Search Results
328 results found with an empty search
- Ngobrol Petani Milenial bareng Stafsus Presiden Billy Mambrasar
Generasi milenial yang terdiri dari gen Y dan gen Z dalam beberapa tahun mendatang, akan menjadi komposisi terbesar demografi Indonesia. Tepatnya, pada tahun 2030 ke atas nanti, mayoritas penduduk Indonesia diisi oleh generasi muda. Masyarakat Indonesia pada kurun waktu itu, akan memiliki usia produktif. Inilah yang kemudian disebut dengan bonus demografi. Berdasarkan data BPS, jumlah penduduk usia produktif atau angkatan kerja per tahun 2020 sebanyak 140 juta jiwa dari total 270,20 juta jiwa penduduk indonesia. Pada tahun 2030 nanti, jumlah tersebut diperkirakan akan meningkat pesat. Pemerintah tentu melakukan ragam upaya untuk menyiapkan bonus demografi dalam rangka mewujudkan sumber daya manusia (SDM) yang berkualitas dan berdaya saing, yaitu manusia yang sehat dan cerdas, adaptif, inovatif, terampil, dan berkarakter. Billy Mambrasar, Staf Khusus Presiden RI dalam bidang inovasi, pendidikan dan milenial, melihat ada banyak hal yang harus digarap untuk menghadapi bonus demografi tersebut. Dari pengalaman berkeliling hingga ke 30 provinsi di Indonesia, ia menemukan fakta bahwa sektor-sektor mendasar dari ekonomi Indonesia, diisi oleh generasi muda, mulai dari sektor peternakan, perikanan dan pertanian hingga UMKM. Adapun yang terjun di dunia perkantoran dan finance, jumlahnya lebih sedikit. “Sudah menjadi narasi besar kalau pada tahun 2030 mendatang, generasi muda dengan usia produktif akan menjadi mayoritas penduduk Indonesia,” ungkap Billy Mambrasar saat diwawancarai Juragan Tani Anti Hoax pada Kamis (2/2/2023). “Saya bertemu dan berdiskusi dengan mereka di pinggir sawah, kebun jeruk, bahkan di pinggir laut dan pedalaman Papua, untuk menyerap aspirasi dan apa yang menjadi keinginan mereka,” ungkap alumnus S1 ITB dalam bidang teknik itu. Dari pengalaman bertemu dengan sekitar 6.000 pemuda dari seluruh Indonesia, Pendiri Yayasan Kitong Bisa ini melihat bahwa meskipun secara statistik petani di bawah usia 40 tahun terhitung sedikit atau sekitar 16% daripada petani di usia 40 tahun ke atas, namun jumlah generasi muda yang terjun ke sektor pertanian, meningkat pesat bila dibandingkan dengan mereka yang terjun di sektor-sektor lain. “Terutama setelah pandemi Covid-19, di mana banyak terjadi pemberhentian kerja di perkantoran, sehingga sebagian anak muda memutuskan untuk pulang ke kampung halaman dan menyadari kalau sektor pertanian adalah yang paling mudah untuk digarap,” imbuh lulusan The Australian National University, dalam bidang administrasi bisnis itu. “Pertumbuhan sektor pertanian menjadi yang paling tinggi baik secara GDP maupun secara penyerapan tenaga kerja,” imbuh pria kelahiran Yapen, Provinsi Irian Jaya itu. Billy menemukan realita bahwa generasi muda Indonesia yang terjun di sektor-sektor fundamental saat ini terkendala untuk mendapatkan akses pendidikan tinggi. Rata-rata pendidikan mereka berhenti di tingkat menengah dan atas. Aspirasi anak-anak muda inilah yang dijadikan bekal oleh Billy Mambrasar seusai ditunjuk menjadi Staf Khusus Presiden RI pada 2019 lalu dan diminta khusus oleh Presiden Joko Widodo untuk mengintensi bonus demografi anak-anak muda Indonesia, khususnya di daerah-daerah luar. Bersama Tim Bawa Perubahan (Baper), ia membuat survey secara kualitatif dan kuantitatif yang hasilnya ia teruskan kepada Presiden Jokowi dan Bappenas. Billy menceritakan bahwa anak-anak muda yang dia temui menginginkan akses pendidikan yang lebih tinggi, karena tidak banyak dari mereka yang beruntung mendapatkan akses luas pendidikan. Sebagian besar adalah SMP dan pengangguran terbesar disumbangkan oleh sekolah advokasi. Lebih lanjut, Billy mengatakan bahwa mereka juga ingin memiliki akses ke sektor-sektor utama seperti