top of page

Search Results

328 results found with an empty search

  • Petani Muda Asal Pacitan Tembus Pasar Internasional dengan Gula Aren

    Petani muda di Indonesia semakin banyak yang sukses dalam mengembangkan usaha pertanian mereka, salah satunya adalah Gusti Ayu Ngurah Megawati dari Kabupaten Pacitan, Jawa Timur. Mega sukses menembus pasar internasional dari mengembangkan gula aren Temon yang dirintisnya sejak pertengahan pandemi pada Mei 2020. Dengan usahanya ini, ia mampu meraup omset belasan juta rupiah. Dia mengaku termotivasi setelah menyaksikan potensi alam yang berkembang di desanya. Dari sana ia berpikir untuk memaksimalkan pohon aren yang juga merupakan salah satu pohon konservasi yang sangat baik untuk lingkungan. “Potensi aren sangat besar, jika hanya dibiarkan, bisa saja akan hilang dan tinggal legenda. Padahal peminat gula aren saat ini sedang hits-hitsnya,” ujar Mega. Baca juga: Kisah di Balik Bolu Talas Subang (BTS), Oleh-oleh Khas Baru Tanah Subang Mega menambahkan, aren sangat besar manfaatnya, terutama sebagai substitusi komoditas gula tebu. Aren juga dapat dimanfaatkan sebagai pohon konservasi yang sangat berpengaruh untuk ekosistem alam di suatu wilayah. Dia mulai mengembangkan gula aren untuk pasar ekspor mengingat pemasarannya amat membutuhkan campur tangan dari pemerintah, lantaran tidak ada pasar yang menyerap produknya. Dia pun mendapatkan informasi kalau di luar negeri mulai banyak yang beralih ke gula aren untuk konsumsi pengganti gula tebu. “Produk turunan atau hasil olahan yang telah kami hasilkan ada 6 varian seperti, cetak keping, mini cube, cair (liquid), semut (bubuk), kopi gula aren, dan jahe merah gula aren (bubuk),” ungkap Mega. Guna keperluan menyuplai kebutuhan bahan baku ekspor aren, Mega melibatkan kelompok tani yang beranggotakan 70 petani dengan konsep green business (bisnis berkelanjutan). Keunggulan produk gula Aren Temon milik Mega terletak pada bahan dasar original. Terbuat dari nira aren asli dengan ciri khas rasa yang tidak ada di daerah lain karena laru yang dipakai di bumbung menggunakan cacahan temu lawak, dengan pengolahan di satu rumah produksi sesuai SOP. Baca juga: Kisah Mantan Pecandu Narkoba Jadi Petani Sukses di Bandung Gula Aren Temon dibuat dari Nira Aren asli dengan sistem pengawetan tradisional turun temurun, membuat gula dengan berbagai kemasan ini terjaga kualitas rasanya. Pengolahan tradisional ini selain lebih menyehatkan, juga sebagai salah satu cara menjaga warisan masyarakat Desa Temon, Arjosari dalam menciptakan gula berkualitas tinggi. “Saat ini produk kami telah mengantongi legalitas PIRT, HALAL MUI, UJI LAB SUCOFINDO, BPOM dan proses SNI produk dari Badan Standarisasi Nasional,” imbuhnya. Untuk mengembangkan usahanya, Mega mengharapkan dukungan dari pemerintah pusat seperti program sertifikat organik karena banyak permintaan dari pembeli luar negeri yang mengharuskan memiliki sertifikat tersebut. “Bulan Februari 2023 lalu, kita sudah ekspor gula aren cair (liquid arenga palm sugar) sebanyak 1,3 ton ke Kanada,” kata dia. Untuk lebih memopulerkan produk olahannya, Mega mempromosikannya di pelbagai platform melalui sosial, kerjama sama reseller dan beberapa e-comerce seperti shopee tokopedia dan alibaba.com. Ia pun sudah memiliki website resmi beralamatkan www.gulaarentemon.com. Mega mengajak para generasi muda untuk terjun mengembangkan aren mulai dari hulur hingga hilir dengan memilih sektor mana yang sesuai dengan minat dan fokusnya. Untuk menarik minat generasi milennial, dia pun membentuk kelompok tani, diversifikasi produk dan sebagainya. “Anak-anak dari petani penderes mulai mau belajar mengikuti jejak orang tua meskipun tidak semua,” ujarnya. Mega berharap agar pemerintah terus berperan aktif memberikan solusi terhadap berbagai tantangan di lapangan, seperti aren yang sudah mulai langka, sertifikat produk (organik), meningkatkan sarpras produksi kelanjutan produk turunan dan pengadaan bibit aren yang bisa tumbuh cepat misal genjah karena aren lokal memerlukan puluhan tahun untuk masa panennya. “Dan tentunya perlu informasi tentang pameran produk perkebunan di dalam negeri maupun luar negeri sehingga bisa membuka pasar bagi kami kedepannya, atau mungkin program bela-beli produk turunan perkebunan sehingga terjadi perputaran ekonomi yang signifikan,” pungkas dia.

