Search Results
328 results found with an empty search
- Agung Wedhatama, Petani Bali yang Sukses Bertani dengan Pupuk Organik
Pupuk organik mulai digemari masyarakat petani Indonesia. Selain mampu meningkatkan hasil produksi, penggunaan pupuk organik juga dapat menurunkan biaya operasional dalam jumlah signifikan. Hal inilah yang dirasakan oleh Agung Wedhatama, Koordinator sekaligus Pendiri Petani Muda Keren Bali. Bersama komunitas petani, ia mampu mengolah lahan tanpa bergantung pada pupuk kimia. "Sara rasa pupuk organik yang dibuat langsung petani, kualitasnya jauh lebih baik, kata Agung. Menurut dia, pupuk organik merupakan solusi alternatif terbaik sektor pertanian saat ini dan mampu mengurangi ketergantungan terhadap pupuk subsidi. Agung Wedhatama bersama para petani di komunitas Petani Muda Keren (PMK) sedari awal berkomitmen untuk menggunakan pupuk organik dan tidak memakai pupuk kimia. Banyak manfaat yang telah dia rasakan. Lahan menjadi semakin subur dan harga hasil produksi semakin bagus. Selain itu, mikroorganisme hayati semakin banyak sehingga hasil pertanian semakin meningkat. Baca juga: Tenaga Medis Bali Sukses Budidaya Melon Premium Petani Muda Asal Pacitan Tembus Pasar Internasional dengan Gula Aren Pria bernama lengkap AA Gede Agung Wedhatama ini membuktikan bahwa sektor pertanian telah mengantarkan dirinya menuju kesuksesa hingga memiliki pengasilan besar. Agung Wedhatama adalah pendiri komunitas Petani Muda Keren (PMK), PT. Bos (Bali Organik Subak) serta BosFresh Apps in Bali. Dia melihat besarnya peluang di industri pertanian di Indonesia, khususnya di Bali tidak disertai dengan tingginya keterlibatan generasi muda menjadi tantangan tersendiri baginya. Tidak mau buang-buang waktu lama, pemuda yang akrab disapa Gung Wedha ini mendirikan PMK yang merupakan komunitas petani muda di Bali yang secara resmi baru berdiri sejak tahun 2019. Petani Muda Keren telah memiliki 2000 member yang tersebar di seluruh Bali. Keunggulan organisasi ini adalah memiliki kluster-kluster produk seperti kluster hortikultura, kluster cengkeh, dan lainnya PMK bekerja dari hulu yaitu petani hingga ke hilir alias pembeli terakhir, konsumen dengan penerapan teknologi informasi tentunya. “Saya kumpulkan petani agar mereka memiliki kebanggaan bahwa bertani itu cool, dan menjembatani pertanian dari hulu ke hilir. Dari menanam hingga menjual, eceran dan mengekspor. Bersama-sama kami memproduksi sayur-mayur, buah-buahan, daging, ikan dengan kualitas terbaik, menggunakan metode pertanian Alam, sehingga dihasilkan produk pertanian yang sehat dan bertanggung jawab,” jelas Gung Wedha. Duta Petani Milenial asal Bali ini menambahkan, dalam melakukan usaha ia menerapkan kendali mutu (quality control) ketat terhadap produk-produk yang dijual melalui BOS Fresh. Contoh salah satu syarat wajibnya, produk itu harus dibudidayakan secara alami (nature farming), seperti menggunakan pupuk dan pestisida alami. Melalui PT. Bali Organik Subak (BOS), Gung Wedha telah mengekspor berbagai produk pertanian sejak tahun 2018 dan menjadi yang terbesar di Bali untuk volume.
- Program Siaga Kementan untuk Antisipasi Kemarau Ekstrem (El Nino)
Untuk mengantisipasi potensi musim kemarau ekstrem (el nino) tahun ini, Kementerian Pertanian (Kementan) tengah menyiapkan beberapa langkah. Kemarau panjang diprediksi bakal melanda Indonesia dan diperkirakan puncaknya akan terjadi tiga bulan lagi. Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo (Mentan SYL) mengatakan, anomali cuaca pada tahun ini harus dipikirkan dengan matang supaya barang-barang kebutuhan pokok tetap tersedia dan jangan sampai terjadi kelangkaan. "Kita harus melakukan upaya antisipasi perubahan iklim terutama saat kemarau nanti. Seperti memanfaatkan infrastruktur air seperti embung, dam parit maupun long storage saat kemarau datang," ujar Mentan SYL, Jumat (28/4/2023). BMKG telah memprakirakan dalam kondisi iklim ke depan (musim kemarau), akan terjadi kemarau yang ekstrem (el nino). "Kondisi kemarau harus diwaspadai. Terutama pada bulan Agustus yang diprediksi menjadi puncak musim kemarau tahun ini," kata Mentan SYL. Direktur Jenderal Prasarana dan Sarana Pertanian (PSP) Kementan, Ali Jamil secara teknis menjelaskan, Kementan tengah menyiapkan berbagai antisipasi kekeringan dalam rangka mengantisipasi ancaman el nino pada bulan Agustus mendatang. Baca juga: Ayo Ikut Program AUTP untuk Peroleh Ganti Rugi bila Gagal Panen Lindungi Petani, Kementan Awasi Ketat Peredaran Pupuk dan Pestisida Palsu Pertama, mendorong petani untuk ikut program asuransi usaha tani padi (AUTP), mengerahkan gerakan serbu el nino melalui penggunaan pompa