pertanian. Misalnya, soal mendapatkan permodalan agar bisa menggerakan UMKM, termasuk agar bisa mengakses pasar yang lebih luas untuk memasarkan produk pertanian mereka. Kemudian mereka juga ingin terlibat dalam perekonomian, misalnya kalau ada perekrutan tenaga kerja, karena minimnya informasi yang sampai kepada mereka terkait lowongan pekerjaan. “Kami ingin bisa lebih terdengar karena kami dari rakyat biasa,” ucap Billy menirukan mereka. “Itulah yang kami kemudian rekomendasikan kepada Presiden,” imbuhnya. What To Do Next? Atas arahan dari Presiden Joko Widodo untuk menggarap generas muda Indonesia, Billy dan tim Baper menyusun 5 program kerja: Pertama, mendirikan sebanyak mungkin pusat pendidikan nonformal. Seperti Yayasan Kitong Bisa sejak 2020 dengan target 100 titik belajar di daerah-daerah yang susah akses. Kedua, program petani milenial untuk menyerap generasi muda. Ketiga, mendirikan pusat-pusat pelatihan di daerah-daerah terluar. Program ini bernama Pusat Informasi Kewirausahaan Masyarakat (PIKM). Keempat, melakukan database seluruh anak muda Indonesia dengan latar belakang pendidikan di setiap daerah. Data ini akan jadi panduan berguna bagi sektor swasta yang masuk ke suatu daerah, sehingga mereka mengetahui anak-anak muda di sana, memberikan pelatihan kepada mereka lalu melakukan rekrutmen. Program ini diberi nama Manajemen Talenta Nusantara (MTN). Kelima, program untuk menarik mereka agar terlibat dalam pengambilan kebijakan lewat Aspirasi Nyata Daerah Indonesia (Sindi). Program ini berbentuk aplikasi di mana siapapun bisa memasukkan aspirasinya melalui gadget dan akan didengarkan langsung oleh Bappenas. “Kelima program ini sudah dan sedang berjalan,” ucap Billy. Bermitra dengan Kementerian Pertanian Ketika merekomendasikan kepada Presiden Jokowi, Stafsus Billy Mambrassar secara khusus diminta oleh Presiden agar program untuk anak muda segera diimplementasikan. Untuk itu, dia menggaet dan bekerja sama dengan sektor utama di pemerintahan yang menggarap dunia pertanian, yaitu Kementerian Pertanian. “Saya melakukan audiensi ke Kementerian Pertanian, bertemu Bapak Menteri SYL. Saya disambut hangat, diajak disuksi sambil ngopi,” ungkap duta Tujuan Pembangunan Berkelanjutan tahun 2019-2021 itu. Dengan kolaborasi bersama, sejak 2020 Billy giat menggerakkan program petani milenial melalui kerja bersama dengan beberapa dirjen Kementan terutama Badan Penyuluhan dan Pengembahan SDM Pertanian (Badan PPSDMP). “Petani milenial bukan program saya, tetapi keinginan anak muda Indonesia yang coba kami tampung dan wadahi dengan menjalin kemitraan dengan Kementerian Pertanian,” kata dia. Billy melihat Mentan SYL progresif dalam memasang target 2,5 juta petani milenial hingga tahun 2024. Dia menilai banyak pendekatan yang diambil Mentan SYL, berhasil diwujudkan. Salah satu yang dia apresiasi dan bagian dari kerja bersama Kementan adalah program Youth Enterpreneurship and Employment Support Services (YESS) sebagai bentuk adaptasi enterpreneurship, dan mendapat pendanaan langsung dari International Fund For Agricultural Development (IFAD) melalui skema pelatihan kepada anak-anak muda yang bergerak di bidang pertanian untuk juga terjun ke bidang wirausaha. Billy bercerita, jangkauan program petani milenial sudah mencapai lebih dari satu juta orang. “Menuju 2,5 juta sesuai target Pak Menteri,” tandasnya. Local Champion, Sinergi Lintas Sektor, dan Akses Pasar Billy Mambrassar bersama Badan PPSDMP selalu mencari daerah-daerah susah akses yang sekiranya paling membutuhkan kehadiran program petani milenial. Selama terjun ke lapangan, ia merasakan salah satu tantangan terbesar adalah mencari dan mencetak local champion, duta petani muda, petani andalan. Kita merangkul mereka, mendata dan mengidentifikasi komunitas-komunitas petani setempat. Dengan alasan, kompisisi