  • Manfaat Kompos untuk Menyuburkan Kebun di Pekarangan Rumah

    Kalau Anda punya sisa makanan, atau sisa-sisa barang organik, jangan buru-buru dibuang dulu, karena barang-barang itu bisa dimanfaatkan untuk menambah kesuburan tanah. Secara umum, sisa-sisa barang organik memiliki mikroorganisme seperti bakteri atau fungi. Sisa-sisa barang itu kalau dikumpulkan dan diolah dengan baik, maka akan menjadi kompos. Kompos adalah bahan organik yang telah mengalami proses penguraian secara alami. Barang-barang organik yang sudah terurai ini menghasilkan pupuk yang kaya nutrisi bagi tanaman. Bahan-bahan seperti daun, ranting, kulit buah, sisa sayuran, dan kotoran hewan dapat diolah menjadi kompos. Proses pengomposan sendiri dapat dilakukan dengan berbagai cara, seperti pengomposan dengan tumpukan, pengomposan dengan bak terbuka, pengomposan dengan sistem aerobik, dan lain-lain. Berbeda metode pembuatan, tentu saja akan menghasilkan kompos yang berbeda pula. Dengan metode kompos yang sesuai, manfaat kompos dapat sangat berguna untuk menambah unsur hara pada tanah. Kompos dapat digunakan dengan mudah sebagai pupuk untuk hampir segala jenis tanaman. Mulai dari tanaman hias hingga tanaman perkebunan. Penggunaan kompos jelas lebih baik dari pada penggunaan pupuk kimia karena bahan yang dipakai alami. Baca juga: 5 Cara Meningkatkan Kesuburan Tanah dengan Bahan Alami 5 Bumbu Dapur yang Bisa Kamu Tanam di Pot Selain sejumlah manfaat di atas, kompos juga masih menyimpan banyak manfaat. Berikut adalah manfaat kompos yang perlu Anda tahu: 1. Mengurangi Sampah Sampah yang dimaksud adalah sampah organik dari sisa-sisa makanan atau bahan organik lain seperti kulit pisang, daun mangga, hingga batang atau ranting tanaman di pot pekarangan rumah Anda. Kalau sampah-sampah organik ini sampai di TPA, maka manfaatnya tidak sebesar jika itu dikelola menjadi sebuah kompos yang menyuburkan tanah. Dan tentu saja akan mengurangi volume sampah. 2. Struktur Tanah Meningkat Kompos dapat membantu meningkatkan produktivitas tanah yang kurang subur karena struktur tanah yang kurang baik. Kompos dapat bekerja memperbaiki sirkulasi air dan udara di dalam tanah, meningkatkan porositas tanah, dan dapat membantu mengurangi kekompakan tanah. 3. Menambah Unsur Hara Kompos mengandung banyak unsur yang dibutuhkan untuk menyuburkan tanah, di antaranya adalah kalium, fosfor dan nitrogen. Ketiga unsur hara tersebut dapat diserap tanaman dan membantu meningkatkan pertumbuhan dan produktivitas tanaman. Selain tiga unsur hara tersebut, kompos juga mengandung unsur hara mikro seperti magnesium, sulfur dan magnesium di mana ketiganya sangat dibutuhkan untuk membuat tanah semakin subur dan produktif. 4. Meminimalisir Pupuk Kimia Kompos adalah pengganti pupuk kimia. Kompos bahkan bisa dibilang lebih bagus bagi tanah dibanding dengan pupuk kimia karena punya manfaat yang lebih banyak dalam jangka panjang. Pupuk kimia memang memiliki efek yang lebih cepat untuk kesuburan tanaman. Namun, penggunaan pupuk kimia secara berlebihan akan membuat kesuburan tanah semakin merosot. Berbeda dengan penggunaan kompos yang justru baik untuk jangka panjang kesuburan tanah. 5. Buah Semakin Manis Dengan menggunakan kompos, kualitas tanaman akan meningkat. Tanaman yang dipupuk menggunakan kompos memiliki cita rasa dan aroma yang lebih bagus. Kalau itu tanaman buah, maka rasanya akan semakin manis. Selain itu, kompos juga berfungsi untuk mengurangi serangan hama dan penyakit, serta meningkatkan daya tahan tanaman terhadap kondisi cuaca yang ekstrem. 6. Kelembaban Tanah Terjaga Tanah yang kurang mendapatkan pengairan akan menjadi kering dan kehilangan kelembabannya. Sementara kelembaban tanah memegang peranan penting untuk menyuburkan tanaman. Maka tanah harus terus terjaga kelembabannya. Salah satu cara paling mudah adalah dengan memanfaatkan kompos. Karena kompos mampu meningkatkan kemampuan tanah dalam menahan air dan memperbaiki sirkulasi air di dalam tanah. Manfaat ini akan dirasakan manfaatnya ketika musim kemarau tiba di mana tanaman membutuhkan banyak air. 5 Tips Memberi Air pada Tanaman, Ternyata Tidak Semudah Itu Tanaman butuh dirawat dengan baik, salah satu cara merawat tanaman adalah dengan menyiramnya dengan rutin dan terukur. Aktivitas menyiram tanaman memang terlihat mudah dan sederhana. Namun jika tidak tau caranya, justru menyiram dapat menjadi hal buruk bagi tanaman. Saat matahari sedang terik-teriknya, adalah waktu yang tidak dianjurkan untuk menyiram tanaman. Ini karena saat matahari sedang terik dapat menyebabkan air menguap terlalu cepat sebelum tanaman dapat menyerapnya. Cara seperti ini, selain akan merusak tanaman dan membuatnya tidak subur, juga termasuk aktivitas yang membuang-buang air. Menyiram tanaman juga tidak baik jika dilakukan pada malam hari. Ini karena akan menyebabkan tanah terlalu lembab yang akan memicu tumbuhnya jamur dan penyakit. Ini sama halnya seperti menyiram tanaman saat tanah masih basah, karena dapat menyebabkan akar tergenang air dan memicu pembusukan akar. Anda juga tidak dianjurkan untuk menyiram tanaman yang sedang berbunga karena beberapa jenis tanaman dapat menjadi lebih sensitif terhadap air saat berbunga. Menyiram tanaman saat sedang berbunga dapat merusak bunga atau bahkan membuat bunga rontok lebih cepat. Memperhatikan waktu menyiram tanaman ini akan berdampak baik pada tanaman dalam jangka panjang. Berikut adalah tips yang dapat membantu Anda menyiram tanaman dengan efektif dan baik: 1. Waktu yang tepat Seperti diungkapkan di atas tadi, menyiram tidak bisa dilakukan setiap saat. Karena ada waktu-waktu tertentu tanaman tidak boleh terlalu banyak terkena air, atau bahkan ada kondisi di mana tanaman tidak boleh terkena air. Secara garis besar, menyiram tanaman dianjurkan pada saat pagi dan sore hari. Karena pada waktu ini, suhu udara lebih dingin dan angin lebih sedikit sehingga tidak merusak tanaman dan menyiram jadi lebih efektif. 2. Sesuaikan dengan kebutuhan tanaman Tanaman kaktus tidak membutuhkan banyak air untuk bertahan hidup, sebaliknya tanaman seperti sayur-sayuran lebih banyak menghabiskan air. Setiap tanaman punya kebutuhan air yang berbeda-beda. Itu tergantung pada jenis tanaman, ukuran pot, dan kondisi lingkungan. 3. Kurang menyiram Terkadang ada orang yang ingin tanamannya cepat tumbuh dengan subur, dan berbuah dengan segera. Karena tak sabar menunggu, orang tersebut menyiraminya terus-menerus. Padahal setiap tanaman punya kebutuhan air yang berbeda-beda. Tanaman jenis tertentu akan mengalami pembusukan akar jika terlalu sering terkena air. Apalagi jika tanaman itu disiram hingga airnya menggenang. Ini akan berpotensi untuk merusak akar dan ditumbuhi jamur. 4. Cara menyiram Pastikan tidak terlalu membasahi daun saat menyiram. Karena sesungguhnya fungsi menyiram itu untuk membuat tanah menjadi lebih lembab. Adapun daun yang disiram itu hanya menambah kelembaban daun agar tidak mudah gosong apalagi jika terpapar matahari secara langsung. Maka sebaiknya arahkan air ke akar tanaman untuk memastikan bahwa air mencapai tempat yang dibutuhkan. 5. Jangan pakai air sembarangan Tanaman membutuhkan siraman air bersih dan segar. Hindari penggunaan air kotor untuk menyiram tanaman karena itu akan merusak tanah dan tanaman. Pastikan untuk menggunakan air bersih dan segar saat menyiram tanaman karena air yang kotor atau tercemar dapat merusak tanaman dan mengganggu pertumbuhannya. 6. Pemakaian pupuk Nutrisi penting bagi pertumbuhan tanaman. Maka selain menyiram dengan air bersih dan tidak tercemar, Anda juga bisa memanfaatkan pupuk. Penggunaan pupuk organik sangat dianjurkan. Panduan bagi Pemula Cara Pemupukan Organik yang Tepat Penggunaan pupuk organik saat ini telah populer di kalangan masyarakat. Pupuk yang bisa dibuat di rumah ini cenderung lebih murah dan ramah lingkungan. Bahkan pupuk jenis ini disebut bagus untuk jangka panjang kesuburan tanah. Pupuk organik banyak dipilih karena mengandung banyak nutrisi yang baik tanaman. Pupuk ramah lingkungan ini tidak mengandung bahan kimia sintetis seperti pupuk kimia, sehingga lebih ramah lingkungan. Dengan begitu maka pupuk ini aman untuk budidaya tanaman organik. Beberapa jenis pupuk organik yang umum digunakan antara lain pupuk kompos, pupuk kandang, dan pupuk hijau. Pupuk organik dapat digunakan pada berbagai jenis tanaman, baik di kebun, ladang, atau di dalam pot di rumah. Nah, sebelum melakukan pemupukan tanaman menggunakan pupuk organik, sebaiknya kenali dulu jenis-jenis pupuk organik yang pas buat tanaman Anda. Ada banyak jenis pupuk organik yang tersedia di pasaran, seperti pupuk kompos, pupuk kandang, dan pupuk hijau. Pilih jenis pupuk organik yang sesuai dengan jenis tanaman Anda. Perhatikan takaran yang direkomendasikan pada kemasan pupuk organik yang Anda pakai. Terlalu sedikit menggunakan pupuk organik akan berdampak kurang maksimal terhadap tanaman. Sebaliknya, terlalu berlebihan menggunakan pupuk organik juga tidak baik. Sebelum menggunakan pupuk ini, terlebih dahulu harus dicampur dengan tanah. Anda bisa membentuk lubang di sekitar tanaman dan menaburkan pupuk ke dalamnya, lalu campurkan dengan tanah. Setelah tanaman dipupuk, dianjurkan untuk menyiram tanaman. Tujuannya agar pupuk yang diberikan dapat menyebar ke seluruh bagian tanaman dan dapat segera diserap oleh akar. Ada tanaman yang membutuhkan pemupukan lebih sering daripada yang lain. Setiap tanaman punya karakter yang berbeda-beda, maka perhatikan frekuensi pemupukan. Perhatikan frekuensi pemupukan yang direkomendasikan untuk jenis tanaman Anda. Selanjutnya, gunakan pupuk organik secara teratur karena sifat pemberian nutrisi pupuk organik adalah dengan cara perlahan-lahan. Untuk itu, gunakan pupuk organik secara teratur, misalnya setiap 1-2 bulan sekali, agar tanaman tetap mendapatkan nutrisi yang cukup. Terakhir, pupuklah tanaman Anda dengan takaran dan durasi yang tepat. Jangan memupuk berlebihan karena dapat merusak tanaman dan lingkungan sekitar. Pupuk organik sebaiknya digunakan dengan takaran yang tepat dan tidak berlebihan.