air di wilayah-wilayah rentan kekeringan dengan memanfaatkan sumber-sumber air yang ada. Kedua, mendorong percepatan tanam menggunakan alsintan seperti Traktor Roda 4 dan Traktor Roda 2. Sepanjang tahun 2023 ini, Ditjen PSP telah menyiapkan alokasi bantuan alat mesin pertanian seperti Traktor Roda 4 (800 unit), Traktor Roda 2 (4.745 unit) dan pompa air 1.900 unit di seluruh indonesia. Ketiga, memaksimalkan kegiatan Rehabilitasi Jaringan Irigasi Tertier (RJIT) yang dapat meningkatkan efisiensi aliran irigasi hingga ke lahan sawah. Juga ada kegiatan Irigasi Perpipaan, Irigasi Perpompaan, Pembangunan Embung, Dam Parit. Ini bertujuan sebagai suplesi air hingga lahan. Keempat, mengalokasikan Embung sekitar 500 unit, Perpompaan 629 unit, perpipaan 250 unit, RJIT 3.213 unit pada tahun 2023 sebagai salah satu bentuk antisipasi el nino. Selain itu, infrastruktur irigasi yang telah dibangun pada tahun-tahun sebelumnya dapat dimanfaatkan untuk melakukan antisipasi kemarau nanti. Pada tahun 2020 hingga 2022 Kementan telah mengalokasikan kegiatan irigasi untuk meningkatkan ketersediaan air pada musim kemarau antara lain kegiatan RJIT sebanyak 11,866 unit, Perpompaan 2.177 unit, Perpipaan 439 unit dan Embung 1.531 unit.
- 6 Kesalahan Ini Sering Dilakukan Pemula saat Berkebun, Nomor 3 Bisa Berbahaya
Berkebun memang merupakan aktivitas yang sudah ada sejak zaman dahulu kala. Bahkan mungkin aktivitas berkebun ini usianya hampir sama dengan usia manusia menetap di dalam satu wilayah untuk jangka waktu lama. Berkebun sebenarnya adalah aktivitas dasar manusia. Hampir semua manusia tadinya mampu berkebun dan menghasilkan makanan dari lahan yang ia kelola. Namun seiring berjalannya waktu, profesi orang menjadi beragam. Berkebun tidak lagi pekerjaan utama manusia. Namun saat ini banyak orang yang kembali tertarik untuk berkebun tetapi tidak tahu cara yang tepat untuk memulainya. Sehingga sering melakukan kesalahan yang sebenarnya bisa dihindari. Berikut ada tips bagi pemula saat berkebun agar tidak salah. 1. Sulit membedakan tanah Langkah paling pertama saat berkebun adalah menyiapkan tanah. Tanah adalah bagian paling penting dalam berkebun. Jika tanah yang dipakai sehat penuh nutrisi maka tanaman yang dihasilkan pun akan baik. Pemula biasanya sering tidak memperhatikan tentang pentingnya mempersiapkan tanah yang baik. Pastikan tanah selalu gembur, tanah memiliki porositas (penyerapan tanah yang baik), atau saat di letakkan satu benih. 2. Jarak pada tanaman Para pemula ini biasanya tidak memberi jarak antar tanaman. Mereka sering kali meletakkan benih dalam jumlah banyak dalam satu luban tanam yang sama. Ini tidak baik bagi kelangsungan tanaman karena akan berebut nutrisi. Maka buatlah jarak tanaman yang cukup. Misal memberikan jarak setiap tanaman sekitar 10 cm dengan satu lubang 1-3 benih. 3. Sinar matahari Setiap tanaman mempunyai karakter dan kebutuhan yang tidak sama. Tidak semua tanaman harus terkena matahari terus-menerus sepanjang hari. Paparan matahari memang sangat penting, namun porsinya berbeda-beda. Kekurangan cahaya matahari akan membuat tumbuhan kesulitan melakukan fotosintesis. Pastikan sinar matahari menyinari tanaman dengan baik, jangan sampai menanam tanaman ditempat teduh sepanjang hari. Baca juga: Vertikal Garden, Solusi Buang Polusi Dengan Memanfaatkan Lahan Sempit Tumpangsari, Tips Multitanam untuk lahan sempit 4. Pemberian pupuk Pupuk sangat penting untuk perkembangan tanaman. Khususnya di tempat yang tanahnya tidak terlalu kaya nutrisi. Biasanya para pemula ini tidak mementingkan pemupukan karena tidak mengerti. Pupuk di sini bisa menggunakan pupuk cair organik seperti air kencing kelinci atau pupuk padat seperti hasil kompos dari sampah organik buangan. Pemberiannya pun harus diperhatikan. 5. Tanaman pengganggu Bagi pemula, ketika melihat kebunnya hijau penuh tanaman, maka akan merasa senang. Merasa bahwa kebunnya subur. Namun tidak memperhatikan apakah tanaman tersebut hama atau bukan. Ada jenis tanaman yang memang mengganggu pertumbuhan tanaman inti. Karena pertumbuhan tanaman pengganggu ini dapat mengambil nutrisi dari tanaman utama. Maka jika menemukan tanaman pengganggu, segera cabut. 6. Mudah bosan Awalnya bersemangat, namun semangat itu tidak bertahan lama. Bosan adalah gangguan bagi setiap profesi. Tak terkecuali profesi berkebun. Pemula biasanya sangat antusias tinggi, namun seiring berjalannya waktu, semangatnya berkurang. Berkebun itu aktivitas yang berjalan sangat pelan. Seperti pertumbuhan tanaman yang tidak bisa langsung besar dan berbuah. Nah, pada titik ini memang banyak orang bosan menunggu. Inti dari berkebun adalah bersabar.