untuk menjadi local champion bukan hanya harus memiliki kemampuan mumpuni dalam sektor pertanian, tetapi dia juga harus visioner dan memiliki visi dalam lanskap perubahan sektor pertanian di daerahnya. Punya leadership, komunikasi dan pengetahuan kewirausahaan. “Mencari dan menciptakan local champion adalah tantangan tersendiri,” ungkap Billy. Tantangan kedua yang dia rasakan di lapangan adalah mensinergikan lintas sektor, bukan hanya sektor swasta-pemerintah, tetapi lintas sektor dalam pemerintah. Sebagai contoh, untuk mendorong adanya komoditas unggulan di suatu daerah, butuh irigasi agar lahan subur dan tanaman lebih produktif. Tetapi untuk menyediakan irigasi, harus bekerjasama dengan Kementerian PUPR, bukan Kementan. “Yang terjadi, ada irigasi di suatu daerah tetapi tidak ada pertanian dan daerah yang ada pertanian, tidak ada irigasinya,” papar pria kelahiran 1988 itu. Billy meneruskan, sinkronisasi juga dibutuhkan antar sektor pemerintah dan swasta. Di suatu daerah, Kementan melakukan pelatihan lalu ada perusahaan perkebunan yang beroperasi melakukan pelatihan sendiri. “Harus ada sinkronisasi data,” tandasnya. Tantangan ketiga adalah akses ke pasar. Billy melihat petani yang sudah dilatih dan mengembangkan tani, tidak bisa menjual produknya sehingga terjadi over production. Menurut Billy, petani harus dimasukkan dalam bagian dari rantai pasok, sehingga mereka harus memiliki keleluasaan dalam akses pemodalan, akses pengetahuan, kebersihan dan packaging, seperti bila memasarkan produk ke hotel-hotel. “Itu butuh invenstasi jangka panjang lintas sektor dan bukan hanya tanggung jawab Kementan sehingga sinkronisasi lintas sektor sangat krusial,” paparnya. Petani Milenial Harus Melek Teknologi Salah satu rekomendasi yang disampaikan Billy Mabrassar kepada Presiden Jokowi menyusul 5 program utama Baper adalah keberadaan instrumen untuk menjadi jalan implementasinya. “Program Baper akan berhasil apabila akses teknologi dan informasi itu ada, dan Presiden menerima baik,” ungkap Billy. Menurut Billy, melek teknologi di kalangan anak muda dapat tercapai dengan tiga syarat. Yaitu, ketersediaan infrastruktur teknologi, adaptasi atau pengetahuan memanfaatkan teknologi, dan anggaran untuk memaksimalkan penggunaan teknologi. Presiden Jokowi antusias menyambut dan menggelar ratas terbatas tahun 2020, mengenai transformasi digital nasional, di mana arahan presiden, kementerian terkait agar meningkatkan anggaran dan mengingkatkan aksesibilitas. Contoh, Palapa Ring Timur dan Tengah yang sekarang sudah terhubung. “Saya menyaksikan dalam kunjungan pada 2022 dari sebelumnya tahun 2018, daerah-daerah yang tidak ada akses internet, sekarng sudah ada akses internet,” kata dia. Billy menambahkan, dibutuhkan investasi adaptasi teknologi karena belum tentu petani menggunakan internet untuk menunjang kerja pertaniannya. “Ini masukan saya kepada Kementan untuk kerja bareng, adaptasi teknologi bagi petani milenial lewat pelatihan formal,” paparnya. Nasihat Kak Billy, Kita Tidak Bisa Hidup tanpa Nasi Billy Mambrassar menilai sektor yang tidak bakal ditinggalkan adalah pertanian. Ia sektor yang never ending. “Kita bisa hidup tanpa internet, tetapi gak bisa hidup tanpa nasi dan sayur,” ujarnya. “Sebelum Covid-19, sosialisasi petani milenial dinyinyir, tapi setelah banyak yang terkena PHK akibat Covid, mereka beralih menjadi petani karena by incident,” ungkapnya. “Tetapi kita ingin anak muda menjadi petani by design,” tegasnya. Billy bercerita tentang visi New Zealand yang meski menjadi negara kaya, tetapi tidak mengeksplorasi tambang namun justru mengembangkan sektor pertanian. Dia menyaksikan anak-anak muda terlibat langsung ke dalam sektor pertanian dengan menggunakan kemajuan teknologi. Tidak ada stigma petani tidak keren di sana. “Di Indonesia saat terjadi gelombang PHK, banyak