  • Masyarakat Miskin Ekstrem Aceh Jaya Dapat Bantuan Redistribusi Lahan

    Untuk menanggulangi kemiskinan dan memacu pertumbuhan ekonomi, Pemerintah Kabupaten Aceh akan melakukan pembagian lahan pertanian dan perkebunan kepada masyarakat miskin ekstrem. Sebanyak 3.090 Kepala Keluarga (KK) dilaporkan akan menerima bantuan redistribusi lahan. Pemkab Aceh Jaya menyiapkan 7.527,81 hektare lahan yang tersebar di semua kecamatan di Aceh Jaya. Lokasinya antara lain terletak di bekas lahan pelepasan HGU, lahan bekas pelepasan HPH dan lahan bekas APL transmigrasi. Baca juga: Ayo Ikut Program AUTP untuk Peroleh Ganti Rugi bila Gagal Panen “Program redistribusi lahan tersebut kita harapkan masyarakat miskin ekstrem dapat memiliki dan mengelola lahan secara mandiri. Dengan harapan dapat meningkatkan pendapatan dan kesejahteraan keluarganya,” kata Pj Bupati Aceh Jaya, Nurdin, dikutip dari harianrakyataceh.com, Senin (17/4/2023). Program ini sekarang sedang memasuki tahanan pendataan dan verifikasi supaya penerima tepat sasaran. Nurdin menyebut semua masyarakat miskin di daerahnya akan mendapatkan lahan. "Hal ini untuk melihat serta memastikan bahwa masyarakat tersebut benar-benar berhak dan layak mendapatkan lahan tersebut,” jelasnya. Baca juga: Kementan Minta Kabupaten dan Kota Tetapkan Lahan Pertanian Berkelanjutan Selain masyarakat miskin ekstrem, sekitar 723 eks-kombatan, tahanan politik/narapidana politik, dan korban konflik juga menjadi penerima program redistribusi lahan dari Pemkab Aceh Jaya. “Agar nantinya lahan yang diperuntukan kepada penerima manfaat benar-benar clean and clear, agar tidak terjadi masalah di kemudian hari untuk menciptakan sentra-sentra ekonomi baru, mengurangi pengangguran, melalui sektor perkebunan dan pertanian,” kata Nurdin.