- Mengenal Agrovoltaic, Pertanian Penghasil Listrik
Agrovoltaic adalah suatu sistem penggunaan lahan yang mengintegrasikan antara penanaman tanaman pertanian dengan pembangkit listrik tenaga surya. Dalam sistem agrovoltaic, panel surya ditempatkan di atas lahan pertanian yang sedang digunakan untuk bercocok tanam. Sistem agrovoltaic dirancang untuk mengoptimalkan penggunaan lahan dan memanfaatkan sumber daya yang tersedia secara efisien. Selain itu, agrovoltaic juga dapat memberikan manfaat lingkungan seperti mengurangi emisi gas rumah kaca dan membantu menjaga keberlanjutan produksi pangan. Agrovoltaic memiliki beberapa keunggulan, di antaranya: 1. Penggunaan lahan yang lebih efisien Agrovoltaic dapat mengoptimalkan penggunaan lahan secara efisien dengan mengintegrasikan sistem pembangkit listrik tenaga surya dengan lahan pertanian. Hal ini karena lahan yang sama dapat digunakan untuk penanaman tanaman pertanian dan juga sebagai lokasi pembangkit listrik tenaga surya. 2. Meningkatkan produktivitas Dengan menggunakan sistem agrovoltaic, penanaman tanaman pertanian dapat terlindungi dari sinar matahari yang berlebihan dan suhu yang terlalu tinggi. Hal ini dapat meningkatkan produktivitas tanaman dan kualitas hasil panen. 3. Menjaga keberlanjutan produksi pangan Sistem agrovoltaic membantu pemanfaatan lahan pertanian secara lebih berkelanjutan. Selain itu, penggunaan energi terbarukan seperti tenaga surya dapat membantu menjaga lingkungan dan menjamin keberlanjutan produksi pangan. 4. Mengurangi emisi gas rumah kaca Penggunaan energi terbarukan seperti tenaga surya dalam sistem agrovoltaic dapat mengurangi emisi gas rumah kaca. Hal ini dapat membantu mengurangi dampak perubahan iklim yang semakin mengkhawatirkan. 5. Dapat menghasilkan sumber pendapatan tambahan Sistem agrovoltaic juga dapat menghasilkan energi listrik yang dapat dijual ke grid listrik. Ini dapat menjadi sumber pendapatan tambahan bagi petani atau pengguna lahan. Indonesia memiliki potensi besar untuk mengembangkan sistem agrovoltaic karena negara ini memiliki sumber daya alam yang melimpah, terutama matahari yang tersedia sepanjang tahun dan lahan pertanian yang luas. Pemerintah Indonesia telah menetapkan target untuk meningkatkan penggunaan energi terbarukan hingga 23% pada tahun 2025. Sistem agrovoltaic dapat membantu mencapai target ini dengan memanfaatkan energi surya untuk menghasilkan listrik. Dalam beberapa tahun terakhir, Indonesia telah mulai mengembangkan sistem agrovoltaic di beberapa daerah, seperti di Bali dan Jawa Barat. Namun, masih diperlukan dukungan dari pemerintah dan pemangku kepentingan lainnya untuk memperluas pengembangan sistem ini di seluruh Indonesia.
- Tantangan Petani Milenial, Harus Berhadapan dengan Generasi Tua
Harus diakui bahwa pertanian Indonesia masih didominasi oleh pemain lama, alias mereka yang sudah berusia 45 tahun ke atas. Umumnya mereka adalah petani turun temurun, mewarisi lahan pertanian dari orang tuanya. Petani generasi lama ini biasanya masih menggunakan cara-cara yang diwariskan oleh orang tua mereka. Menggunakan alat pertanian seadanya, dan minim inovasi. Ini karena karakteristik mereka yang terbilang berjarak dengan kemajuan teknologi. Tantangan mereka adalah regenerasi. Bagaimana caranya agar generasi penerus mau terjun ke ladang dan mengelola pertanian. Agar dunia pertanian Indonesia lebih maju dan dikelola dengan efisien seiring perkembangan teknologi. Namun, ada stigma negatif untuk menjadi petani di Indonesia. Profesi yang bersentuhan langsung dengan tanah ini dianggap kotor dan kurang presitisius. Dianggap kalah gengsi dengan anak kantoran. Baca juga: 5 Karakter Petani yang Harus Dimiliki Generasi Milenial Lebih lanjut, profesi petani masih dianggap sebagai pekerjaan yang kurang menjanjikan karena memiliki penghasilan yang kurang menguntungkan. Namun stigma itu ditampik oleh Sandi Octa Susila, Ketua Duta Petani Milenial. Dia menyebut, bila ada orang yang masih menganggap sektor pertanian tak menghasilkan uang yang banyak adalah pemikiran yang keliru. Sandi tak hanya omong. Dirinya sendiri membuktikan perkataannya. Selama lima tahun bergelut di bidang pertanian, dirinya mengaku mendapat hasil yang memuaskan dan menguntungkan. “Kalau enggak ada uangnya, saya ke sektor lain. Saya rasakan betul usaha yang saya jalankan memang kurang lebih udah 5 tahun,” kata Sandi di Graha BNPB, Jakarta Timur, mengutip Okezone, Senin (23/11/2020). Baca juga: Mengenal Teknologi Smart Farming bagi Petani Milenial Saat ini dirinya mewadahi sekitar 385 petani yang mengelola lahan seluas 98 hektare. Itu tidak didapat dengan mudah. Dia harus bekerja keras untuk mengawali pekerjaannya itu dengan hanya dibantu 5 orang petani. “Alhamdulillah sekarang saya punya 385 petani. Karena kita memang ada beberapa aspek kerja sama. ada 98 hektare yang kita kelola lahan tersebut. Yang mengelola para petani,” katanya. Mengelola petani tua memang menjadi tantangan terberat baginya. Petani-petani lama ini cenderung kesulitan untuk mengoperasikan teknologi digital. Sementara kemajuan teknologi harus diterapkan untuk menggenjot produksi. “Kalau dulu saya ke lahan 8 hektare harus keliling melihat situasi, saat ini dalam satu dashboard, semua terdata citra satelit yang melaporkan semua melalui petugas lapangan,” kata dia.