anak muda sadar bahwa sektor pertanian ternyata menjanjikan,” kata dia. Pertanian bukan sektor yang kuno, tetapi para insan pertanian harus mengupgrade diri dan mengembangkan sektor tersebut dengan kemajuan teknologi dan pendekatan enterpreneurship. Step kedua petani milenial adalah menciptakan sustainable agriculture atau petanian yang berkelanjutan. Billy bekerjasama dengan beberapa mitra seperti Carbonethics dalam rangka menciptakan low carbon less farming untuk menjaga alam Indonesia. Menurut Billy, nenek moyang bangsa Indonesia adalah petani dan pelaut. Itulah DNA bangsa Indonesia yang harus dilestarikan dengan tetap meng-upgrade kecerdasan dan kreativitas untuk membuat sektor pertanian kuat dan maju. “Saya rencana setelah pensiun akan berkebun.” pungkasnya.
- Ini 6 Tanaman Buah yang Subur Saat Musim Hujan
Memperhatikan musim saat hendak menaman merupakan langkah awal yang baik untuk memulai. Pasalnya, ada tanaman yang cocok saat cuaca sedang basah dan ada tanaman yang justru baik saat cuaca panas. Umumnya semua jenis tanaman tumbuh pada musim tertentu. Juga pada kondisi udara dan ketinggian tertentu. Tanaman yang tidak bisa beradaptasi dengan kondisi cuca akan mati. Pada musim penghujan, tanaman yang tidak dapat beradaptasi dengan banyak volume air umumnya akarnya akan mengalami masalah seperti akar membusuk dan batangnya rapuh. Sebaliknya, tanaman yang mampu beradaptasi dengan curah hujan tinggi akan semakin subur saat musim penghujan. Seperti tanaman sayur dan buah yang biasanya cocok ditanam saat musim hujan. Berikut adalah 6 tanaman yang cocok ditanam saat musim hujan: 1. Rambutan Buah rambutan akan menjadi sangat subur saat musim hujan tiba. Itu ditandai dengan banyak buah yang dihasilkan saat memasuki musim hujan. Tak heran apabila pada bulan November hingga Februari, kualitas buah rambutan sangat bagus. Untuk itu, buah berwarna merah ini cocok jika ditanam saat musim hujan tiba. Intensitas hujan yang tinggi akan membuat bibit tanaman rambutan bisa tumbuh subur. 2. Lengkeng Lengkeng merupakan tanaman dataran rendah antara 200 hingga 600 mdpl dengan iklim basah. Tanaman ini cocok di tempat dengan curah hujan sekitar 1.500-3.000 mm/tahun dengan bulan basah sebanyak 9-12 bulan. Buah lengkeng ini akan mengalami masa pembuahan pada musim kemarau, tepatnya pada malam hari dengan suhu antara 15-20 derajat cecius. Namun, tanaman ini cocok ditanam saat musim hujan. Alasannya karena saat masih bibit, lengkeng membutuhkan banyak asupan air. 3. Durian Ketika awal musim penghujan atau pada November, biasanya tanaman durian menghasilkan buah yang banyak. Durian bisa berbuah dua kali, namun pada bulan ini buahnya lebih berkualitas daripada musim panen lain. Nah, jika Anda ingin menanam buah berwarna kuning ini, usahakan ditanam di musim penghujan, karena akan lebih mudah merawatnya. 4. Manggis Pernah memakan buah manggis tapi rasanya pahit? Salah satu alasannya karena kualitas pengairannya buruk. Tanaman ini akan menghasilkan buah dengan kualitas baik saat musim hujan. Manggis hanya panen satu tahun sekali, di mana idealnya manggis akan berbunga di musim kemarau dan akan panen di musim hujan, yaitu sekitar bulan November hingga Maret. 5. Melon Buah berwarna kuning keemasan ini dapat tumbuh di ketinggian antara 300-1000 mdpl dengan curah hujan sedang. Melon membutuhkan cahaya matahari yang cukup. Tanaman ini akan menghasilkan buah yang kurang baik saat ternaungi. Tanaman ini cocok ditanam saat musim hujan di mana mendapatkan air yang cukup untuk masa awal pertumbuhannya. 6. Timun Timun adalah salah satu lalapan yang wajib ada pada menu-menu Indonesia yang ada sambalnya. Sayur yang rasanya segar ini dapat tumbuh dengan baik saat musim hujan. Meski membutuhkan perawatan yang cukup intens, timun sangat mudah beradaptasi dengan curah hujan tinggi.