  • Pupuk Ciptaan Kelompok Tani Bangka Hemat Biaya Produksi 85 %

    Sarjiman dan Toni, dua orang petani dari Kelompok Tani Karya Bersama, Kabupaten Bangka, Provinsi Bangka Belitung berhasil menciptakan pupuk organik yang diberi nama Hoak. Pupuk cair semi organik olahan petani asal Kelurahan Jelitik, Kecamatan Sungailiat ini, katanya mampu menghemat biaya produksi kebun sekitar 75-85 persen. Pupuk Hoak ini dipamerkan dalam Lomba Cipta Inovasi Teknologi Tepat Guna (TTG) yang digelar Dinas Pemberdayaan Masyarakat dan Desa (DPMD) Kabupaten Bangka, Senin (13/3/2023) di halaman kantor DPMD Bangka. Menurut Sarjiman, alasan pupuk cair ini dinamakan Pupuk Hoak karena banyak orang tidak percaya keunggulan pupuk tersebut. Pasalnya, 1 kg pupuk cair setara manfaatnya dengan 1 ton pupuk kimia. Baca juga: Kilang Tebu Hemat 60 Persen, Ikuti Jejak Kelompok Tani Inovatif dari Sumbar Ini "Biarlah orang lain tidak percaya dengan pupuk ini, tapi kami sudah membuktikan sendiri keunggulannya karena kami adalah petani yang langsung menggunakan untuk berkebun berbagai macam jenis tanaman," ujar Sarjiman didampingi rekannya, Toni. Sebanyak 1 liter Pupuk Hoak bisa dicampur dengan 15 liter air, kemudian disiramkan ke akar tanaman sehingga tanaman tumbuh subur. Atau bisa juga disemprotkan ke daun, namun dengan dosis 250 ml untuk 15 liter air. Sarjiman dan Toni membuat pupuk cair semi organik ini dari daun Krokot. Caranya, sebanyak 1 kg daun Krokot diblender, lalu difermentasi selama 18 hari dengan dicampuri air beras, air kelapa, bakteri EM4, air gula aren dan tambahan pupuk kimia NPK atau KCL sekitar 0,5 kg. Ada dua jenis pupuk cair yang dibuat Sarjiman dan Toni. Pupuk vegetatif yang berwarna hijau untuk menyuburkan tanaman dan pupuk generatif yang berwarna kemerahan untuk untuk mengeluarkan atau membesarkan buah tanaman. Meski belum pernah diuji secara laboratorium, kata Sarjiman, hasilnya lumayan berhasil setelah diaplikasikan langsung di kebun. Baca juga: Kelompok Tani di Cimahi Fasilitasi Warga Difabel Bercocok Tanam Sarjiman mengakui eksperimen membuat pupuk cair ini berangkat dari kondisi dia yang tidak lagi mampu membeli pupuk kimia nonsubsidi mengingat harganya sudah melonjak tinggi. Beruntung, di sekitar kebun banyak tumbuh daun krokot sehingga dia tidak kesulitan mencari bahan baku pembuatan Pupuk Hoak. Dia mengatakan jika susah atau tidak dapat menemukan daun krokot, maka bisa diganti dengan daun kelor. "Namun yang paling bagus itu daun krokot," tegas dia.

  • Berkat Video Youtube, Petani Vanili Wonogiri Jadi Jutawan

    Teknologi di tangan yang tepat dan digunakan dengan benar bakal dapat menghasilkan cuan. Belajar otodidak dari video Youtube, seorang petani asal Wonogiri, Jawa Tengah bisa meraup jutaan rupiah. Prayitno warga Dusun Batuwarno, Desa/Kecamatan Batuwarno, Wonogiri memulai usaha dengan membudidayakan tanaman vanili. Pengetahuan bertanam dipelajarinya dari video-video Youtube. Awal budidaya vanili dilakukan Prayitno sejak tahun 2017, berawal dari tiga batang tanaman yang ia peroleh dari sahabatnya. Mula-mula tidak dia urus, sekadar ditaruh di depan rumah. Tidak diduga, tanaman vanili itu tumbuh besar dan berbunga namun ia tidak tahu bagaimana cara mengembangkannya. Bingung cari jawaban, dia pun mencari video tutorial tanaman vanili di Youtube. Prayitno membutuhkan waktu sekitar 5 tahun untuk melakukan observasi dan mempelajari tanaman yang dijuluki emas hijau. Lambat laun kerja keras dia membuahkan hasil. Kini dia sudah memiliki lebih dari 300 batang vanili yang dibudidayakan di belakang rumahnya sendiri. Baca juga: Sukses Budidaya Emas Hijau, Petani Milenial Sukabumi Ekspor Vanili ke Luar Negeri Sekarang sudah mulai tampak buah dari beberapa pohon vanili miliknya. Satu tanaman mampu menghasilkan lima tandan dan satu tandan berisi lima sampai belasan buah. Sejak awal menanam, Prayitno baru berhasil panen pada Maret 2023 ini. Bila dijual, harga vanili basah bisa mencapai Rp 300.000/kg dan vanili kering kuat mencapai Rp1,5 juta/kg. Menurut dia, proses pengeringan membutuhkan waktu yang cukup panjang hingga sepekan, mulai dari perendaman di air yang mendidih hingga penjemuran pada sinar matahari langsung. Dengan patokan harga tersebut, Prayitno kini mampu meraup cuan besar hingga lebih dari Rp 300 juta apabila menjual vanili kering. Dia bercerita kalau harga vanili kering sempat menyentuh harga Rp 6 juta sebelum pandemi Covid-19. Prayitno berbagi saran agar bersabar dalam membudidayakan vanili mengingat tanaman ini hanya berbuah sekali dalam setahun. Bahkan jika menanam dari nol dari bibit, hasil panennya baru bisa dinikmati setelah setahun lebih. "Saya saja baru panen setelah enam tahun. Tapi kalau beli tanaman vanilinya sudah panjang, itu bisa lebih cepat,” kata dia. Selain itu, permintaan pasar akan vanili juga masih tinggi baik di pasar domestik maupun luar negeri ditambah produksi di Indonesia masih belum mencukupi. Baca juga: Iwan Tarigan Sukses Berkebun Kurma di Dataran Tinggi Sumatra Utara Vanili merupakan tanaman penghasil bubuk vanili yang umum digunakan sebagai pengharum makanan. Ia kini menjadi penyedap rasa paling populer di dunia. Selain karena rasanya, aroma vanili juga menenangkan. Bubuk vanili dihasilkan dari buahnya yang berbentuk polong. Ekstraknya inilah yang digunakan sebagai rempah dalam berbagai makanan dan minuman. Tanaman vanili pertama kali dikenal oleh orang-orang Indian di Meksiko. Daerah asal tanaman ini adalah Panili atau Perneli. Ada tiga varian vanili yang umumnya dibudidayakan, yaitu planifolia, pompona dan black tahiti. Petani Indonesia biasanya membudidayakan vanili varian vanilla planifolia.

