dari tahun sebelumnya akan mengancam sektor pertanian Indonesia. Untuk itu, para petani kopi di Provinsi Sumatera Selatan (Sumsel) diminta untuk melakukan upaya antisipatif. Dinas Perkebunan (Disbun) Sumsel menyebut udara panas dan kering tersebut disebabkan oleh fenomena El Nino. Menurut prediksi Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG), puncaknya cuaca panas itu berada di bulan Oktober mendatang. Analis PSP Ahli Madya Disbun Sumsel Rudi Arpian cuaca panas menjadi ancaman tersendiri bahkan dua tahun terakhir ini membuat produksi kopi petani Sumsel turun cukup signifikan. “Potensi ini perlu diantisipasi sejak dini untuk supaya memperkecil, bahkan terhindar dari ancaman gagal panen,” katanya di Lampung, Rabu (31/5/2023). Menurutnya, panen kopi di Sumsel mengalami penurunan dibanding dua tahun ke belakang. Per Februari tahun ini, panen kopi menurun sekitar 20 persen atau 211.681 ton per dari luas lahan 257 ribu hektare. Rudi menyayangkan menurunnya hasil panen tahun ini, karena permintaan pasar saat ini sedang tinggi. “Sementara, permintaan banyak tapi produksi sedikit sehingga berlaku hukum pasar harga menjadi naik dan ini bukan hanya di Sumsel tapi juga di dunia,” ucapnya. Menurut dia, sebagai upaya antisipasi kekeringan, petani dianjurkan menyiram tanaman kopi lebih sering dengan memanfaatkan fasilitas dari pemerintah setempat. Kata dia, Dinas Perkebunan Sumsel dan instansi terkait telah menyalurkan bantuan untuk mengantisipasi cuaca yang lebih panas. Bantuan itu berupa pembuatan irigasi, dalam bentuk embung dan pipanisasi. Kelompok tani juga diminta untuk melakukan pembuatan sistem irigasi secara swadaya mengingat anggaran pemerintah yang terbatas. Petani kopi di Sumsel juga disarankan untuk rutin melakukan pemupukan untuk menggenjot jumlah produksi, mengingat banyak petani yang hanya mengandalkan produksi secara alami. Sedangkan pada saat panen, petani diminta untuk melakukan petik merah atau memetik buah yang telah matang sempurna, dan tidak menghindari petik pelangi. Sebab, petik merah memiliki nilai jual lebih tinggi. Tanaman kopi juga perlu dirawat setelah panen agar produksi selanjutnya tidak kedodoran. Dinas Perkebunan juga sudah mengenalkan upaya peremajaan dengan cara sambung pucuk batang. “Sambung itu dilakukan dengan cara menggabungkan dua jenis tanaman kopi robusta di bagian bawah dengan entres dari jenis atau Klon kopi unggul sebagai batang atas yang produksinya tinggi,” katanya. Caranya, kata dia, dengan memotong pohon kopi setinggi 1 hingga 1,5 meter, kemudian batang yang sudah dipotong tersebut dijadikan batang bawah. Setelah tumbuh beberapa tunas baru pada batang yang sudah dipotong tadi baru dilakukan sambung pucuk dengan entres dari jenis klon unggul. Langkah selanjutnya tinggal perawatan atau pemeliharaan tanaman tadi seperti memupuk, pencegahan hama dan penyakit, pemberian pohon naungan dan lain lain sampai tanaman tadi berbuah. “Dari hasil sambungan tadi dengan perawatan yang optimal, hasil produksi kopi bisa meningkat sampai 3 – 4 kali lipat dengan produksi meningkat pendapatan petani pun akan meningkat,” demikian kata Rudi.