- Tenaga Medis Bali Sukses Budidaya Melon Premium
Menjalani profesi sebagai tenaga medis, tidak menghalangi Putu Celuk Darmika untuk menggeluti dunia perkebunan. Pria yang bekerja di rumah sakit negeri di Kabupaten Badung, Bali ini mampu meraih omzet hingga belasan juta rupiah dengan mengembangkan budidaya melon premium Putu Celuk membangun green house di lahan seluas 2,5 are dan menerapkan metode tanam hedroponik. Area green house seluas 250 meter persegi itu dia berni nama Kebun Weda. “Dengan sistem hidroponik, green house jadi barang wajib untuk menghalangi tanaman dari air hujan yang belum jelas kadarnya. Jika nutrisi tercampur, tanaman menjadi rusak," jelas Putu Celuk, dikutip dari detik.com. Baca juga: Heri Sunarto Raup Ratusan Juta Rupiah dari Pertanian Integrasi Tanpa Lembah Beberapa jenis melon premium yang dikembangkan oleh Putu Celuk antara lain melon Honeydew, Golden Alisha, Inthanon atau Golden Emerald serta Rangipo (melon basket). Empat jenis melon di atas banyak diminati konsumen karena memiliki rasa yang jauh lebih manis daripada melon-melon biasa pada umumnya. Bahkan melon honeydew kaya akan kandungan air hampir 90 persen. Begitu juga melon jenis Golden Alisha, Inthanon dan Rangipo yang juga punya rasa istimewa. Ide budidaya melon ini baru dilakukan Putu Celuk pada 2022 lalu. Pria asal Banjar Mekarsari, Desa Selat, Kecamatan Abiansemal, Badung ini melihat belum banyak budidaya melon di daerahnya. “Saya mulai budidaya melon antara Agustus-September 2022 lalu. Memulai ini karena saya lihat melon-melon ini banyak peminatnya,” ungkap dia. Bagi Putu Celuk, metode hidroponik menyenangkan untuk dilakukan karena ia tidak perlu banyak tenaga untuk mempersiapkan lahan termasuk mencangkul tanah. Selain itu, juga tidak mengharuskan lahan yang luas. Dalam sekali panen, kebun Putu Celuk mampu menghasilkan 550 kilogram dan dijual dengan harga Rp 30 ribu per kg untuk jenis Honeydew dan Golden Alisha. Adapun jenis Rangipo dan Inthanon dijual dengan harga lebih mahal, yakni Rp 35 ribu per kg. Baca juga: Petani Berkaki Satu Sulap Kebun Kelengkeng Jadi Agrowisata di Borobudur Karena produksinya masih belum memenuhi permintaan pasar, Putu Celuk berencana menambah lahan media tanam. Permintaan melon di beberapa supermarket yang ada di Denpasar bisa mencapai 200 kg dalam seminggu. Sejak tahun 2019, Putu Celuk telah tertarik untuk bercocok tanam menggunakan metode hidroponik setelah mengikuti program PKK yang diselenggarakan di desanya. Ketertarikan ini bermula ketika keluarganya mendapatkan bantuan modul 80 titik tanam untuk menanam berbagai jenis sayuran. Seiring berjalannya waktu, hobi bercocok tanam ini semakin berkembang dan Putu Celuk mulai menanam berbagai jenis melon setelah sebelumnya ia telah sukses menanam melon Korea. Meskipun tidak memiliki latar belakang dalam bidang bercocok tanam, ia mampu memperoleh pengetahuan dan keterampilan dari berbagai video tutorial yang diunggah di YouTube. Dalam mengeksplorasi hobinya ini, Putu Celuk memanfaatkan lahan milik keluarganya yang awalnya produktif. Dalam upayanya untuk mengoptimalkan penggunaan lahan tersebut, ia bahkan menyewakan lahan tersebut sehingga dapat memberikan pemasukan tambahan bagi keluarganya. Dia juga dibantu oleh ayah dan pamannya dalam menjalankan usahanya ini, dan ia berharap bahwa usahanya akan terus berkembang di masa depan.