  • 5 Alat Berkebun yang Wajib Anda Punya sebagai Petani Pemula

    Berkebun yang baik perlu persiapan dengan matang. Setidaknya, sebelum melakukan aktivitas dengan tanaman ini Anda wajib mempersiapkan peralatan-peralatan yang wajib dimiliki agar berkebun menjadi lebih menyenangkan. Berkebun menggunakan alat yang proper membantu Anda untuk mendapatkan hasil kebun yang juga memuaskan. Ini karena sejumlah aktivitas perkebunan, meskipun dilakukan di pekarangan rumah, membutuhkan alat-alat khusus yang tidak bisa digantikan. Berikut adalah alat-alat berkebun yang wajib Anda punya sebelum memulai berkebun. Sekop Mengapa sekop menjadi alat pertama yang wajib Anda miliki? Alat ini wajib dimiliki karena Anda tidak akan bisa menggali tanah tanpa menggunakan alat ini. Sekop sangat berguna bagi aktivitas berkebun. Fungsinya sangat banyak. Di antaranya untuk menggali tanah sebelum menanam. Alat ini juga berfungsi untuk mengambil tanah atau alat untuk memasukkan tanah ke media tanam seperti pot atau polybag. Meskipun alat ini sederhana dan mudah didapat di toko-toko peralatan pertanian, namun masih banyak pelaku perkebunan tidak memiliki alat ini. Untuk itu, alat sederhana ini masuk dalam kategori alat wajib yang pertama harus Anda miliki sebelum berkebun. Baca juga: Cari Tahu Kadar Nutrisi dengan Alat Sensor Tanah Secara Real-Time 10 Tips Berkebun Sayuran untuk Pemula Cangkul Cangkul sebetulnya fungsinya tidak jauh berbeda dengan sekop. Keduanya merupakan alat untuk mengangkut tanah, hanya saja cangkul punya kapasitas angkut yang lebih besar dari sekop. Cangkul bisa sangat dibutuhkan dalam berkebun khususnya di saat area berkebun Anda sudah makin luas. Anda akan sangat butuh cangkul untuk menggali liang untuk menanam pohon berukuran besar. Cangkul juga berfungsi untuk menggemburkan tanah yang sudah lama tidak dipakai. Tanah yang lama didiamkan biasanya mengeras dan kurang vitamin sehingga butuh diolah lagi agar kembali subur. Nah, untuk melakukan aktivitas ini, Anda tidak bisa lepas dari cangkul. Sarung Tangan Para penghobi kebun wajib punya sarung tangan berkebun. Barang ini akan melindungi tangan Anda dari bahaya saat berkebun seperti benda-benda tajam, hingga paparan langsung dengan tanah. Sarung tangan ini sangat berguna khususnya saat Anda melakukan pemupukan. Alat ini akan menghalangi bakteri pada kotoran hewan pupuk organik yang Anda pakai. Lebih-lebih kalau Anda menggunakan pupuk kimia, maka tangan Anda akan lebih terjaga. Sarung tangan juga bisa mencegah tangan Anda dari cidera saat melakukan aktivitas berat saat berkebun seperti saat mencangkul atau menggali tanah. Sarung tangan yang baik untuk berkebun biasanya berbahan nilon, kulit, atau serat bambu karena cenderung lebih awet menghindari tangan dari lembab dan basah. Selang/Ember Air adalah kebutuhan utama bagi tanaman. Tak ada perdebatan lagi bahwa selang adalah alat wajib untuk berkebun. Alat ini akan membuatmu mudah dalam menjaga kelembaban tanah dan tanaman. Agar lebih memudahkan menyiram tanaman, lengkapi selang dengan nozzel atau pengontrol semprot yang dapat menghasilkan air yang menyerupai percikan hujan dan menjangkau area lebih jauh. Nah, kalau untuk kebun rumahan yang tidak terlalu luas, cukup gunakan watering pot sebagai menampung air supaya kegiatan menyiram menjadi lebih praktis dan tidak becek. Garpu Tanah Garpu tanah tergolong alat berkebun yang cukup sederhana namun punya fungsi yang lumayan banyak. Alat ini bisa difungsikan sebagai pemecah tanah yang kurang gembur atau padat. Alat ini juga bisa dipakai untuk membuat lubang benih, bisa juga untuk mencampur tanah, mengaduk, menghilangkan gulma dan batu, serta mengaerasi (melubangi) tanah. Selain memudahkan pekerjaan saat penggalian, tiga sampai empat taring tebal, tajam, dan kuat akan lebih gampang memecah dan menembus tanah padat dibandingkan sekop atau cangkul biasa.