  • Jadi Ramuan Inovatif Petani, Kementan Ajak Biosaka Dikaji dan Dikembangkan

    Kementerian Pertanian mengajak semua pihak untuk melakukan praktek, mengkaji, dan meneliti elisitor Biosaka. Biosaka, singkatan dari "Bio" yang artinya tumbuhan, dan "Saka" yang merupakan singkatan dari "selamatkan alam kembali ke alam", adalah sebuah ramuan inovatif bukan pupuk yang telah dikembangkan oleh para petani. Biosaka merupakan campuran pupuk yang dibuat dari ramuan hasil diremes secara manual menggunakan tangan. Ramuan ini terdiri dari minimal 5 jenis rumput atau daun yang sehat sempurna, yang kemudian dicampur dengan air tanpa tambahan bahan apapun. Setelah dicampur, ramuan ini menjadi homogen, harmonis, dan koheren, kemudian disemprotkan ke tanaman. Penerapan elisitor Biosaka tidak hanya terjadi di Blitar, Jawa Timur, tetapi telah dipraktekkan di 34 provinsi, lebih dari 200 kabupaten/kota, 800-an kecamatan, dan 1.500-an desa di seluruh Indonesia. Biosaka muncul sebagai bentuk pengetahuan lokal (indigenous knowledge) yang berasal dari para petani sebagai respons terhadap keterbatasan pupuk subsidi yang tersedia dan tingginya harga pupuk non-subsidi. Dengan Biosaka, para petani tetap dapat memproduksi tanaman mereka untuk menjaga kelangsungan hidup mereka. Rachmat, Koordinator Padi Irigasi dan Rawa dari Direktorat Serealia, Direktorat Jenderal Tanaman Pangan Kementan, menjelaskan bahwa pengkajian dan penelitian terhadap elisitor Biosaka telah dilakukan. Namun, perlu dipahami bahwa praktek yang dilakukan oleh petani tidak sama dengan yang dilakukan oleh para peneliti di lembaga penelitian atau universitas yang memiliki keahlian dan sumber daya yang memadai. Secara sederhana, petani membuat perbandingan antara lahan yang menggunakan Biosaka dengan yang tidak menggunakan. Ada yang tetap menggunakan pupuk seperti biasa, ada yang mengurangi penggunaan pupuk sesuai dengan kemampuan finansial masing-masing, dan ada pula yang membandingkan kondisi sebelum dan setelah menggunakan Biosaka. Dalam proses ini, petani membuktikan sendiri manfaat yang mereka rasakan, efisiensi yang terjadi, serta peningkatan produksi yang dicapai. Baca juga: Pentingnya AI dalam Meningkatkan Produksi Pertanian Mengenal Agrovoltaic, Pertanian Penghasil Listrik Rachmat menegaskan bahwa petani tidak memiliki pemahaman yang mendalam mengenai ilmu pengetahuan dan teknik percobaan seperti para peneliti. Yang mereka pahami adalah manfaat yang mereka rasakan dan pengalaman di lapangan. Oleh karena itu, peran para peneliti dan akademisi sangat penting dalam mengkaji Biosaka secara lebih komprehensif dari berbagai disiplin keilmuan. Kementan memberikan apresiasi kepada para peneliti dari berbagai lembaga, baik pemerintah maupun swasta, yang akan melakukan penelitian lebih lanjut terkait Biosaka. Dengan adanya penelitian ini, misteri seputar Biosaka diharapkan dapat terjawab secara ilmiah. Lebih lanjut, Rachmat menjelaskan bahwa Biosaka telah diaplikasikan oleh petani pada berbagai komoditas pertanian, termasuk tanaman pangan, hortikultura, dan perkebunan. Biosaka ini bukanlah pengganti pupuk, sehingga petani masih tetap menggunakan pupuk. Namun, penggunaan Biosaka dapat membantu petani mengurangi pengeluaran karena kandungan nutrisi makro dan mikro dalam Biosaka lebih rendah, sementara kandungan senyawa fitokimia dan ZPT (Zat Pengatur Tumbuh) cukup tinggi. Perlu dicatat bahwa setiap Biosaka yang dibuat memiliki kandungan yang berbeda, tergantung dari tanaman yang digunakan sebagai bahan baku. Oleh karena itu, Biosaka tidak dapat distandarisasi dan diproduksi secara massal. Petani membuat Biosaka sendiri dengan melakukan percobaan di lahannya sendiri menggunakan modal dan sumber daya yang mereka miliki. Kemudian, hasil dan manfaat yang mereka rasakan akan tersebar melalui interaksi dan saling berbagi pengalaman di antara mereka. Biosaka merupakan inovasi yang menjanjikan dalam pertanian. Melalui penelitian yang lebih mendalam dan pemahaman yang komprehensif, diharapkan Biosaka dapat menjadi alternatif yang efektif untuk meningkatkan produktivitas pertanian, mengurangi ketergantungan terhadap pupuk subsidi, dan mendukung keberlanjutan pertanian di Indonesia.

