top of page

Search Results

328 results found with an empty search

  • Optimalkan Penyaluran Pupuk Bersubsidi, Kementan Bersinergi dengan Ombudsman

    Kementerian Pertanian menggandeng Ombudsman RI untuk mengoptimalkan pengawasan penyaluran pupuk bersubsidi kepada petani. Pengupayaan sinergi ini dipandang sebagai langkah strategis untuk menjaga ketersediaan pupuk supaya dapat terjangkau. Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo dalam pembukaan Rapat Koordinasi Pengelolaan dan Pengawasan Pupuk Bersubsidi Tahun 2023 di Bogor, Rabu (1/3/2023), mengatakan salah satu langkah yang disepakati dengan Komisi IV DPR RI adalah melakukan perubahan kebijakan Pupuk Bersubsidi sebagai hasil pembahasan dengan seluruh pihak terkait termasuk Ombudsman RI melalui Permentan No.10/2022 tentang Tata Cara Penetapan Alokasi dan Harga Eceran Tertinggi Pupuk Bersubsidi Sektor Pertanian. Menurut Mentan SYL, langkah ini untuk menjawab isu krisis pangan global sebagai dampak Pandemi Covid-19, geopolitik, dan adanya disrupsi rantai pasok global yang menyebabkan kenaikan harga barang dan jasa. "Sinergi pengawalan pupuk bersubsidi bersama Ombudsman adalah sesuatu yang penting. Mengapa? karena negara dan rakyat bergantung pada pangan dan pertanian adalah sektor yang banyak menyerap lapangan kerja. Oleh karena itu, distribusi pupuk harus benar-benar dikawal," ujar Mentan SYL seperti dilansir dari pertanian.go.id. Mantan Gubernur Sulawesi Selatan dua periode itu menjelaskan perubahan kebijakan pemerintah dalam Permentan No.10/2022. Pertama, perubahan jenis pupuk semula Urea, SP36, ZA, NPK, Orgaik menjadi Urea dan NPK. Kedua, perubahan peruntukan menjadi melakukan usaha tani dengan lahan paling luas 2 hektar untuk 9 komoditas pangan pokok dan strategis, seperti padi, jagung, kedelai, cabai, bawang merah, bawang putih, tebu rakyat, kopi dan kakao. Baca juga: Mentan SYL Siasati Krisis Pupuk dengan Kearifan Lokal Politisi Partai NasDem itu menegaskan bahwa langkah dan kebijakan ini ditetapkan agar produk hasil pertanian kita terutama yang memiliki kontribusi sebagai bahan pangan pokok dan berdampak terhadap inflasi bisa terus terjaga. "Dengan demikian diharapkan ketahanan pangan nasional Indonesia dapat terwujud," terang Mentan Syahrul. Ketiga, mekanisme pengusulan alokasi pupuk bersubsidi dilakukan dengan menggunakan data spasial atau data luas lahan dalam sistem informasi manajemen penyuluh pertanian (SIMLUHTAN) dengan tetap mempertimbangkan luas baku lahan sawah yang dilindungi (LP2B). "Dengan demikian penyaluran pupuk bersubsidi akan lebih tepat sasaran dan lebih akurat sesuai rekomendasi BPK RI. Petani tetap berhak mendapatkan pupuk bersubsidi selama melakukan usaha tani sub sektor tanaman pangan, hortikultura, dan atau perkebunan dengan luas lahan 2 hektar, yang setiap musim tanam tergabung dalam kelompok tani yang terdaftar," terangnya. Baca juga: Program Gratieks Terbukti Tingkatkan Nilai Ekspor Pertanian Program pupuk bersubsidi, menurut Ketua Ombudsman RI, Mokhamad Najih, memiliki fungsi yang sangat strategis dan penting dalam perlindungan dan pemberdayaan petani hingga meningkatkan produktivitas pertanian guna ketahanan pangan. Keberhasilan program pupuk bersubsidi, kata Najih, sangat bergantung pada kinerja Kementerian Pertanian. "Oleh karena itu, kami memberikan apresiasi kepada Kementerian Pertanian. Program ini menekan pengeluaran petani dan meningkatkan produksi pangan. Kehadiran Ombudsman sebagai lembaga eksternal sangat diperlukan untuk mengawal output penggunaan anggaran, mengawasi pelayanan dan mencegah maladministrasi," ucapnya. Direktur Jenderal Prasarana dan Sarana Pertanian (PSP) Kementan, Ali Jamil mengatakan pihaknya siap berkoordinasi intensif dengan seluruh stakeholder terkait. Khususnya pengawasan dari Ombudsman RI dan Tim Satgassus Pencegahan Korupsi Polri disamping pengawasan internal dan Tim KP3 yang sudah berjalan saat ini. "Hal ini dilakukan untuk memastikan perubahan kebijakan ini dapat diimplementasikan di tingkat lapangan, berdampak pada capaian produksi pertanian khususnya 9 komoditas, serta gejolak di tingkat petani dapat teratasi," ujarnya. Ali Jamil berharap Ombudsman dapat memahami perubahan kebijakan pupuk bersubsidi serta dampaknya bagi masyarakat petani supaya problem terkait pupuk bersubsidi segera dapat diatasi.