  • Rahasia Jawa Barat Sukses Terapkan Digitalisasi Pertanian Inovatif

    Dalam survei yang dilakukan oleh Badan Pangan dan Pertanian (FAO), Jawa Barat dinyatakan sebagai provinsi yang menerapkan inovasi digital pertanian, perikanan dan peternakan yang cukup progresif di lingkungan wilayah desanya. Ini bermula ketika FAO meluncurkan Digital Village Initiative (DVI) pada tahun 2021 yang bertujuan untuk mempromosikan digitalisasi di daerah pedesaan. Setahun kemudian, Indonesia bersama 13 negara lainnya di kawasan Asia Pasifik sepakat untuk melakukan survei tentang inovasi digital di wilayah pedesaan di negara masing-masing. Dengan dukungan dari Institut Pertanian Bogor (IPB), FAO melakukan survei di 132 desa di Indonesia guna menilai tingkat inovasi digital termasuk perkembangan teknologi dan tingkat adopsi untuk menentukan kematangan inovasi digital yang dipraktikkan. Hasilnya, Jawa Barat menjadi provinsi terdepan yang melek digital pertanian. "Seperti smart farming, smart fishery, smart livestock, dan masih banyak lagi," ungkap Rajendra Aryal, Kepala Perwakilan FAO di Indonesia dan Timor Leste. FAO menemukan tingkat kematangan digital di pedesaan ternyata bervariasi mulai dari tahap percontohan hingga tahap komersial. Potensi tersebut diharapkan bisa dikembangkan dengan dukungan teknis dari FAO. "Kami berharap desa inovasi digital ini akan terus berlanjut dalam kerja sama yang erat dengan pemerintah dan pemangku kepentingan terkait lainnya. Sangat penting untuk memanfaatkan potensi desa-desa ini," imbuh Rajendra. Baca juga: Cocok Tanam di Udara, Inovasi Kekinian Urban Farming Electrifying Agriculture, Terobosan PLN Tingkatkan Pertanian Indonesia Inovasi digital di desa-desa di Jawa Barat mewakili berbagai sektor di bidang pertanian, antara lain pembangunan infrastruktur, layanan keuangan, layanan sosial, pemasaran pertanian pangan dan e-commerce, pertanian cerdas, peternakan cerdas, sistem informasi, e-government, dan masyarakat dan pertumbuhan ekonomi. Sebagai contoh, e-fishery telah diterapkan di Desa Puntang, Soge dan Krimun di Indramayu. Demikian pula pertanian cerdas telah diterapkan di Habibie Garden di Desa Cibodas, Desa Alam Endah di Kabupaten Bandung, serta Desa Papayan di Tasikmalaya. Survei FAO menemukan bahwa egovernance adalah jenis inovasi yang paling banyak di desa, diikuti oleh digitalisasi dalam kegiatan komunitas dan ekonomi, smart farming, sistem informasi, pemasaran pangan pertanian, e-commerce, layanan sosial, layanan keuangan, dan infrastruktur lokal. FAO di kawasan Asia-Pasifik telah mengembangkan platform yang disebut "1000 Desa Digital" sebagai tempat berbagi pengalaman dan memberikan dukungan teknis untuk inovasi digital. DVI FAO merupakan program untuk mendukung pembangunan pedesaan yang inklusif dan peka gender serta transformasi sistem pertanian pangan berkelanjutan untuk memenuhi tujuan Sustainable Development Goals (SDG) 2030. FAO DVI mengikuti pendekatan ekosistem digital yang dipimpin oleh negara anggota, berpusat pada pengguna, dan holistik untuk pengembangan desa digital dengan berlandaskan konteks lokal.

  • Heri Sunarto Raup Ratusan Juta Rupiah dari Pertanian Integrasi Tanpa Lembah

    Metode pertanian dengan pola integrated farming melalui skema zero waste atau tanpa limbah sudah mulai ditekuni oleh banyak petani. Pola pertanian terpadu ini diyakini mampu memenuhi berbagai kebutuhan pangan secara holistik dalam satu lahan. Salah satu petani yang sukses menerapkan metode pertanian integrated farming adalah Heri Sunarto, warga Desa Jagan, Kecamatan Bendosari, Sukoharjo, Jawa Tengah. Integrated farming merupakan metode pertanian terpadu di mana ada banyak komoditas dibudidayakan dalam satu hamparan lahan, seperti padi, sayur, ayam, lele, sapi dan komoditas pangan lainnya. Dalam praktiknya, Heri membangun waduk lokal sebagai kolam penampungan agar coverage air menjadi lebih luas. Dalam 6 bak besar kolam penampungan dengan ukuran diameter 3 meter, ia membudidayakan lele, nila dan patin. Baca juga: Rizky Bayu Pradana, Mantan Pegawai Bank yang Sukses Jadi Peternak Domba Peternakan ikan itu, kemudian diintegrasikan oleh Heri dengan peternakan ayam, lahan minapadi dan lahan sawah tadah hujan. "Di kolam penampungan ini nanti bisa memfilter kotoran dan sisa pakan. Masuklah air tersebut ke minapadi, setelah itu baru ke lahan padi tadah hujannya,” kata Heri menjelaskan. Ada banyak keuntungan yang dirasakan Heri selama menjalani pertanian terpadu ini. Limbah ikan dan ternak ayam dimanfaatkan olehnya sebagia pupuk sehingga menghemat biaya pembelian pupuk. Selain itu, ia juga memanfaatkan limbah rumah tangga dan sisa sembelihan ayam untuk bahan pakan ikan. Lewat pengembangan pertanian terpadu, Heri sudah mendapat net profit Rp 200 sampai 300 juta per hektar per tahun dari hasil budidaya peternakan, perikanan dan pertanian. Baca juga: Novi Listiana, Mantan Pedangdut yang Kini Jadi Petani Sukses Heri bahkan sudah menerapkan IP 4, yang artinya masa satu tahun didesain untuk tanam 4 kali dan bisa panen sebanyak itu pula. Strateginya, dia merancang bulan panen yang harganya bagus dan provitas bagus yakni panen di bulan Januari, April, Juli dan November. "Saya atur saat pertanaman ini supaya pas panen nanti harganya bagus, hasilnya pun bagus,” terang dia.