- Panduan bagi Pemula Cara Pemupukan Organik yang Tepat
Penggunaan pupuk organik saat ini telah populer di kalangan masyarakat. Pupuk yang bisa dibuat di rumah ini cenderung lebih murah dan ramah lingkungan. Bahkan pupuk jenis ini disebut bagus untuk jangka panjang kesuburan tanah. Pupuk organik banyak dipilih karena mengandung banyak nutrisi yang baik tanaman. Pupuk ramah lingkungan ini tidak mengandung bahan kimia sintetis seperti pupuk kimia, sehingga lebih ramah lingkungan. Dengan begitu maka pupuk ini aman untuk budidaya tanaman organik. Beberapa jenis pupuk organik yang umum digunakan antara lain pupuk kompos, pupuk kandang, dan pupuk hijau. Pupuk organik dapat digunakan pada berbagai jenis tanaman, baik di kebun, ladang, atau di dalam pot di rumah. Nah, sebelum melakukan pemupukan tanaman menggunakan pupuk organik, sebaiknya kenali dulu jenis-jenis pupuk organik yang pas buat tanaman Anda. Baca juga: 5 Alat Berkebun yang Wajib Anda Punya sebagai Petani Pemula Ada banyak jenis pupuk organik yang tersedia di pasaran, seperti pupuk kompos, pupuk kandang, dan pupuk hijau. Pilih jenis pupuk organik yang sesuai dengan jenis tanaman Anda. Perhatikan takaran yang direkomendasikan pada kemasan pupuk organik yang Anda pakai. Terlalu sedikit menggunakan pupuk organik akan berdampak kurang maksimal terhadap tanaman. Sebaliknya, terlalu berlebihan menggunakan pupuk organik juga tidak baik. Sebelum menggunakan pupuk ini, terlebih dahulu harus dicampur dengan tanah. Anda bisa membentuk lubang di sekitar tanaman dan menaburkan pupuk ke dalamnya, lalu campurkan dengan tanah. Setelah tanaman dipupuk, dianjurkan untuk menyiram tanaman. Tujuannya agar pupuk yang diberikan dapat menyebar ke seluruh bagian tanaman dan dapat segera diserap oleh akar. Baca juga: 10 Tips Berkebun Sayuran untuk Pemula Ada tanaman yang membutuhkan pemupukan lebih sering daripada yang lain. Setiap tanaman punya karakter yang berbeda-beda, maka perhatikan frekuensi pemupukan. Perhatikan frekuensi pemupukan yang direkomendasikan untuk jenis tanaman Anda. Selanjutnya, gunakan pupuk organik secara teratur karena sifat pemberian nutrisi pupuk organik adalah dengan cara perlahan-lahan. Untuk itu, gunakan pupuk organik secara teratur, misalnya setiap 1-2 bulan sekali, agar tanaman tetap mendapatkan nutrisi yang cukup. Terakhir, pupuklah tanaman Anda dengan takaran dan durasi yang tepat. Jangan memupuk berlebihan karena dapat merusak tanaman dan lingkungan sekitar. Pupuk organik sebaiknya digunakan dengan takaran yang tepat dan tidak berlebihan.
- Pelihara 1000 Burung Hantu, Kelompok Tani di Banyuwangi Sukses Basmi Hama Tikus
Kelompok tani dari Dusun Curahkrakal, Desa Tambakrejo, Kecamatan Muncar, Kabupaten Banyuwangi memiliki cara berbeda untuk menghambat hama tikus di sawah. Mereka melakukan pengendalian hama yang gemar memakan batang dan bulir padi dengan memelihara burung bantu. Di deretan pohon yang tinggi menjulang di tengah hamparan sawah di Desa Tambakrejo, terdapat pagupon atau sarang burung dari kayu. Jangna mengira itu sarang burung merpati. Itu adalah sarang yang disediakan para petani untuk dihuni burung hantu. Para petani memelihara burung hantu dengan spesies Tyto alba. Ia dikenal sebagai burung hantu lumbung atau gudang yang dapat tumbuh hingga lebih dari 30 sentimeter, dengan bentang sayap mencapai 1,5 meter. Ciri khas spesies ini wajah berbentuk jantung, warna putih dengan tepi cokelat, dan mata menghadap ke depan. Baca juga: Kelompok Tani Kalimantan Utara Sukses Kembangkan Agrowisata Flora Fauna “Pemanfaatan burung hantu lumbung sebagai pengendali alami hama tikus, di desanya sudah berlangsung lebih dari 10 tahun,” ungkap Ketua Subblok Jogo Tirto, Ponidi dikutip dari jawapos.com. Ide pembuatan pagupon untuk burung hantu ini, tercetus dari mantan penyuluh pertanian lapang (PPL) yang juga warga Desa Tambakrejo bernama Pitoyo. “Pak Pitoyo ini dulu yang mengajak pakai burung hantu untuk mengusir tikus di sawah. Sebelumnya cari ilmu di Jombang, lalu diterapkan di desa ini,” katanya. Awalnya, Ponidi, Pitoyo dan beberapa anggota kelompok tani (Poktan) urunan membeli indukan burung hantu lumbung. Harga satu indukan burung hantu lumbung termasuk cukup mahal, di antara Rp 2,5 juta hingga Rp 3,5 juta. “Kami belinya satu ekor dulu, kemudian saat ada uang, beli satu ekor lagi,” katanya. Kemudian pagupon kayu dipasang di ketinggian lebih dari delapan meter dari permukaan tanah. “Setahun burung hantu yang dimanfaatkan warga sudah berkembang menjadi enam ekor,” terangnya. Dari enam ekor burung hantu, para petani dapat melindungi lahan sawah seluas 20 ha lebih. “Satu ekor burung hantu dapat memangsa sampai 20 ekor tikus dalam semalam,” ungkapnya. Karena dinilai ampuh, petani sedikit demi sedikit mulai mengurangi penggunaan obat kimia untuk mengusir tikus dari sawahnya. “Mulai diajak memanfaatkan burung hantu ini,” katanya. Saat ini sudah ada sekitar seribu ekor burung hantu lumbung yang tersebar di wilayah Desa Tambakrejo, Kecamatan Muncar. “Itu kami biarkan makan dan berkembang biak sendiri selama hampir 13 tahun, jumlahnya sudah banyak,” tuturnya. Baca juga: Kelompok Tani Sumut Ciptakan Pupuk Fermentasi Atasi Kelangkaan Pupuk Kepala Desa Tambakrejo, Nanang Widayat mengaku tidak mudah mengajak masyarakat menjadikan lingkungan desa kondusif untuk habitat burung hantu. “Pernah ada yang menembak, tapi kami ajak untuk berhenti karena burung hantu itu bermanfaat di lahan warga,” ujarnya. Aktivitas seperti bermain layang-layang suwangan yang menimbulkan suara di udara, juga membuat burung hantu menjadi stres. “Tidak mau berburu tikus karena terganggu suara layang-layang, ini pernah satu hamparan sawah gagal panen karena diserang tikus,” ungkapnya.