  • Kementan Gandeng 3 Kementerian Wujudkan Ketahanan Pangan

    Sebagai upaya untuk memperkuat ketahanan pangan nasional, Kementerian Pertanian (Kementan) menggandeng tiga kementerian, yaitu Kementerian Dalam Negeri (Kemendagri), Kementerian ATR/BPN, dan Kementerian PUPR. Selain tiga kementerian tersebut, Kementan juga turut menggandeng Asosiasi PEmerintah Desa Seluruh Indonesia atau Apdesi. Memperkuat ketahanan pangan nasional harus dilakukan secara masif terstruktur, mulai dari tingkat pemerintah pusat hingga tingkat desa. Inspektur Jenderal Kementerian Pertanian Jan S Maringka upaya ini merupakan langkah untuk mengantisipasi ancaman perubahan iklim yang akan berdampak pada pasokan pangan nasional. "Tantangan ketahanan pangan ke depan selain alih fungsi lahan yang belum dapat diatasi secara maksimal, dihadapkan pula dengan ancaman kekeringan dan El Nino, yang mesti dihadapi secara bersama sama untuk mengantisipasi permasalahan tersebut," kata dia saat Rapat Koordinasi Bidang Pengawasan (Rakorwas) Ketahanan Pangan di Bogor, Selasa (30/5/2023). Sinergi antara antara aparat pengawasan intern pemerintah (APIP) dan aparat penegak hukum (APH) serta kepala daerah dibutuhkan untuk menghasilkan sinergitas dalam rangka menjamin ketersediaan pangan nasional. Kegiatan itu diawali dengan penandatanganan Perjanjian Kerja Sama antara Inspektur Jenderal Kementerian Pertanian dan Kementerian Dalam Negeri untuk sama-sama bekerja dalam upaya menjalankan program ketahanan pangan. Inspektorat Jenderal Kementerian Pertanian terus melakukan upaya khusus membangun sinergiitas dengan APH, dalam upaya mendorong dan mempercepat program strategis, program prioritas, dan program superprioritas. Salah satunya, mengantisipasi perubahan iklim yang memerlukan kekompakan semua pihak terkait untuk dapat mengoptimalkan segala sumber daya, termasuk optimalisasi perangkat desa guna berperan serta menyukseskan ketahanan pangan nasional. Komitmen para kepala daerah untuk turut serta berkontribusi nyata dalam program ketahanan pangan merupakan hal yang sangat penting, antara lain melalui penerbitan perda LP2B guna perlindungan lahan pertanian pangan berkelanjutan serta keberpihakan pengelolaan dana desa berbasis pertanian. Di tempat berbeda, saat meninjau persiapan penyelenggaraan Pekan Nasional (Penas) XVI Petani dan Nelayan akan berlangsung di Padang, Sumatera Barat (Sumbar), Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo (Mentan SYL) mengatakan, ketegangan politik seperti perang Rusia-Ukraina dan dampak fenomena Iklim El Nino menjadi tantangan bagi sektor pertanian di Indonesia. Menurutnya, kedua hal tersebut merupakan tantangan yang besar terhadap pembangunan sektor pertanian dan ketahanan pangan. "Acara Penas nanti ini harus menjadi puncak komunikasi emosional kita, bukan hanya konsepsi atau idealisme saja, besok ada El Nino, besok ada warning terhadap krisis pangan dunia, karena cuaca ekstrem, serangan hama dimana-mana. Oleh karena itu, Penas ini sangat penting untuk menyatukan visi dan pandangan kita dalam menghadapi berbagai tantangan ke depan” ujar politisi Partai Nasdem ini.

  • Nurseri Tebu Jamin Benih Unggul Bermutu untuk Tingkatkan Produktivitas

    Penggunaan benih unggul bermutu dan bersertifikat menjadi kunci utama untuk keberhasilan dalam meningkatkan produksi dan produktivitas tebu. Oleh karena itu, penting untuk menjamin ketersediaan benih unggul. Dalam upaya mewujudkan hal tersebut, Ditjen Perkebunan Kementerian Pertanian telah melakukan pembangunan Nurseri yang dilengkapi dengan sarana dan prasarana modern, serta membangun kebun sumber benih di beberapa kawasan pengembangan tanaman perkebunan. Salah satunya adalah Nurseri Tebu di Kabupaten Tuban yang direncanakan akan selesai pada tahun 2023. Ditjen Perkebunan terus mengawal kemajuan pembangunan nursery perkebunan ini. “Kami lakukan koordinasi dan melakukan kunjungan ke lokasi-lokasi nursery untuk meninjau bagaimana perkembangan pembangunan nursery. Kami juga berupaya berkolaborasi dan bersinergi dengan berbagai pihak terkait salah satunya dengan instansi terkait, agar dalam pelaksanaan pengembangan nursery dapat berjalan sesuai target dan dapat menyediakan kebutuhan benih secara lebih optimal,” ujar Gunawan, Direktur Perbenihan Perkebunan dikutip dari pertanian.go.id. Dengan penyediaan benih yang baik, diharapkan dapat memenuhi kebutuhan benih di Pulau Jawa, Lampung, dan wilayah lainnya, serta memperkuat ketersediaan benih untuk komoditas perkebunan. “Saya harap kedepannya Pusat Nursery Perkebunan ini dapat berkembang lebih luas, dengan benih komoditas perkebunan lainnya,” tambah dia. Sebelumnya, Balai Besar Perbenihan dan Proteksi Tanaman Perkebunan Surabaya (BBPPTP) telah melaksanakan kegiatan operasional nurseri, termasuk produksi benih tebu melalui kultur jaringan. Proses ini mencakup produksi planlet tebu, benih tebu pasca aklimatisasi, dan benih siap tanam hasil kultur jaringan. Selain itu, dilakukan pula monitoring terhadap produksi Planlet Tebu Hasil Kultur Jaringan untuk memastikan pertumbuhannya sesuai dengan tahapan yang ditentukan dalam protokol yang telah ditetapkan. Juga dilakukan kunjungan ke ruang transfer yang digunakan untuk isolasi meristem, multiplikasi tunas, dan induksi akar dalam kondisi steril. Menurut Kepala BBPPTP Surabaya, Fausiah T. Ladja, kegiatan kultur jaringan telah dilaksanakan dengan baik dan perlu ditingkatkan. Petugas Lab kultur jaringan memiliki potensi untuk mengembangkan komoditas lain melalui kultur jaringan. Kegiatan Aklim 1 dan Aklim 2 juga dapat dioptimalkan, dan jika memungkinkan, Aklim 1 dapat dilakukan di Polbangtan Malang. Fausiah juga menekankan pentingnya optimalisasi area pembesaran agar kedepannya dapat digunakan secara maksimal. Selain itu, kerjasama dan koordinasi dengan Badan Pertanahan Kabupaten Tuban untuk pengukuran, pemasangan batas, dan pemasangan papan nama juga sangat diperlukan. “Saya berharap dengan adanya pengawalan secara konsisten dan kontinyu terhadap pengembangan nurseri ini diharapkan kedepannya produksi dan produktivitas komoditas perkebunan dapat terus meningkat, berjalan lebih optimal dan ketersediaan benih unggul bermutu dapat terjaga dan aman,” ujar Fausiah.