  • Kisah Inspiratif Muslin, Sarjana Matematika yang Pilih Jadi Petani

    Gelar akademik tidak menghalangi seseorang untuk bekerja di bidang lain yang belum dipelajarinya di bangku kampus. Itulah yang dialami Muslin Mirontoneng, pria berusia 30 tahun asal Kabupaten Kepulauan Sangihe Sulawesi Utara. Usai lulus dan menyandang sarjana matematika, ia balik kampung dan memutuskan untuk menjadi petani. Keputusan Muslin ini dilatarbelakangi oleh keinginan untuk membangun kampung halamannya lewat pertanian setelah lulus kuliah. Ia prihatin melihat daerahnya, Kepulauan Sangihe amat bergantung pada suplai bahan pangan dan holtikultura dari luar daerah. Selama ini, hampir semua bahan makanan yang dikonsumsi masyarakat Sangihe didatangkan dari luar. Muslin ingin daerahnya memiliki kemandirian pangan. Usai diwisuda pada tahun 2014, Muslim langsung memutuskan untuk kembali ke kampung halamannya, tepatnya di Desa Malamenggu, Kecamatan Tabukan Selatan, Kabupaten Kepulauan Sangihe, dan bekerja di sektor pertanian. Baca juga: Sukses Budidaya Anggur, Eko Suwarno Dinobatkan Sebagai Petani Milenial Dalam ceritanya seperti dilansir dari Jawa Pos, langkah awal yang dilakukan Muslin adalah memanfaatkan lahan yang ada dengan menanam rica dan tomat. Waktu luang dia manfaatkan untuk belajar secara otodidak melalui video tentang cara memupuk, mencegah dan mengobati tanaman dari serangan hama. “Meski ada yang sempat berkata miring dengan pilihan saya dengan kata jauh- jauh sekolah, pulang kampung hanya jadi petani. Namun tidak memadamkan semangat saya,” ungkap Muslin. Muslim bercerita, selama dua tahun pertama dia tekun mempelajari pola-pola pertanian modern sehingga ia sadar pola pertanian yang selama ini dijalankan generasi orang tuanya terbilang kurang efektif. Sesudah paham metode efektif bertani, ia berkeliling kampung dan mengajak teman-teman seusianya. Ia bahkan tidak segan bercerita kepada mereka kalau hasil pendapatan bertaninya sampai bisa membiayai pendidikan adiknya sampai selesai. Hingga akhirnya terbentuklah Komunitas Petani Muda Sangihe dan dia diangkat sebagai ketuanya. Sudah 7 tahun berselang, Muslin kini menjadi petani muda yang berhasil menanam tanaman pangan lokal seperti ubi jalar, ubi kayu, talas dan juga tanaman sayuran seperti cabai, tomat, sawi dan kacang panjang. Ia juga menanam tanaman buah seperti pepaya, nanas dan semangka. Hasil pertanian yang dikembangkan oleh Komunitas Petani Muda Sangihe ini terbilang sudah ikut membantu menyuplai kebutuhan pangan dan holtikultura di wilayah Kepulauan Sangihe. Asyik Menjadi Petani Karena jumlah petani di Kepulauan Sangihe masih sedikit, golongan petani lebih diuntungkan karena bantuan stimulan Pemkab Sangihe tergolong banyak. “Kuncinya adalah buktikan hasil anda, pemerintah pasti akan menunjangnya berupa bantuan-batuan,” terang Muslin. Dia pun berpesan, jangan melihat petani dari kotornya. Berkunjunglah ke kebun dan hitung tanamannya, maka kamu akan tahu berapa pendapatannya. Dia juga mengakui selama pandemi Covid-19, salah satu sektor yang tidak tergoyahkan adalah pertanian. Baca juga: Iwan Tarigan Sukses Berkebun Kurma di Dataran Tinggi Sumatra Utara “Mungkin jadi PNS adalah primadona sebagian orang, tapi jadi petani adalah pilihan. Yang mengatur waktu adalah anda sendiri, yang memerintah anda sendiri, bisa dikatakan petani itu kerja tanpa tekanan dan tanpa atasan, karena anda sendiri yang jadi bosnya,” ungkapnya. Meski demikian, ada saja kendala yang dihadapi Muslim selama terjun ke dunia pertanian seperti kenaikan harga sarana produksi dan kegagalan panen yang diakibatkan oleh bencana alam seperti angin kecang disertai hujan lebat. Namun kata dia, pendapatannya sejauh ini sudah lebih dari cukup.