- Kisah Petani Lembang yang Sukses Budidaya Horenzo atau Bayam Jepang
Horenzo atau bayam Jepang merupakan salah satu tanaman sayuran yang cocok dibudidayakan di dataran tinggi. Dengan umur panen yang singkat dan biaya produksi yang ringan, banyak cuan bisa didapat dari tanaman bernama latin Spinacia Oleracea. Karena membutuhkan cuaca yang dingin dan dataran tinggi, bayam Jepang cocok dikembangkan di daerah Lembang. Adalah Panji Pribadi, petani muda asal Desa Cibodas kecamatan Lembang Kabupaten Bandung Barat tertarik menggarap budidaya horenzo. Panji mulai terjun di pertanian sejak tahun 2009 lalu. Sebelumnya sempat mencoba bekerja di bidang lain seperti di bengkel dan di perhotelan namun merasa hatinya tidak di sana. Bahkan ia pernah merantau ke Garut. Petani lulusan sekolah otomotif ini melihat di desanya sendiri ternyata menyimpan potensi wira usaha yang begitu besar di sektor pertanian. "Saya bertani karena tinggal di Lembang, dan melihat potensi Lembang besar untuk sektor pertanian," kata panji dikutip dari kanal Youtube Kementerian Pertanian. Petani yang tergabung di kelompok tani Macakal ini memilih bertani horenzo atau bayam Jepang. DI komunitas inilah dia dimotivasi oleh ketua kelompok tani yang kebetulan adalah kakaknya sendiri agar mencoba budi daya sayur bayam Jepang. Baca juga: Rizky Bayu Pradana, Mantan Pegawai Bank yang Sukses Jadi Peternak Domba Petani Berkaki Satu Sulap Kebun Kelengkeng Jadi Agrowisata di Borobudur Dengan mengembangkan konsep dan pola tanam sendiri, Panji bisa meraup keuntungan besar dari budidaya horenzo. Tanaman sayuran ini berumur pendek sehingga sudah siap panen dalam waktu singkat atau sekitar 30 hari saja. Selain itu, aturan tanam dan perawatannya mudah karena 70 persen basic horenzo adalah air sehingga lebih bagus bila ditanam di atas ketinggian 800 Mdpl (permukaan air laut) dan Lembang memiliki cuaca yang mendukung serta berada di atas ketinggian 1200 Mdpl. Panji menyewa lahan seluas 1,8 hektar dengan biaya Rp 70 juta pertahun. Meski biaya sewanya tinggi namun teratasi oleh intensitas produksi horenzo. Setiap minggu, Panji harus menanam 6.000 hingga 8.000 pohon karena harus kontinyu menyuplai kebutuhan pasar dan pembeli. Rata-rata 1 kg terdiri dari 10 pohon sehingga dari jumlah itu, sebulan dia bisa menghasilkan 600 hingga 800 kg dan dijual dengan kisaran harga Rp 15.000 per kg. Pemasarannya saat ini selain melalui rumah packing yang ada di desanya, ada juga konsumennya yang berasal dari wilayah Jakarta.