  • 5 Tanaman Hias Indoor yang Mudah Dirawat di Rumah

    Bosan dengan hiasan dalam rumah yang gitu-gitu saja? Coba hiasi rumah Anda dengan tanaman. Selain membuat rumah semakin cantik dan asri, tanaman di dalam rumah juga bermanfaat membuat udara ruangan semakin segar. Tanaman indoor memiliki manfaat yang baik dalam meningkatkan kualitas udara dalam ruangan. Tanaman mampu membantu memurnikan udara dengan menyerap karbon dioksida dan menghasilkan oksigen. Selain itu, beberapa tanaman juga mampu menyerap polutan udara yang berbahaya seperti formaldehida dan benzene. Keberadaan tanaman indoor juga dapat menciptakan suasana yang lebih alami dan menenangkan, membantu mengurangi stres, meningkatkan suasana hati, dan meningkatkan konsentrasi. Sebuah penelitian menunjukkan bahwa tanaman dalam ruangan dapat meningkatkan kinerja kognitif dan memperbaiki pemecahan masalah. Selain manfaat fungsionalnya, tanaman indoor juga memberikan sentuhan estetika dan keindahan sebagai elemen dekoratif dalam ruangan. Berikut adalah lima tanaman hias indoor yang mudah dirawat sehingga siapa pun dapat menambahkan sentuhan hijau ke dalam ruangan: 1. Lidah Mertua (Sansevieria) Sansevieria, atau lebih dikenal dengan lidah mertua, adalah tanaman hias yang sangat populer dan tahan lama. Tanaman ini dapat bertahan dalam berbagai kondisi pencahayaan, termasuk cahaya redup. Lidah mertua juga dikenal dapat membersihkan udara dengan menyerap polutan seperti formaldehida dan benzene. Selain itu, tanaman ini tidak memerlukan penyiraman terlalu sering, sehingga cocok untuk mereka yang sering lupa menyiram tanaman. 2. Sirih Gading (Epipremnum pinnatum) Tanaman ini adalah salah satu tanaman indoor yang populer dan mudah dirawat. Tanaman ini memiliki daun yang indah dengan pola marmer yang menarik. Sirih Gading dapat tumbuh dengan baik dalam kondisi pencahayaan rendah hingga sedang, menjadikannya cocok untuk ditempatkan di dalam ruangan dengan cahaya yang terbatas. Tanaman ini juga tahan terhadap kekeringan, sehingga tidak memerlukan penyiraman terlalu sering. Sirih Gading memiliki kemampuan menyaring udara dan membantu menghilangkan beberapa polutan seperti formaldehida dan xylene. Dengan penampilannya yang cantik dan sifatnya yang mudah dirawat, Sirih Gading adalah pilihan yang bagus untuk tanaman hias indoor. 3. Janda Bolong (Monstera deliciosa) TAnaman yang pernah populer dan harganya sangat mahal ini merupakan tanaman hias indoor yang terkenal dengan daun berlobus yang ikonik. Daunnya memiliki lubang-lubang yang unik, memberikan tampilan estetik yang menarik. Tanaman ini biasanya tumbuh dengan baik dalam kondisi pencahayaan sedang dan membutuhkan sedikit perawatan. Janda Bolong bisa menjadi pilihan yang indah untuk menghiasi sudut ruangan di dalam rumah. 4. Bunga Anggrek (Orchidaceae): Siapa yang tak kepincut dengan indahnya bunga anggrek? Tanaman hias satu ini terkenal dengan keindahan bunganya. Anggrek memiliki beragam warna dan bentuk bunga yang menawan, menjadikannya tanaman hias yang populer di kalangan pecinta tanaman. Tanaman ini memang cantik, tapi dibutuhkan perawatan khusus seperti seperti pencahayaan yang tepat, suhu yang stabil, dan penyiraman yang teratur. Dengan perawatan yang tepat, Anggrek dapat mekar dan memberikan keindahan yang luar biasa di dalam ruangan. 5. Kuping Gajah (Calathea) Daun tanaman indoor satu ini indah dan bervariasi. Daunnya sering memiliki pola dan warna yang menarik, membuatnya menjadi pilihan yang populer bagi pecinta tanaman. Tanaman ini cocok menjadi hiasan di dalam rumah. Kuping Gajah umumnya tumbuh dengan baik dalam kondisi pencahayaan rendah hingga sedang. Selain itu, tanaman ini membutuhkan kelembaban udara yang tinggi, sehingga menyemprotkan air di sekitar daun dapat membantu menjaga kelembaban yang diperlukan. Menambahkan tanaman hias ke dalam rumah merupakan pilihan tepat untuk menciptakan suasana menyegarkan dan mempercantik ruangan. Namun, tanaman dalam ruangan juga butuh perawatan ekstra. Yang paling, jaga selalu kebersihan tanaman biar tetap cantik.