  • Bantuan Pompa dan Asuransi Kementan untuk Petani Gagal Panen

    Kementerian Pertanian tengah mempersiapkan bantuan mitigasi untuk daerah yang berpotensi terendam banjir, terutama di beberapa daerah yang ada di Jawa Barat dan Jawa Tengah sekaligus memberikan asuransi kepada petani yang gagal panen. Direktur Jenderal Prasarana dan Sarana Pertanian (PSP) Kementan Ali Jamil mengatakan, upaya pencegahan dan penanggulangan dampak hujan berupa banjir di area persawahan akan dilakukan lebih efektif kali ini. "Pemerintah akan menyiapkan upaya, salah satunya pompanisasi untuk area banjir. Silakan koordinasi dengan dinas pertanian setempat untuk membantu menyiapkan pompanisasi jika masih terdapat genangan di sawah," kata Ali Jamil dalam siaran pers, Rabu (1/3). Dirjen PSP Ali Jamil menambahkan, Kementan juga telah mengupayakan perlindungan kepada petani dari gagal panen melalui asuransi pertanian, yakni program Asuransi Usaha Tani Padi ( AUTP). “Bagi petani yang terdaftar sebagai peserta AUTP, apabila pada lahan sawahnya mengalami kerusakan tanaman yang disebabkan salah satunya akibat banjir dapat mengajukan klaim untuk memperoleh ganti rugi senilai Rp 6 juta per hektar,” terangnya. Dengan memperoleh ganti rugi, kata dia, petani diharapkan mampu melanjutkan kegiatan berusaha tani karena sudah memiliki modal kerja. Menurut Ali, kalkulasi ganti rugi yang diperoleh melalui AUTP sudah diperhitungkan dan diperkirakan cukup bagi petani untuk melakukan budidaya lahannya mulai dari pengolahan lahan serta membeli benih dan pupuk. "Mengingat cuaca yang tidak menentu, kami terus dorong petani untuk mendaftar sebagai peserta AUTP agar lebih aman dan nyaman dalam usaha taninya," ajak Ali. Baca juga: Kementan Dampingi Petani Akses Dana KUR Rp 450 Triliun Senada dengan itu, Direktur Pembiayaan Pertanian Indah Megahwati mengajak petani memanfaatkan AUTP untuk meringankan dampak gagal panen supaya petani bisa melanjutkan kegiatan berusaha tani dari modal kerja yang diperoleh dari ganti rugi usaha taninya. Indah menjelaskan, AUTP tidak terlalu membebankan karena petani hanya membayar Rp 36.000 per ha per musim. "Kami berharap semua petani yang bercocok tanam padi dapat mendaftar sebagai peserta asuransi AUTP mengingat cuaca yang tidak menentu," tuturnya. "Untuk mekanisme pendaftaran, petani yang ingin menjadi peserta AUTP bisa berkoordinasi dengan Dinas Ketahanan Pangan, Pertanian, dan Perikanan. Caranya juga mudah dan manfaatnya besar untuk petani," jelasnya. Sesuai arahan Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo, semua jajaran di Kementan sigap diminta sigap bila ada sawah yang mengalami kebanjiran. Jawa Barat dan Jawa Tengah merupakan penyangga pangan dan kawasan pertanian nasional yang harus dipulihkan dengan kekuatan gerakan kedaulatan pangan. Untuk mengantisipasi ancaman banjir di dua provinsi itu, sebagian besar lahan sawah di dua provinsi ini sudah diikutsertakan dalam AUTP.

  • Vertikal Garden, Solusi Buang Polusi Dengan Memanfaatkan Lahan Sempit

    Lahan sempit terkadang menjadi kendala bagi pencinta tanaman yang ingin membuat lingkungan rumahnya terlihat asri. Namun, kendala itu bisa diatasi dengan memanfaatkan konsep penanaman vertikal atau vertikal garden. Vertikal garden sendiri merupakan solusi bagi mereka yang mau membuat kebun tapi terkendala lahan. Tren berkebun vertikal saat ini semakin populer di seluruh dunia, khususnya di area perkotaan. Vertikal garden juga dapat dijadikan solusi untuk menanggulangi polusi udara yang semakin parah di tengah kota. Vertikal garden merupakan teknik menanam tanaman secara vertikal pada dinding atau permukaan vertikal lainnya. Teknik ini menggunakan berbagai jenis media tanam seperti tanah, lumut, atau substrat khusus yang ditempatkan pada panel atau pot yang tergantung pada dinding. Baca juga: Ramah Lingkungan dan Hemat Biaya, Ini Tips Membuat Pupuk Organik Berbagai jenis tanaman dapat ditanam pada vertikal garden seperti tanaman hias, tanaman buah-buahan, dan tanaman sayuran. Keuntungan utama dari vertikal garden adalah menghemat lahan dan meningkatkan kualitas udara. Dengan menanam tanaman secara vertikal, area hijau yang dapat dimiliki akan semakin luas meskipun terbatasnya lahan. Vertikal garden juga membantu mengurangi polusi udara dengan menyerap gas CO2 dan mengeluarkan oksigen yang bermanfaat bagi lingkungan sekitar. Selain itu, vertikal garden juga dapat memperbaiki kualitas hidup manusia dengan menciptakan lingkungan yang lebih sehat dan nyaman. Tanaman-tanaman pada vertikal garden akan membantu mengurangi suhu ruangan, menyerap kelembaban, dan mengurangi kebisingan. Hal ini membuat vertikal garden cocok ditempatkan di gedung-gedung perkantoran, pusat perbelanjaan, atau bahkan apartemen. Namun, keberhasilan vertikal garden juga bergantung pada perawatan yang dilakukan. Sebuah vertikal garden membutuhkan perawatan yang baik agar tetap subur dan tumbuh dengan baik. Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam merawat vertikal garden antara lain penyiraman, pemupukan, dan pemangkasan. Selain itu, pemilihan tanaman yang sesuai dengan kondisi lingkungan juga perlu diperhatikan. Dalam beberapa tahun terakhir, vertikal garden semakin banyak digunakan sebagai solusi untuk meningkatkan kualitas hidup di kota-kota besar. Dengan keuntungan-keuntungan yang ditawarkannya, vertikal garden dapat menjadi pilihan yang tepat untuk menciptakan area hijau di tengah kota yang semakin padat. Baca juga: Kiat Sukses Bekerja dari Mentan SYL Selain itu, vertikal garden juga menjadi solusi untuk mengurangi dampak negatif polusi udara di kota-kota besar. Cara membuat vertikal garden ini cukup mudah dilakukan. Cara yang paling sederhana adalah dengan menempelkan tanaman pada dinding-dinding rumah atau pagar. Untuk pemula, sebaiknya pilih tanaman yang mudah dirawat dan tidak membutuhkan perawatan ekstra. Selamat mencoba.