  • Mengenal Drone Pertanian, Cara Baru Bertani Lebih Efektif

    Pertanian rawa di wilayah Kabupaten Hulu Sungai Utara, Kalimantan Selatan kerap terganggu dengan adanya belukar yang menutupi area pertanian. Kondisi ini membuat petani kesulitan menjalankan aktivitas pertaniannya. Sejumlah upaya dilakukan para petani untuk membasmi hama yang telah lama menjadi musuh mereka. Mulai dari pembabatan, pembakaran hingga menggunakan alat berat ekskavator. Namun hama itu terus tumbuh dan mengganggu produktivitas petani. Saat ini para petani mulai memanfaatkan drone atau pesawat tanpa awak untuk membasmi hama yang disebut oleh warga sebagai susupan gunung ini. Dibantu aparat TNI AD dari Koramil 08 Sungai Pandan Kodim 1001/HSU/BLG, Sabtu (8/4/2023), para petani membasmi hama ini dengan mudah. Drone yang dipakai mampu membawa 10 liter air kimia yang mampu menyemprot lahan 1 hektare dengan waktu singkat. Bila dibandingkan dengan metode lain, cara ini sangat cepat dan efisien. Baca juga: Electrifying Agriculture, Terobosan PLN Tingkatkan Pertanian Indonesia Di atas adalah salah satu contoh pemanfaatan teknologi drone pada sektor pertanian. Kehadiran pesawat tanpa awak dalam dunia pertanian semakin dirasakan manfaatnya oleh para petani. Pemanfaatan drone diharap mampu memacu peningkatan produksi pertanian karena aktivitas pertanian dapat dikerjakan dengan cara cepat dan akurat. Selain sebagai alat untuk menyemprotkan pestisida, drone juga memiliki manfaat lain dalam dunia pertanian. Drone dapat berfungsi sebagai pemantau tanaman. Dengan memanfaatkan sensor dan kamera, drone dapat membantu petani mengidentifikasi area yang sulit dijangkau. Petani akan dengan mudah mengetahui tanaman mana yang kekurangan air, terinfeksi penyakit atau terserang hama. Mengetahui kondisi tanaman, apalagi di lahan pertanian yang luas, sulit dilakukan petani tanpa menggunakan bantuan teknologi. Baca juga: IPAT BO, Teknologi Pertanian UNPAD yang Bikin Padi Bahagia Selain itu, petani juga dapat memanfaatkan drone sebagai alat untuk memetakan lahan pertanian. Ini dapat membantu petani dalam mengelola lahan pertanian secara efektif dan efisien, seperti mengidentifikasi area yang cocok untuk jenis tanaman tertentu, mengukur kebutuhan air dan pupuk, dan mengoptimalkan penggunaan lahan pertanian. Pada persoalan cuaca dan iklim, drone juga dapat dimanfaatkan dengan maksimal. Alat ini dapat dengan mudah mengumpulkan data cuaca dan iklim pada area pertanian secara akurat dan real-time. Cuaca dan iklim adalah salah satu musuh terberat petani. Terkadang, petani sudah menyiapkan lahan yang baik, bibit unggul, pupuk dan perawatan yang maksimal, namun tanamannya gagal panen lantaran pengaruh cuaca buruk. Namun jika data cuaca sudah dikumpulkan, maka petani dapat dengan leluasa merencanakan kegiatan pertanian seperti penanaman, penyiraman dan pemanenan dengan lebih efektif karena berbasis data. Drone bisa sangat memberi dampak positif pada pertanian. Namun belum dimanfaatkan secara maksimal di pertanian Indonesia. Di antara penyebabnya adalah harganya masih relatif lebih mahal, baik dari segi harga beli barang, pengoperasian, dan perawatannya.

  • Kilang Tebu Hemat 60 Persen, Ikuti Jejak Kelompok Tani Inovatif dari Sumbar Ini

    Petani tebu di Kelompok Tani Inovatif Tebu Serumpun di Nagari Lawang, Kecamatan Matur, Kabupaten Agam, Sumatera Barat, sudah tidak lagi menggunakan mesin berbahan bakar diesel untuk mengolah batang tebu menjadi gula saka. Sekarang mereka sudah beralih ke program Electrifying Agriculture. Sebuah program inovasi PT PLN (Persero) yang bertujuan untuk meningkatkan performa sektor pertanian melalui transisi energi dari mesin berbahan bakar diesel menjadi mesin berbasis listrik serta mewujudkan peternakan yang modern, ramah lingkungan dan efisien. Namun saat ini mereka memiliki kesempatan terbatas sebanyak tiga kali untuk memperoleh program electrifying agriculture dari PLN. Saat ini, satu kesempatan sudah diambil oleh Keltan Inovatif Nagari Lawang, sehingga masih tersisa dua slot bagi kilang tebu lainnya untuk beralih dari mesin diesel menjadi mesin berbasis listrik secara gratis. Baca juga: Peduli Konservasi Lahan, Kelompok Tani NTT Budidaya Tanaman Perkebunan Kelompok Tani Kalimantan Utara Sukses Kembangkan Agrowisata Flora Fauna Keuntungan menggunakan mesin listrik sudah dirasakan langsung oleh kalangan pemilik usaha kilang tebu. Salah satunya adalah Syaiful Bahri, pemilik kilang tebu Kelompok Tani Inovatif di Kecamatan Matur. “Saya mendirikan kilang tebu ini sejak 2007. Mulai dari menggunakan tenaga kerbau, dan kemudian mesin diesel. Rata-rata saya membeli BBM solar Rp 350 ribu untuk menggiling 1 ton tebu,” ujar Syaiful bercerita. Kemudian semenjak beralih ke mesin berbasis listrik, Syaiful hanya perlu merogoh uang Rp 102 ribu untuk membeli token yang dia manfaatkan untuk menggiling 1 ton tebu. “Alhamdulillah, kini kami bisa menghemat biaya operasional mencapai 60 persen,” ungkapnya. Dasril, ketua kelompok tani tebu lainnya menyampaikan keinginan untuk segera beralih menggunakan listrik pada mesin tebu miliknya. “Insyaallah saya juga segera beralih menggunakan listrik untuk pengoperasian mesin tebu. Saya sudah melihat contohnya, dan memang terbukti banyak keuntungannya,” kata dia. Untuk memperoleh program electrifying agriculture dari PLN, para petani cukup membuat surat proposal ke PLN UID Sumbar dan akan diverifikasi untuk menentukan kelayakan penerimaan program tersebut. Manajer Komunikasi dan TJSL PLN UID Sumbar Yenti Elfina mengatakan program TJSL electrifying agriculture di Matur hanya untuk tiga pilot project. Kata dia, biaya yang dibutuhkan untuk pemasangan listrik pintar di kilang tebu sekitar Rp 25-33 juta, ditambah pembelian mesin elektro motor dan sebagainya. "Namun dengan dana TJSL (tanggung jawab sosial lingkungan/CSR) biaya tersebut menjadi tidak ada,” ujar Yenti.