  • Dicibir karena Sarjana Jadi Petani, Iqbal Habibi Buktikan Sukses dengan Bertani

    Iqbal Habibie adalah seorang petani muda dari Sukabumi, tepatnya di Desa Margaluyu, Kecamatan Sukaraja, Kabupaten Sukabumi. Saat ini, ia berfokus pada budidaya hortikultura dan pemasaran. Iqbal merupakan anak petani dan tumbuh besar dalam lingkungan pertanian. Ketekunannya dalam bidang pertanian, sejalan dengan latar belakang pendidikan dia di mana dia meraih sarjana S1 agribisnis dari Universitas Juanda Bogor, Fakultas Pertanian. Dalam kisahnya yang dimuat dalam Youtube Kementerian Pertanian RI, Iqbal bercerita kalau dia menjalankan usaha pertanian sejak tahun 2018 dengan menanam berbagai jenis komoditas, seperti cabai, tomat, timun, terong, dan sayuran daun. Produk-produk pertanian dia telah tersebar di beberapa pasar, baik pasar tradisional maupun pasar online. Selain itu, dia juga mengembangkan olahan pertanian, terutama sambal. Dia melihat bahwa cabai merupakan komoditas dengan harga yang rentan fluktuatif dan mudah rusak. Oleh karena itu, dia mengolah cabai menjadi berbagai jenis sambal, seperti sambal cabai hijau, cabai rawit, dan sambal dengan tambahan cumi-cumi, ikan teri, dan petai. Dia juga sedang mengembangkan produk seperti bubuk cabai dan chili oil. Untuk pengolahan pertanian, Iqbal sudah mulai menggunakan teknologi Smart farming. Dia menggunakan sistem otomatisasi untuk penyiraman dan pemupukan tanaman. Smart farming ini membantu mengoptimalkan penggunaan tenaga kerja, memastikan kebutuhan tanaman terpenuhi, dan mengurangi kesalahan dalam pemberian pupuk. Menjadi petani memberikan banyak manfaat bagi Iqbal. Selain bisa hidup dengan layak seperti teman-temannya yang bekerja di kantor atau menjadi PNS, menjadi petani juga membuatnya bangga. Ia bangga karena makanan yang dikonsumsi oleh orang lain dan kebutuhan dia berasal dari pertanian. Ia juga bisa hidup dengan gaya seperti dia, meskipun sehari-hari berada di kebun. Iqbal sudah memutuskan dengan matang saat Iqbal mengambil pilihan untuk menjadi petani. Dia cerita ada perang batin karena sejak SMA, ia sudah tidak tinggal di rumah karena mondok, dan kuliah juga dilakukan di luar kota. Kemudian ketika Iqbal memutuskan untuk kembali ke desa dan menjadi petani, teman-temannya rata-rata pergi merantau. Ada yang menjadi karyawan swasta, ada yang menjalani profesi lain. Sudah jauh-jauh bersekolah dan kembali menjadi petani, membuat Iqbal menjadi sasaran omongan tetangga dan masyarakat. Walau dalam hati sedih mendengar ucapan yang tidak mendukungnya, ia melihat hal tersebut sebagai peluang usaha yang besar. Setelah dia jalani dan sukses berkat pengelolaan pertanian, orang-orang mulai melihat kalau dirinya bisa sukses menjadi petani, melampaui petani-petani generasi sebelumnya. Sebagai petani milenial, Iqbal banyak belajar tentang tata kelola tanaman. Jika dulu petani menanam secara serempak dan langsung menuai hasil, Iqbal membuat pola tanam dengan terencana sehingga masyarakat melihat, "Oh, ternyata dengan perencanaan tersebut kita bisa menanam secara rutin." Walhasil, masyarakat yang sebelumnya meremehkan Iqbal karena ia menjadi petani, kini bisa menerima kehadirannya. Ketika memutuskan menjadi petani, Iqbal bisa menjalankan budidaya pertanian dengan baik. Dia melihat adanya peluang di sektor pertanian karena pemerintah saat ini sangat intens mendukung pertanian. Saat memutuskan menjadi petani dan berbisnis di bidang pertanian, pemerintah hampir di setiap Kementerian membahas regenerasi petani, peran Indonesia dalam pangan ke depan, dan bagaimana Indonesia akan berkembang. Itu adalah momentum emas bagi Iqbal dan peluang untuk tumbuh dan berkolaborasi. Iqbal merasakan betul dukungan pemerintah, baik melalui program-program pertanian melalui dinas pertanian yang intens mendukung para milenial untuk tumbuh dan berkembang. Selain itu, ia juga melihat dukungan dari institusi lain seperti Bank Indonesia, yang membantu dalam hal pasca panen, dan mendorong percepatan akses pasar yang lebih luas. Pemuda milenial asal Sukabumi ini mengajak kaum pemuda dan milenial di Indonesia, baik yang sudah terjun ke pertanian maupun yang belum, untuk bergabung dalam menjalankan pertanian, bersama-sama kembali ke desa dan terjun ke bidang pertanian. Pertanian merupakan salah satu penyangga ekonomi Indonesia, serta salah satu pilar ekonomi dan kekuatan bangsa. Dia pun berpesan agar jangan pernah melupakan dan meninggalkan pertanian. “Mari bersama-sama kembali ke desa, membangun Indonesia melalui pertanian,” pungkas dia.