  • Kelompok Tani Sumut Ciptakan Pupuk Fermentasi Atasi Kelangkaan Pupuk

    Masyarakat petani Indonesia kerap mengeluhkan kelangkaan pupuk dan harganya yang mahal di pasaran. Hal ini juga dirasakan oleh para petani di Sumatra Utara (Sumut). Untuk mennyiasati pembengkakan biaya produksi pertanian, salah satu langkah yang bisa diupayakan adalah dengan mengolah pupuk sendiri. Hal inilah yang tengah dijalankan oleh Kelompok Tani dan Ternak Enggal Mukti Sugito di Sumut. "Kalau pupuk, lantaran kita dekat dengan bahan baku, kita fermentasikan sendiri. Dan pupuk dari daerah kami dikirim ke Berastagi," ujar Kepala Kelompok Tani dan Ternak Enggal Mukti Sugito, dilansir dari sumatra.bisnis.com. Sugito mengikuti kegiatan CSR dari salah satu perusahaan BUMN tentang bagaimana mengolah pupuk berbentuk padat dan cair dengan cara fermentasi. Dari sana, ia memiliki kemampuan untuk mengolah pupuk fermentasi. "Dari obatnya kami fermentasi, pupuknya kami fermentasi, karena beli pupuk pun sekarang mahal. Ada duit pun, engga ada barang. Jadi alternatifnya di samping kita juga beli dari yang sudah jadi, juga kita bikin sendiri," sambung Sugito. Selama proses pembuatan pupuk, kata Sugito, ada uji lab yang perlu dilakukan untuk memastikan tidak ada kekurangan takaran bahan hingga akhirnya siap digunakan. Bahan baku diambilkan dari kotoran hewan ternak seperti sapi, kambing, ayam, atau kombinasi dari ketiganya. Selain itu, bahan utama lain yang dibutuhkan untuk proses fermentasi adalah air kelapa, dan buah busuk yang berfungsi sebagai penyumbang nutrisi untuk tanaman. Sugito mengatakan bahwa setidaknya ada 12 hingga 14 jenis bahan yang dibutuhkan untuk mendapatkan kualitas pupuk fermentasi yang bagus. Untuk fermentasi, dia menggunakan Em4 dan Molase. “Yang rumit itu pupuk yang cair. Nanti nyaringnya harus ada sampai 5 saringan kain kasar sampai tidak nyumbat. Tapi kalau pupuk yang padat, tinggal naburkan," jelas Sugito. Pupuk fermentasi padat dikhususkan untuk tanaman keras seperti pohon jambu, pohon nangka, dan yang lainnya. Sedangkan pupul cair dapat dimanfaatkan untuk tanaman hortikulrltura, termasuk tanaman sayuran. "Kalau dulu aku udah kirim sampai ke Jambi, Pekanbaru. Tapi kalau sekarang ya untuk pemakaian pribadi-pribadi aja," ungkapnya.

  • Kementan Minta Kabupaten dan Kota Tetapkan Lahan Pertanian Berkelanjutan

    Untuk mencegah alih fungsi lahan pertanian, Kementerian Pertanian meminta seluruh kabupaten atau kota agar menetapkan lahan pertanian pangan berkelanjutan (LP2B) melalui perda tentang rencana tata ruang wilayah (RTRW). Dari total 514 kabupaten atau kota yang ada di seluruh Indonesia, baru 260 kabupaten atau kota yang telah memiliki LP2B dalam perda RTRW. "Banyak terjadi ahli fungsi lahan, namun upaya pencegahan atau penegakan hukumnya belum berjalan," kata Inspektur Jenderal Kementerian Pertanian, Jan S Maringka dalam rapat koordinasi pengawasan (Rakorwas) pengendalian alih fungsi lahan pertanian di Yogyakarta, Senin (27/2/2023) dilansir dari antaranews.com. Faktor penyebab terjadinya alih fungsi lahan pertanian, menurut Maringka, disebabkan karena meningkatnya pertumbuhan ekonomi di Indonesia. Dari total luas baku lahan sawah di Indonesia yang mencapai 7.463.948 hektare, baru 5.292.962 hektare yang ditetapkan sebagai LP2B. Walhasil, dari total luas lahan 7,46 juta ha tersebut, 659.200 ha di antaranya mengalami alih fungsi dengan rincian 179.539 ha dalam kondisi terbangun dan 479.661 ha menjadi perkebunan. "Kami akan bekerja sama juga dengan pihak kejaksaan untuk mendorong agar daerah-daerah lain juga memiliki RTRW yang mengatur kebijakan, di mana alih fungsi lahan ini bisa kita kendalikan," tegasnya. Menurut Jan, dampak langsung yang diakibatkan oleh alih fungsi lahan berupa hilangnya lahan pertanian subur, hilangnya investasi infrastruktur irigasi, kerusakan natural lanskap dan sejumlah masalah lingkungan. “Pada akhirnya, petani dan masyarakat secara umumnya yang paling dirugikan. Sehingga perlu upaya khusus dalam rangka penyelesaian masalah yang dihadapi terkait alih fungsi lahan," imbuhnya. Kementerian Pertanian menggelar Rakorwas pengendalian alih fungsi lahan untuk mendorong percepatan penetapan LP2B dalam perda RTRW kabupaten/kota, dan juga mendorong kabupaten/kota melengkapi data spasial atas LP2B yang telah ditetapkan, serta menjamin ketersediaan dan perlindungan terhadap lahan pertanian pangan berkelanjutan.