- 5 Tips Menyiram Tanaman, Ternyata Tidak Semudah Itu
Tanaman butuh dirawat dengan baik, salah satu cara merawat tanaman adalah dengan menyiramnya dengan rutin dan terukur. Aktivitas menyiram tanaman memang terlihat mudah dan sederhana. Namun jika tidak tahu caranya, justru menyiram dapat menjadi hal buruk bagi tanaman. Saat matahari sedang terik-teriknya, adalah waktu yang tidak dianjurkan untuk menyiram tanaman. Ini karena saat matahari sedang terik dapat menyebabkan air menguap terlalu cepat sebelum tanaman dapat menyerapnya. Cara seperti ini, selain akan merusak tanaman dan membuatnya tidak subur, juga termasuk aktivitas yang membuang-buang air. Menyiram tanaman juga tidak baik jika dilakukan pada malam hari. Ini karena akan menyebabkan tanah terlalu lembab yang akan memicu tumbuhnya jamur dan penyakit. Ini sama halnya seperti menyiram tanaman saat tanah masih basah, karena dapat menyebabkan akar tergenang air dan memicu pembusukan akar. Anda juga tidak dianjurkan untuk menyiram tanaman yang sedang berbunga karena beberapa jenis tanaman dapat menjadi lebih sensitif terhadap air saat berbunga. Menyiram tanaman saat sedang berbunga dapat merusak bunga atau bahkan membuat bunga rontok lebih cepat. Memperhatikan waktu menyiram tanaman ini akan berdampak baik pada tanaman dalam jangka panjang. Berikut adalah tips yang dapat membantu Anda menyiram tanaman dengan efektif dan baik: 1. Waktu yang tepat Seperti diungkapkan di atas tadi, menyiram tidak bisa dilakukan setiap saat. Karena ada waktu-waktu tertentu tanaman tidak boleh terlalu banyak terkena air, atau bahkan ada kondisi di mana tanaman tidak boleh terkena air. Secara garis besar, menyiram tanaman dianjurkan pada saat pagi dan sore hari. Karena pada waktu ini, suhu udara lebih dingin dan angin lebih sedikit sehingga tidak merusak tanaman dan menyiram jadi lebih efektif. 2. Sesuaikan dengan kebutuhan tanaman Tanaman kaktus tidak membutuhkan banyak air untuk bertahan hidup, sebaliknya tanaman seperti sayur-sayuran lebih banyak menghabiskan air. Setiap tanaman punya kebutuhan air yang berbeda-beda. Itu tergantung pada jenis tanaman, ukuran pot, dan kondisi lingkungan. 3. Kurangi menyiram Terkadang ada orang yang ingin tanamannya cepat tumbuh dengan subur, dan berbuah dengan segera. Karena tak sabar menunggu, orang tersebut menyiraminya terus-menerus. Padahal setiap tanaman punya kebutuhan air yang berbeda-beda. Tanaman jenis tertentu akan mengalami pembusukan akar jika terlalu sering terkena air. Apalagi jika tanaman itu disiram hingga airnya menggenang. Ini akan berpotensi untuk merusak akar dan ditumbuhi jamur. 4. Cara menyiram Pastikan tidak terlalu membasahi daun saat menyiram. Karena sesungguhnya fungsi menyiram itu untuk membuat tanah menjadi lebih lembab. Adapun daun yang disiram itu hanya menambah kelembaban daun agar tidak mudah gosong apalagi jika terpapar matahari secara langsung. Maka sebaiknya arahkan air ke akar tanaman untuk memastikan bahwa air mencapai tempat yang dibutuhkan. 5. Jangan pakai air sembarangan Tanaman membutuhkan siraman air bersih dan segar. Hindari penggunaan air kotor untuk menyiram tanaman karena itu akan merusak tanah dan tanaman. Pastikan untuk menggunakan air bersih dan segar saat menyiram tanaman karena air yang kotor atau tercemar dapat merusak tanaman dan mengganggu pertumbuhannya. 6. Pemakaian pupuk Nutrisi penting bagi pertumbuhan tanaman. Maka selain menyiram dengan air bersih dan tidak tercemar, Anda juga bisa memanfaatkan pupuk. Penggunaan pupuk organik sangat dianjurkan.
- Pembuatan Pakan Ayam Murah Berkualitas dari Rumput Odot
Untuk mengatasi kenaikan harga pakan ayam, para petani tidak jarang membuat olahan pakan sendiri dengan memanfaatkan bahan-bahan alami yang ada di sekitarnya. Pakan ayam memegang peranan penting dalam pertumbungan ternak ayam. Untuk menghemat piaya produksi terutama biaya pembelian pakan, diperlukan inovasi dari para peternak untuk menciptakan pakan-pakan alternatif dengan kualitas bagus namun dengan tepat meminimalisir biaya pengeluaran. Salah satu inovasi olahan pakan ternak ayam adalah dengan memanfaatkan bahan baku rumput odot. Baca juga: Mengenal Drone Pertanian, Cara Baru Bertani Lebih Efektif Briket Ampas Kopi Wujudkan Inovasi Produk Perkebunan Mengutip dari youtube Pelita Agriculture and Farm, berikut cara membuat olahan pakan ayam dari rumput odot. Langkah awalnya adalah rumput Odot kita cacah sampai sehalus mungkin, supaya ayam dapat dengan mudah mengkonsumsi. Bila kita mencacahnya sehalus mungkin, maka tidak masalah jika langsung diberikan kepada ayam. Namun ayam akan lebih mudah mengkonsumsinya jika dicacah atau diiris dengan halus. Setelah dicacah, kita masukkan ke dalam timba kecil lalu kita tambahkan bekatul atau dedak halus kemudian kita buatkan sedikit air. Kemudian kita aduk sampai merata. Air bisa ditambahkan kalau kira-kira kurang supaya jangan sampai kering. Menambahkan cacahan atau irisan rumput odot ke dalam pakan ternak ayam bakal membantu menjaga kesehatan dan memperkuat sistem imunitas ayam. Hal itu karena rumpot odot mempunyai kandungan antioksidan yang membantu menjaga kesehatan hati dan memperlambat proses penuaan. Rumput odot juga mengandung mineral seperti kalsium, fosfor dan zat besi yang sangat penting bagi pertumbuhan tulang dan sistem reproduksi ayam. Selain itu, ramput odot mempunyai kandungan protein dan vitamin yang amat dibutuhkan ayam. Itulah mengapa di rumput ini terdapat banyak sekali manfaat baik bagi kesehatan ayam.