  • Pentingnya AI dalam Meningkatkan Produksi Pertanian

    Revolusi teknologi menciptakan peluang tak terbatas ke semua lini kehidupan, tak terkecuali sektor pertanian. Kecerdasan buatan (AI) menjadi bagian tak terpisahkan dari revolusi 4.0, keberadaannya makin diminati para petani modern. AI membuka peluang menuju masa depan yang lebih cerah bagi petani dengan menghadirkan kecanggihan komputasi dan analisis data ke ladang. Keuntungan yang diperoleh sangat beragam dan berdampak langsung pada produktivitas dan efisiensi pertanian. Dalam menghadapi tantangan populasi yang semakin bertambah, petani dapat mengandalkan AI untuk memprediksi permintaan pasar yang berkembang dengan menganalisis data historis dan tren pasar. AI juga bisa membantu petani memilih varietas tanaman yang sesuai dan mengatur waktu penanaman yang ideal. Hal ini tidak hanya meningkatkan hasil panen, tetapi juga memastikan bahwa kebutuhan pangan terpenuhi dengan tepat waktu. Pemantauan tanaman juga mengalami revolusi dengan bantuan AI. Citra satelit dan drone dapat memberikan pemetaan yang akurat tentang kesehatan tanaman secara real-time. AI menganalisis citra tersebut untuk mendeteksi tanda-tanda penyakit, serangan hama, atau kekurangan nutrisi pada tahap awal. Dengan pengenalan dini ini, petani dapat mengambil tindakan yang tepat, mencegah penyebaran dan kerugian yang lebih besar. AI juga membantu petani dalam mengelola sumber daya dengan lebih efisien. Dengan memanfaatkan data cuaca, kelembaban tanah, dan perkiraan curah hujan, AI memberikan rekomendasi yang presisi tentang kebutuhan air tanaman. Kemampuan Ini tentu akan membantu petani mengurangi penggunaan air berlebihan, mengoptimalkan irigasi, dan melindungi sumber daya air yang semakin berkurang. Maka petani tidak lagi bergantung pada musim. Selain itu, AI juga dapat mengotomatisasi operasi pertanian, seperti penyemprotan pestisida atau pemupukan. Dengan bantuan robotik dan sensor yang terhubung, AI dapat mengidentifikasi area yang memerlukan perhatian dan memberikan dosis yang tepat sesuai kebutuhan tanaman. Hal ini tidak hanya menghemat waktu dan tenaga, tetapi juga mengurangi penggunaan pestisida dan pupuk yang berlebihan. Jadi tidak ada lagi modal produksi pertanian yang terbuang sia-sia. Tidak ketinggalan, AI juga membantu dalam manajemen rantai pasokan pertanian. Dengan menganalisis data tentang produksi, permintaan pasar, dan faktor-faktor lain yang mempengaruhi pasokan, AI membantu petani mengoptimalkan distribusi dan penyimpanan produk pertanian. Dengan memastikan pasokan yang tepat dan efisien, AI membantu menjaga kualitas produk dan mengurangi kerugian akibat persediaan berlebih. Dengan potensi luar biasa yang ditawarkan AI, penting bagi petani untuk terus belajar dan memahami teknologi ini. Pemerintah juga perlu berperan dalam memberikan pendidikan dan pelatihan kepada petani tentang penggunaan AI dalam pertanian. Dengan kolaborasi yang kuat antara petani, peneliti, dan ahli teknologi, kita dapat mewujudkan masa depan pertanian yang lebih produktif, berkelanjutan, dan mampu menghadapi tantangan yang semakin kompleks.