  • Kementan Dampingi Petani Akses Dana KUR Rp450 Triliun

    Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo (Mentan SYL) mengatakan pemerintah saat ini menyediakan dana permodalan melalui fasilitas kredit usaha rakyat (KUR) sebesar Rp450 triliun. Dana tersebut meningkat 20 persen dibanding tahun lalu. Mentan SYL menyebut, dana permodalan tersebut diharapkan mampu membuat para petani mengembangkan usahanya secara mandiri. Dirinya berharap para petani agar segera mengakses dana tersebut. "Khusus KUR sektor pertanian ditargetkan bisa mencapai angka Rp103 triliun di mana salah satu sasarannya adalah petani milenial," kata politisi Partai NasDem tersebut di Jakarta, Minggu (26/2/2023). Selain itu, para petani diharapkan mampu mengelola keuangan dengan baik sehingga ketika menerima dana permodalan dapat mengembangkan usahanya dengan lebih baik. Kepala BPPSDMP Kementan, Dedi Nursyamsi mengatakan, petani harus memiliki kemampuan manajerial yang memadai. Dengan kemampuan manajerial, para petani diharapkan mampu mendata seluruh pengeluaran dan pendapatan dan dapat mengukur perkembangan usahanya dengan baik. Menurut Dedi, salah satu ciri pertanian modern adalah memiliki pencatatan yang rapi. Tujuannya untuk memudahkan petani dalam melakukan evaluasi. Sebab, usaha pertanian memiliki fluktuasi dari waktu ke waktu. Hasil evaluasi tersebut, kata dia, sangat berguna untuk menentukan strategi usaha pada periode tanam di musim berikutnya. Dengan nilai bisnis besar, maka penguatan literasi keuangan petani harus diperkuat. Untuk mempermudah petani dalam mengelola keuangannya, Kementan juga telah menggelar berbagai macam pelatihan literasi keuangan. Di antaranya kegiatan pelatihan Training of Trainer (ToT) Literasi Keuangan dan Proposal Bisnis dengan tujuan meningkatkan kemampuan menjadi pelatih. Program ini juga memberikan pendampingan kepada petani milenial untuk dapat mengakses dana KUR. Selain itu, ada juga program YESS yang diinisiasi Kementan bersama International Fund for Agricultural Development (IFAD) dengan tujuan mencetak petani milenial dan meningkatkan kapasitas maupun kompetensinya serta mengembangkan kemampuan wirausaha. Kepala Pusat Pendidikan Pertanian, Idha Widi Arsanti berharap materi yang diterima dapat di terapkan oleh para calon trainer di tempat asal mereka masing-masing. Dirinya berharap ilmu yang didapat dapat diterapkan di daerahnya masing-masing. “Ikuti panduan yang sudah diajarkan pemateri dan pastikan bahwa penerima manfaat benar-benar mempunyai usaha," kata Idha.