- Untung Rugi Jadi Petani Milenial
Banyak anak muda yang enggan melakoni dunia pertanian. Alasannya beragam, yang cukup populer adalah karena anak muda lebih memilih hidup bersih, tidak mau kotor di ladang, dan tak mau ambil risiko. Banyak anak muda enggak mau jadi petani karena profesi ini dianggap tidak menjanjikan. Sektor pertanian terkesan kumuh, tidak sekeren bekerja di kantoran. Belum lagi, tingkat kesejahteraannya rendah. Namun kondisi itu, seharusnya bisa menjadi tantangan bagi para lulusan sarjana pertanian," kata Fatoni Saputra, salah satu lulusan Institut Pertanian Bogor (IPB) mengutip Kumparan (6/8/2021). Fatoni terbilang sosok yang langkah di kalangan anak muda lulusan kampus pertanian yang mau bergelut di dunia pertanian. Dia adalah pendiri organisasi non profit bernama Vila Tani Indonesia. Lembaga ini bergerak di bidang pemberdayaan petani. Dia mencoba mengimplementasikan pengetahuannya di kampus kepada petani tentang ilmu pertanian, mengajarkan cara mendapat pendanaan hingga cara memasarkan produk. Baca juga: Yuk Intip Bisnis Pertanian Milenial di Indonesia Di dunia yang ia geluti ini, Fatoni hanya satu persen dari sekian anak pertanian yang mau terjun langsung ke petani. Selebihnya, lebih memilih menjadi pegawai di perusahaan-perusahaan ternama. "Hanya 1 persen yang mau jadi petani. Di Angkatan saya ada 120 orang, yang terjun enggak sampai 10 orang," kata dia. Tak dipungkiri, dunia pertanian kita memang masih didominasi oleh generasi tua. Presiden Jokowi belum lama ini menyebut sebanyak 71 persen petani Indonesia berusia 45 tahun ke atas dan yang di bawah 45 tahun hanya 29 persen. Pertanyaannya, apakah pertanian kita memang tidak menarik untuk digeluti? Djono Albar Burhan, anak muda yang bergelut di bidang pertanian ini membuktikan bahwa pertanian merupakan bidang yang menjanjikan dan punya masa depan cerah. Terbukti, petani sawit lulusan S2 di Universitas Auckland, Selandia Baru berhasil menghapus stigma itu. Mulanya banyak yang memandang sinus profesi Djono lantaran lulusan luar negeri tapi mau terjun ke sektor yang dianggap kurang menjanjikan ini. "Mereka selalu bertanya 'Lu udah S2 dari luar negeri, kok mau balik jadi petani sawit?’ Itu pertanyaan paling banyak yang saya terima," katanya. Djono menyatakan bahwa menjadi wiraswasta bisa lebih bermanfaat kepada orang banyak. Itu karena dengan menjadi wiraswasta dapat membantu petani lain dalam pengelolaan lahan. Berbekal ilmu dari luar negeri, Djono mengaku lebih bermanfaat jika membagikan pengetahuannya itu ke para petani. Dalam urusan teknologi misalnya, dirinya mengenalkan kepada petani bagaimana cara bertani dengan cara lebih efisien. Baca juga: Ngobrol Petani Milenial bareng Stafsus Presiden Billy Mambrasar Bahkan, Djono yang merupakan anak petani sawit ini juga mengaku telah mengajari para petani dalam hal pengelolaan keuangan. Sehingga para petani ini mampu mengontrol keuangan dengan baik. Suatu hal yang belum pernah dilakukan oleh ayahnya sebelumnya. "Sebelumnya mengumpulkan hasil panen di buku besar, berantakan. Saat ingin kalkusikan berapa laba rugi sebulan, petani dulu enggak ngitung itu. Kalau sekarang, dengan ilmu kita yang meningkat, kita tahu pengelolaan keuangan, kita bisa hitung yang paling simple pakai excel," ucapnya. Dari sisi pemanfaatan teknologi, dia mengaku telah mengenalkan pemakaian drone untuk melihat kondisi kebun dari udara. “Jadi, petani bisa mengetahui lahan mana yang tidak produktif. Peran teknologi juga penting dalam pembibitan dan pemupukan,” ungkapnya. Dengan memanfaatkan teknologi, pertanian menjadi lebih presisi dan terukur. Itu juga telah dibuktikan Djoni. Dia bercerita bahwa sebelumnya sang ayah hanya membeli bibit sekadarnya, tanpa mengetahui kualitas dan jumlah ladang produktif. Itu juga terjadi pada penggunaan pupuk. Dari sisi penjualan, Djoni mengatakan bahwa dirinya telah memberi pembelajaran cara menjual sawit dengan harga yang pas. Ini berguna untuk menghindari permainan harga saat dijual ke pabrik pengolahan. Kini, bersama Koperasi Petani Sawit Milenial Setara dan Asosiasi Petani Kelapa Sawit Indonesia (Apkasindo), Djono mengajak anak-anak yang berasal dari keluarga petani kelapa sawit untuk mau mengurus sawit keluarganya.