  • Pemerintah Anggarkan Rp3 Triliun untuk Sensus Pertanian 2023

    Badan Pusat Statistik (BPS) menganggarkan sebesar Rp3 triliun untuk melakukan program Sensus Pertanian 2023 (ST2023) di seluruh Indonesia yang akan dilaksanakan mulai tanggal 1 Juni hingga 31 Juli. Dana tersebut, kata Sekretaris Utama BPS Atqo Mardiyanto untuk membiayai sebanyak 514 satuan kerja (satker) dari pusat provinsi dan kabupaten/kota di seluruh Indonesia. Kata dia, penggunaan anggaran terbesar untuk membayar petugas lapangan yang melakukan pencacahan data. Mereka itu dipekerjakan untuk mengumpulkan data yang tersebar di seluruh wilayah Indonesia. "Paling besar ini buat honor petugas karena ada 196 ribu petugas lapangan," kata Atqo usai menggelar Apel Siaga Sensus Pertanian 2023, di Kantor BPS, Jakarta Pusat, Selasa (30/5/2023). Atqo menyebut pekerja lapangan untuk melakukan sensus itu merupakan tenaga kerja kontrak BPS yang akan bekerja selama 1 sampai 2 bulan dengan besaran honor mulai dari Rp3 juta hingga Rp4 juta per bulan. "Petugas nanti akan ada yang dikontrak sebulan dan 2 bulan berdasarkan beban kerja. (Gaji) ini sekitar Rp3 juta sampai Rp4 juta berdasarkan daerahnya," ucapnya. Gaji sebesar Rp4 juta tersebut untuk pekerja di wilayah perkotaan seperti DKI Jakarta, sedangkan yang berada di daerah akan mendapatkan honor sebesar Rp3 juta. Petugas sensus lapangan juga akan menerima jaminan keselamatan kerja dari BPJS Ketenagakerjaan guna mengantisipasi hal buruk selama menjalankan tugas. "Untuk keselamatan kita asuransikan selama bertugas. Tapi kita berdoa semoga tidak ada, tapi diasuransikan untuk berjaga-jaga," kata dia. Tak hanya itu, BPS juga berkolaborasi dengan aparat penegak hukum untuk menjamin keamanan para petugas lapangan selama bertugas. Atqo mengatakan telah berkoordinasi dengan Panglima TNI dan Kapolri selama Sensus Pertanian berlangsung. "Prinsipnya kami kerja sama dengan Pemda dan aparat keamanan baik Panglima TNI atau Kapolri untuk bisa berkolaborasi dan kita ikut rekomendasi dari mereka," kata dia mengakhiri. Sebelumnya, Presiden Joko Widodo (Jokowi) meminta semua pemangku kepentingan di sektor pertanian untuk mendukung pelaksanaan Sensus Pertanian Tahun 2023. "Sekali lagi, saya mendukung pelaksanaan Sensus Pertanian tahun 2023 dan saya minta seluruh pemangku kepentingan di sektor pertanian mensukseskan sensus ini," jelas Jokowi saat Pencanangan Pelaksanaan Sensus Pertanian Tahun 2023 di Istana Negara Jakarta, Senin (15/5/2023). "Nanti dilaksanakan dari 1 Juni sampai 30 Juli. Artinya, 2 bulan selesai," kata dia. Dia mengatakan pelaksanaan sensus tersebut sangat penting untuk mendapatkan data yang akurat dan berkualitas di sektor pertanian. Data ini pulalah yang nanti dipakai untuk memutuskan sebuah kebijakan.