  • Program Gratieks Terbukti Tingkatkan Nilai Ekspor Pertanian

    Gerakan Tiga Kali Lipat Ekspor atau Gratieks yang digagas Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo (Mentan SYL) berhasil meningkatkan nilai ekspor nonmigas pada Januari 2023. Menurut catatan Badan Pusat Statistik (BPS), kontribusi pertanian terhadap ekspor nonmigas pada Januari 2023, yaitu 370 juta dolar AS. Deputi Bidang Statistik Produksi BPS, M Habibullah mengatakan, perkembangan ekspor Indonesia Y-on-Y pada Januari 2023 terhadap 2022 secara total meningkat dari 19,7 miliar dolar AS menjadi 22,31 miliar dolar AS atau secara presentasi meningkat 16,37 persen. "Ekspor Indonesia menurut kategori sektor di bulan Januari 2023 di mana pertanian kehutanan dan perikanan mencapai 370 juta dolar AS," ujar dia, Rabu (15/2/2023). Menurut dia, ekspor nonmigas menjadi penyumbang terbesar dari total keseluruhan ekspor pada Januari 2023. Secara persentase, nilai ekspor Indonesia pada Januari mencapai 93,34 persen. "Ekspor nonmigas naik dari 18,27 miliar dolar AS menjadi 20,83 miliar dolar AS atau secara persentase naik 13,97 persen," katanya. Habibullah melanjutkan, secara umum neraca perdagangan Indonesia pada Januari 2023 mengalami surplus sebesar 3,87 miliar dolar AS di mana sektor nonmigas menyimbang sebsar 5,29 miliar dolar AS. Adapun lima negara tujuan ekspor Indonesia adalah Swiss, Korea Selatan, Italia Norwegia dan Jerman. Peningkatan ekspor non migas terbesar ke negara Swiss meningkat 144,3 juta dolar AS. "Di sisi lain, impor nonmigas juga terjadi penurunan 6,75 persen atau turun secara nilai 16,66 menjadi 15,54 miliar USD," katanya. Terpisah, Kepala Biro Humas dan Informasi Publik Kementan, Kuntoro Boga Andri mengatakan, Kementerian Pertanian terus melakukan berbagai inovasi untuk meningkatkan nilai ekspor Indonesia. Salah satunya dengan membuat program jangka panjang Gratieks yang digagas oleh Mentan SYL. "Kita punya banyak program dalam meningkatkan ekspor Indonesia. Salah satunya Gerakan Toga Kali Ekspor atau Gratieks yang terus kita gencarkan," jelasnya. Diketahui, Gratieks atau Gerakan Tiga Kali Lipat Ekspor digagas oleh Mentan Syahrul Yasin Limpo merupakan strategi yang mampu menggairahkan potensi agribisnis untuk mempercepat laju ekspor sehingga nilai ekspor komoditas pertanian meningkat.

  • Abdul Munir, Petani Muda Sulsel Sukses Ekspor Pala dan Cengkeh ke Rusia

    Tidak sedikit usaha terpaksa gulung tikat di tengah hantaman pandemi Covid-19. Akan tetapi beberapa usaha lainnya justru mampu bertahan dengan melakukan inovasi-inovasi adaptif. Salah satu yang mampu survive adalah petani milenial asal Sulawesi Selatan, Abdul Munir. CV Surya Mandiri Sejahtera, perusahaan di bidang pertanian yang didirikan Abdul Munir, mampu bertahan dari beratnya tekanan pandemi Covid-19. Ia bahkan mampu mengekspor komoditas pertanian ke Rusia. Munir mengaku telah banyak mendapat cobaan selama terjun bekerja di sektor pertanian. “Kami butuh waktu 2 tahun untuk merintis usaha hingga bisa langsung dapat mengekspor ke Rusia,” kata Abdul Munir dikutip liputan6.com. Abdul Munir membangun jejaring usaha dan berkolaborasi dengan sejumlah pemuda milenial lain. Usaha yang awalnya hanya menjual hasil bumi ke daerah-daerah di dalam negeri, kini bisa merambah pasar manca negara. "Selama ini kami cuma jual lokal ke Surabaya dan Jakarta dan daerah lainnya, kemudian karena menggaet anak muda yang luar biasa seperti saat sekarang, akhirnya kita dapat buyer dari Rusia," jelasnya. Munir merasakan kesuksesan perusahaannya tidak lepas dari kontribusi dan bantuan dari pihak lain, terutama Balai Karantina Pertanian Makassar, Bea Cukai dan seluruh dinas terkait. Dia memperoleh banyak pengetahuan, wawasan dan kemudahan setelah mendapatkan pembinaan dari mereka. Ekspor Cengkeh dan Pala ke Rusia CV Surya Mandiri Sejahtera, mengekspor cengkeh dan pala dengan kualitas terbaik di Rusia. Atas bimbingan Bea Cukai dan Balai Karantina Pertanian, Munir bisa melihat standar permintaan pembeli, lalu dia menyiapkan sesuai kualitas yang diinginkan. “Kita bisa memenuhi permintaan barang dalam kurun waktu 45 hari,” terang Munir. Ia sukses melakukan ekspor perdana untuk komoditi cengkeh dan pala ke Rusia dengan berat 15 ton. Mengingat hasil bumi di Sulawesi Selatan seperti pala, cengkeh dan kopi termasuk di antara yang terbaik kualitasnya di Indonesia, Munir akan terus melakukan ekspor komoditas hasil bumi supaya dapat membuka lapangan kerja baru bagi pemuda-pemudi di daerahnya. Abdul Munir ke depan berencana mengekspor merica karena melihat salah satu komoditas yang sangat menjanjikan ke depan adalah lada atau white pepper. Ia paham Sulawesi Selatan adalah pusat penghasil lada di Indonesia. Sulsel mampu menghasilkan lebih dari 10 ribu dalam satu musim. Dia sudah membidik China, Rusia, Amerika Serikat dan Singapura untuk target ekspor merica. Mendapat Apresiasi dari Pemerintah Kegigihan Abdul Munir mendapat apresiasi dari Kepala Dinas Perdagangan Pemprov Sulsel, Ashari Fakhsirie Radjamilo. "Bagi kami ini adalah sesuatu yang fantastik di tengah kondisi yang seperti ini dan mampu berimprovisasi hingga mampu melakukan ekspor, apalagi pelaku ekspornya ini adalah kaum milenial. Nilai ekspornya sekitar Rp1,7 miliar lebih dan ini semakin menambah inspirasi bagi anak muda yang lain," papar Ashari. Ashari mengimbau pengusaha-pengusaha lain agar mengikuti jejak dari Abdul Munir. Apalagi pihak pemerintah dan seluruh pihak terkait lainnya telah menyiapkan wadah hingga mereka mampu melakukan apa yang dilakukan oleh Abdul Munir. "Kami dan pihak Bea Cukai setiap saat itu melakukan poaching, memang selalu mengundang teman-teman ke Bank Mandiri, di sana itu ada Rumah Ekspor dan di BNI itu ada program Rumah Ekspora namanya," ucapnya. Senada dengan Ashari, Kepala Balai Besar Karantina Pertanian Makassar Lutfie Natsir mengacungi jempol usaha yang dirintis Abdul Munir, mengingat standar komiditas yang diminta oleh negara-negara seperti Rusia sulit dipenuhi. "Syarat di Rusia sangat ketat, dan saya acungi jempol," ucap Lutfie. Lutfie berharap Abdul Munir bisa menjadi inspirasi bagi para milenial lain. Apalagi akses untuk ekspor ke negara-negara lain sangat terbuka dan Balai Karantina Pertanian sendiri siap memfasilitasi.