  • 3 Kopi Indonesia Mejeng di Festival Kopi Terbesar Belanda

    Tiga varietas kopi asal Indonesia yaitu kopi Organik Java Preanger, Luwak Arabika Gayo, dan Robusta Pinrang dipamerkan dalam festival kopi terbesar di Belanda, Amsterdam Coffee Festival 2023 yang berlangsung pada 30 Maret hingga 1 April 2023. Ketiga kopi tersebut merupakan hasil kurasi binaan Kementerian Pertanian (Kementan), Direktorat Jenderal (Ditjen) Perkebunan. Salah satu Sociopreneur Coffee Indonesia, Bernard Langoday mengatakan, kegiatan itu merupakan peluang besar bagi Indonesia untuk memperkenalkan kopi Indonesia ke kancah internasional. “Sebab, festival tahunan ini mempertemukan para produsen kopi di dunia dengan pasar kopi eropa,” ujarnya, Kamis (6/4/2023). Bernard sendiri adalah pengawal di booth Paviliun Indonesia bersama dengan Kedutaan Besar Republik Indonesia (KBRI) Belanda. Acara yang digelar selama tiga hari itu berhasil menyedot sekira 5 ribu pengunjung. Menurut Bernard, itu menjadi potensi tersendiri bagi peluang ekspor kopi Indonesia untuk ke depan. "Pameran kopi ini diharapkan menjadi peluang yang baik bagi pengusaha dan eksportir kopi Indonesia untuk mempromosikan kopi Nusantara secara ke Eropa, khususnya tiga varian kopi yang memang sengaja kami kirimkan sampelnya karena ada permintaan khusus dari beberapa buyer di Belanda," ujarnya. Kegiatan yang digelar pada 4 hingga 5 April 2023 itu berfokus pada pemasaran kopi jenis organik dan luwak. Kopi luwak gayo binaan Ditjen Perkebunan Kementan meraih interested dan insights yang sangat bagus dengan model business to business (B2B). Sementara itu, KBRI Indonesia di Belanda menempatkan empat pelaku usaha utama pada Paviliun Indonesia untuk berpartisipasi di pameran tersebut, yaitu Desa Sejahtera Astra, Dua Coffee, Catur Coffee, dan Kopi Tuku. Desa Sejahtera Astra berhasil menandatangani nota kesepahaman (MoU) untuk produk inovasi kopi terbaru, yakni kopi celup dengan komitmen pembayaran dan investasi untuk 15.000 kaleng kopi celup bersama Coffee Cupping International selaku mitra produksi, dagang, dan investasi. Baca Juga Rizky Bayu Pradana, Mantan Pegawai Bank yang Sukses Jadi Peternak Domba 10 Tips Berkebun Sayuran untuk Pemula Desa Sejahtera Astra juga berhasil terkoneksi ke 20 lebih perusahaan serta melakukan company visit di dua perusahaan kopi terbesar di Belanda dan Belgia, yaitu Daarnhouwers Co BV dan SAS Coffee Company. Di sisi lain, pimpinan SAS Coffee Company dari Belgia melalui brand "Beanmeup" dalam wawancaranya menyatakan ketertarikannya terhadap kopi organik Java Preanger dari Indonesia. "Washed Preanger dari Indonesia adalah biji yang paling kami sukai. Pada 2016 lalu ketika di Jawa kami membawa beberapa,” katanya Di kesempatan lain, Direktur Jenderal Perkebunan Andi Nur Alam Syah mengapresiasi kontribusi KBRI Belanda dalam melibatkan beberapa varian kopi nasional di Amsterdam Coffee Festival 2023. "Belanda merupakan salah satu pasar potensial kopi Indonesia dan juga mitra kerja untuk ekspor produk perkebunan Indonesia,” kata Andi. Belanda merupakan importir kopi terbesar ketujuh di Eropa dengan konsumsi per kapita rata-rata mencapai 8,3 kilogram per tahun per orang. Ekspor kopi Indonesia ke Belanda, kata Andi meningkat sekitar 54,69 persen pada 2022 jika dibandingkan tahun sebelumnya. “Secara umum, ekspor kopi Indonesia pada 2022 meningkat 4,2 persen dari sisi volume dan meningkat 23,4 persen dari sisi nilai dibandingkan tahun sebelumnya," katanya.

  • Zainudin, Kuli Bangunan yang Jadi Petani Timun Suri jelang Ramadhan

    Timun suri merupakan buah primadona pada bulan Ramadhan. Ia biasanya diolah sebagai campuran dalam minuman segar. Tekstur dagingnya yang garing dan menyegarkan, serta rasanya yang sedikit manis, membuatnya paling banyak diincar sebagai menu berbuka puasa. Namun tidak banyak petani membudidayakan buah timun suri padahal peluang usahanya masih terbuka lebar untuk mendapatkan keuntungan. Itulah yang dilakoni Zainudin setiap kali menjelang Ramadhan. Zainudin adalah kuli bangunan biasa, namun ketika tiba bulan Ramadan, dia akan berganti pekerjaan menjadi seorang petani timun suri. Dia beralih menanam timun suri dengan alasan hasil yang diperolehnya lebih menggiurkan. Bulan Ramadhan dimanfaatkan betul oleh Zainudin untuk mencari rezeki semaksimal mungkin. Dia tidak malu melakukan pekerjaan ini selama pekerjaan yang dilakukannya halal. Dia giat dan tekun serta tidak gengsi. Bagi dia, yang terpenting adalah dia bisa membahagiakan kedua orang tuanya. “Saya kuli bangunan sudah lama sekitar 15 tahun tapi setiap menjelang Ramadhan saya beralih menjadi profesi menjadi petani timun suri,” ujar Zainudin. “Karena hasilnya lebih menggiurkan, mencari berkah, dan menyenangkan kedua orang tua saya,” sambung dia. Baca juga: Novi Listiana, Mantan Pedangdut yang Kini Jadi Petani Sukses Rizky Bayu Pradana, Mantan Pegawai Bank yang Sukses Jadi Peternak Domba Dia menanam timun suri di lahan dengan luas kurang lebih 1 hektar. Berkat kesabaran dan keuletannya, Zainudin mampu menghadapi segala rintangan dalam menanam timun suri. Mulai dari pupuk yang kadang sulit didapat hingga waktu menanam yang terlalu sedikit. Dengan modal sekitar Rp 7 juta, omset yang didapat Zainudin bisa berkisar hingga Rp 20 juta lebih. “Tanam timun suri dari pertama semai sampai panen 50 hari. Dari semai pindah ke lahan butuh waktu 10 hari setelah itu tanam ke lahan. Setelah tanam di lahan 50 hari baru bisa panen,” ujarnya. Zainudin mengaku tak pernah merasa gengsi dengan pekerjaan sebagai petani timun suri. Justru bagi dia, itu adalah pekerjaan yang halal dan membuahkan hasil yang memuaskan. “Saya nggak pernah gengsi kerjaan kuli atau tani timun suri. Biar pun saya masih anak muda nggak gengsi karena ini pekerjaan yang halal, rezeki yang halal, buat menghidupi kedua orang tua saya,” tutur dia. “Saya nggak pernah malu, yang penting di jalur yang halal,” pungkas Zainudin.

bottom of page