  • Kisah Kelompok Tani Kabupaten Bandung Sukses Pulihkan Hutan Kamojang

    Pada tahun 1996, Amin Maulana bersama warga Desa Ibun, Kamojang, Kabupaten Bandung, Jawa Barat, mengalami kebakaran dahsyat yang melahap tanaman di lahan Garapan. Kebakaran tersebut merupakan akibat dari keadaan lahan yang dibiarkan oleh PT Perhutani. Namun, setelah lahan tersebut dikelola oleh masyarakat, kebakaran tidak terjadi lagi. Amin, seorang petani sayur, telah menggarap lahan Perhutani sejak tahun 1990-an dengan menanam tanaman di antara tegakan kayu utama. Namun skema regulasi 'kemitraan' yang ditawarkan justru membuat para petani merasa terdiskriminasi, sehingga banyak dari mereka meninggalkan kawasan tersebut dan lahan tersebut terbengkalai. Untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari, mereka bersama kelompok tani menyewa lahan di luar kawasan untuk menanam sayuran. Dikutip dari Mongabay, Amin dan Suryana, bersama kelompok tani mereka, pernah mengelola lahan dalam program rehabilitasi lahan yang diinisiasi oleh BKSDA Jawa Barat pada tahun 2006. Meskipun sempat mengalami kebakaran pada tahun 2015, beberapa pohon endemik masih bertahan. Mereka mencoba kembali mengelola lahan di kawasan tersebut dan mengajukan izin pada tahun 2017. Pembersihan lahan membutuhkan biaya yang cukup besar, sekitar Rp40 juta per hektar. Namun, mereka mencicil biaya tersebut dan secara perlahan berhasil mengelola sebagian besar dari 1,2 hektar lahan yang diberikan melalui izin pemanfaatan hutan perhutanan sosial (IPHPS). Wilayah tersebut sudah kembali hijau dan memberikan hasil yang memuaskan. Kelompok Tani Hutan (KTH) Mulya Tani bertanggung jawab mengelola lahan tersebut, mulai dari penanaman, penyulaman, penyemaian bibit, hingga panen dan penjualan hasilnya. Dengan peningkatan ekonomi ini, warga setempat merasakan manfaat yang signifikan. Selain menjadi petani sayur, Amin dan Suryana juga mulai menanam kopi, alpukat, dan berbagai tanaman buah lainnya sebagai upaya peningkatan ekonomi masyarakat. Pada tahun 2022, Amin berhasil panen kopi sebanyak 1,2 ton per musim dan alpukat sekitar enam kuintal. Meskipun faktor cuaca sering menjadi kendala, mereka tetap bersemangat dan terus belajar. Pada tanggal 4 September 2017, KTH Mulya Tani mendapatkan wilayah kelola rakyat melalui skema IPHPS seluas 1.087 hektar. Skema ini diberikan kepada 774 keluarga dari tujuh desa di dua kecamatan di Kabupaten Bandung. Sejak izin tersebut diberikan, KTH Mulya Tani mengolah lahan dengan menanam berbagai jenis tanaman kayu yang bermanfaat secara ekologi dan ekonomi, seperti kopi, kayu putih, alpukat, dan kayu manis. Mereka juga menanam sayur-mayur di antara tanaman kayu tersebut. Dengan variasi tanaman ini, mereka dapat meminimalisir kematian pohon saat musim kemarau. Mereka juga melakukan pemilihan dan pengujian berbagai spesies tanaman kayu dan buah yang cocok dengan ekologi wilayah setempat. Uli Arta Siagian, Manajer Kampanye Hutan dan Kebun Walhi Nasional, menyatakan bahwa masyarakat Desa Ibun telah membuktikan bahwa pengelolaan hutan oleh masyarakat dapat memberikan dampak positif dalam pemulihan ekologi. Dia juga mengungkapkan harapannya agar pengelolaan hutan oleh masyarakat terus ditingkatkan, karena masyarakat lebih mampu dalam memulihkan kawasan hutan dibandingkan korporasi yang berbasis izin besar. Pada akhir tahun 2022, Kelompok Usaha Perhutanan Sosial (KUPS) Sauyunan, Bukit Rakutak, Desa Ibun, yang merupakan anak usaha dari KTH Mulya Tani, menerima bantuan dari skema Dana Nusantara. Skema ini memberikan bantuan dalam bentuk pemberdayaan ekonomi berbasis masyarakat bagi mereka yang mengelola hutan. Melalui kerjasama dengan Asosiasi Pengelola Perhutanan Sosial Indonesia, KTH Mulya Tani dapat mengakses dana tersebut untuk pengelolaan kebun kopi. Mereka telah membangun rumah produksi kopi di dekat kebun mereka. Diharapkan bahwa Dana Nusantara dapat membantu masyarakat dalam mengelola kopi sehingga nilai tambah dari produk tersebut tidak jatuh ke tangan kapitalis atau tengkulak, melainkan kembali untuk kesejahteraan petani. Skema Dana Nusantara ini menjadi harapan bagi petani dan masyarakat di Desa Ibun untuk terus belajar, berkreasi, dan menciptakan nilai tambah. Uslaini, Kepala Divisi Wilayah Kelola Rakyat Walhi Nasional, berharap bahwa lahan yang dikelola oleh masyarakat di Desa Ibun dapat menjadi contoh baik bagi bagaimana masyarakat dapat berkontribusi dalam pemulihan hutan.

bottom of page