  • Cara Mengontrol Berat Badan dengan Bengkuang

    Bengkuang adalah salah satu jenis buah yang cukup unik, karena ia merupakan dari jenis umbi-umbian, namun tidak memiliki banyak kandungan zat gula. Buah ini mengandung banyak vitamin dan mineral yang sangat dibutuhkan tubuh. Buah ini dipercaya mampu meningkatkan fungsi otak dan saraf karena mengandung vitamin B6. Vitamin B6 juga dapat membantu tubuh memproduksi sel darah merah dan mengubah protein menjadi energi. Selain itu, buah yang rasanya segar dan berair ini mengandung serat tinggi sehingga dipercaya dapat melancarkan fungsi pencernaan. Serat ini dapat membuat tinja lebih lunak dan mudah bergerak melalui saluran pencernaan. Serat yang tinggi dalam bengkuang dipercaya dapat meningkatkan frekuensi buang air besar hingga 31 persen. Sementara kandungan airnya yang banyak dapat membantu meringankan sembelit. Berikut ini kandungan gizi bengkuang dalam 100 gram bahan mentah: 38 kalori, 8,82 g karbohidrat, 1,80 g gula, 0,09 g lemak, 0,72 g protein, 4,90 g serat, 150 mg potasium, 12 mg kalsium, dan 20,20 mg vitamin C. Dari kandungan gizi tersebut, bengkuang dapat dikategorikan sebagai makanan yang ramah terhadap kenaikan berat badan. Alasan utamanya yaitu karena buah ini mengandung sedikit kalori dan zat gula. Tak heran jika buah ini disebut dapat menurunkan berat badan. Makanan padat nutrisi ini tentu saja menyehatkan tubuh. Bengkuang yang kaya akan air dan serat, dapat membantu Anda merasa kenyang lebih lama. Bengkuang juga mengandung serat inulin probiotik, yang telah dikaitkan dengan penurunan berat badan dan terbukti berdampak pada hormon yang memengaruhi rasa lapar dan kenyang. Oleh karena itu, makan bengkuang mungkin tidak hanya akan meningkatkan jenis bakteri usus yang membantu penurunan berat badan, tetapi juga dapat membantu merasa lebih kenyang setelah makan.

  • Mahasiswa ITS Gagas Desain Ruang Publik Ramah Lingkungan untuk Kurangi Emisi Karbon

    Sekelompok mahasiswa Institut Teknologi Sepuluh November (ITS) Surabaya menciptakan sebuah desain ruang publik yang futuristik dan ramah lingkungan. Inovasi mahasiswa ITS ini bisa menjadi solusi konsumsi energi pada ruang publik besar yang menimbulkan pelbagai permasalahan. Salah satunya peningkatan biaya operasional dan emisi karbon. Perlu diakui, bertambahnya ruang publik di wilayah perkotaan akan berdampak pada peningkatan penggunaan energi, biaya operasional, dan emisi karbon. Hal ini terjadi akibat desain ruang publik yang tidak ramah lingkungan, sehingga banyak energi yang terbuang. Contohnya bisa kita lihat dari intensitas penggunaan listrik dan air. Bertolak dari permasalahan tersebut, tim mahasiswa yang dipimpin oleh Ailsashofa Alfadhila menggagas desain ruang publik yang futuristik dan ramah lingkungan supaya dapat menghasilkan energi bersih secara mandiri. Ailsashofa menerapkan teknologi tepat guna Piezoelectric Energy dan Payung Pintar untuk menggagas desain tersebut. “Piezoelectric Energy akan dipasang di lantai, sedangkan Payung Pintar akan dibangun di atasnya,” kata Ailsashofa dilansir sindonews.com. Mahasiswa kelahiran 2001 itu menjelaskan, Piezoelectric Energy memiliki prinsip tekanan energi kinetik berupa pijakan manusia saat berjalan maupun berlari. Tekanan yang diberikan kepada lantai lantas diubah menjadi listrik. Desain Payung Pintar juga dirancang dengan panel surya untuk mengubah sinar matahari menjadi listrik. Semua listrik yang dihasilkan, kata mahasiswa angkatan 2019 ini, akan digunakan untuk operasional ruang publik. Di antaranya adalah untuk penerangan ruang terbuka, stasiun pengisian baterai gawai, hingga papan penunjuk jalan. Selain itu, desain payung yang berbentuk cekung bisa difungsikan sebagai alat tadah hujan untuk menyiram tanaman. Jenis tanaman yang ditanam pun merupakan tanaman yang dapat menyerap emisi karbon. Seperti tanaman lidah mertua yang dapat menyerap 46,7 persen gas polutan dan bunga lili sebanyak 25 persen gas karbondioksida. Dengan memanfaatkan berbagai penerapan teknologi, desain ruang publik yang unik dan futuristik tersebut mempunyai potensi menarik perhatian masyarakat perkotaan untuk berkumpul di sana. Interaksi yang terjadi berpotensi menghidupkan nilai keberlanjutan sosial budaya yang semakin terkikis di kawasan perkotaan. Dalam hal ini, masyarakat dapat turut berperan langsung dalam menghasilkan energi bersih. Melalui inovasi ini, tim Program Kreativitas Mahasiswa (PKM) kategori Video Gagasan Konstruktif (VGK) ITS sukses menyabet medali perunggu dalam Pekan Ilmiah Mahasiswa Nasional (Pimnas) 2022 lalu. Tim yang diketuai Ailsashofa beranggotakan Retno Dewi Handayani, Fauziyah Nurul Afa, Azkia Laila Azra, dan Izaaz Abdul Harits. Ailsashofa berharap inovasi timnya dapat membentuk kota masa depan, di mana masyarakat dapat berperan aktif mewujudkan keberlanjutan lingkungan. “Bukan hanya sebagai konsumen, namun juga sebagai produsen energi bersih,” terangnya.

  • Petani Milenial Majalengka Raup Omzet Miliaran dengan Budidaya Jambu Kristal

    Agustina Heriyanto, petani milenial asal Desa Jayi, Kecamatan Sukahaji, Kabupaten Majalengka sukses mengembangkan budidaya jambu kristal Jayi sebagai bantuan dari Direktorat Jenderal Hortikultura Kementerian Pertanian. Ketertarikan Agus menanam jambu kristal berawal dari saran Direktur Jenderal Hortikultura ketika melakukan kunjungan kerja ke Kabupaten Majalengka. Saat ini, jambu kristal atau dikenal juga dengan guava crystal menjadi buah populer yang banyak dikonsumsi masyarakat Indonesia. Jambu kristal adalah jenis turunan dari jambu biji, sebagai hasil perkawinan silang antara jambu mutiara dan salah satu jenis jambu dari Taiwan. Berbeda dari jambu biji, jumlah biji jambu kristal sangat sedikit. Total bijinya hanya tiga persen dari berat buahnya. Selama mengembangkan budidaya jambu kristal, Agus banyak mendapatkan arahan dan pendampingan dari Kementerian Pertanian supaya produksi dan mutu hasil tanamnya maksimal. Agus diminta harus bekerja keras dan serius memperhatikan setiap tahap pertumbuhan jambu kristal yang ditanamnya. Dia diajari untuk memberikan pupuk yang tepat dan berkualitas, membungkus buah, dan melakukan penyiraman sesuai kebutuhan. Pria yang menyandang sarjana ekonomi ini sebelumnya bekerja di salah satu bank swasta di Bandung. Dia memutuskan kembali ke kampung halaman untuk berprofesi sebagai petani sesudah diyakinkan oleh kedua orang tuanya mengenai prospek pertanian di Indonesia. Jambu kristal Jayi yang ditanam Agus digandrungi banyak masyarakat. Beberapa konsumen bahkan sampai datang ke kebunnya untuk membeli hasil panennya secara langsung. “Nama Jayi adalah nama desa di mana jambu kristal banyak dibudidayakan di Kabupaten Majalengka,” ujar Agus dilansir dari pertanian.go.id. Agus telah menanam sekitar 6.000 pohon jambu kristal jayi. Satu pohon jambu kristal mampu menghasilkan kisaran 20 kg dan harganya di pasaran sekitar Rp 17.000 per kg. Jika diasumsikan dijual dengan harga Rp 10.000 per kg, dalam sekali panen dia dapat meraup hasil mencapai Rp 1,2 miliar. Buah jambu kristal jayi yang ditanam Agus, memiliki tekstur kulit cerah, bersih dan rasanya manis. Bila digigit, terasa garing dan memiliki lebih banyak kandungan air. Beberapa pasar yang telah disambangi jambu kristal Jayi milik Agus adalah pasar Sumber, Kota Majalengka, Sumedang, Subang, Kota Cirebon, Bandung, Jakarta dan kota-kota lainnya. Agus betul-betul memperhatian pemilihan jenis pupuk yang berkualitas dan pemberian dosis serta jadwal pemupukan yang tepat supaya mampu menyuplai kebutuhan pasar dalam dan luar negeri. Berkat usaha ini, Agus pun bisa membuka lapangan pekerjaaan. Saat ini ia sudah mempekerjakan 40 orang setiap hari.

bottom of page