- Dorong Produktivitas Pertanian, Telkom University Kembangkan Sistem Pemetaan Kandungan Air Tanah
Telkom University sukses mengembangkan metode pemetaan kandungan air tanah pada lahan pertanian atau perkebunan berbasis sistem radar. Teknologi yang dikembangkan ini secara spesifik digunakan untuk mendukung pemupukan presisi di perkebunan teh. Riset pertanian ini dikembangkan oleh Dr. Aloysius Adya Pramudita, peneliti Telkom University dari Fakultas Teknik Elektro (FTE). Bersama tim, Adya berupaya mendukung peningkatan produktivitas dan efisiensi pada industri pertanian dan perkebunan dengan menerapkan konsep Precision Agriculture pada pengelolaan kegiatan pemupukan. Adya mengatakan bahwa ketepatan dalam pemupukan dapat meningkatkan efisiensi. Konsep tersebut dilakukan dengan melipatgandakan kemampuan mengolah informasi kandungan air tanah. “Informasi kandungan air pada tanah dimanfaatkan untuk menentukan dan pengaturan waktu pemupukan serta memperkirakan kebutuhan pupuk sehingga pemupukan dapat efektif dan efisien,” kata Adya dilansir dari telkomuniversity.ac.id Adya menjelaskan, alat ini dapat memberikan solusi terhadap permasalahan ketidakakuratan data-data lahan sebagai referensi proses pemupukan. Pada umumnya, pekebun dan petani berpatokan pada kondisi cuaca dan data curah hujan untuk memperkirakan kandungan air tanah. Adya menilai cara klasik ini kurang efektif apabila dilakukan pada lahan perkebunan yang sangat luas dan mengakibatkan proses pemupukan tidak dilakukan dengan dasar yang tepat, baik tepat waktu maupun tepat jumlah. Adya melakukan penelitian sejak 2015, dimulai dari penelitian dasar dan telah mengalami pengembangan dan terakselerasi sejak 2021. Dengan dukungan pendanaan dari LPDP (Lembaga Pengelolaan Dana Pendidikan), pengembangan fitur-fitur baru dari teknologi ini masih terus berjalan hingga 2024. Pada tahun 2023, sesuai dengan peta jalan penelitian, Adya dan tim akan melakukan hilirisasi hasil penelitian yang telah dicapai dan melakukan penelitian pengembangan untuk menghasilkan fitur-fitur baru dari teknologi ini. “Sehingga tidak hanya sebagai sistem pengambilan keputusan untuk pemupukan presisi, namun teknologi ini juga dapat menghimpun jenis-jenis data lahan yang lain dengan memanfaatkan Sistem Ground Penetrating Radar (GPR),” tandas Adya. GPR adalah sistem pendeteksian objek-objek yang terkubur di bawah permukaan tanah dengan memanfaatkan fenomena gelombang elektromagnetik.
- Poktan Ogan Ilir Panen Jagung Ketan Program CSR PT Sampoerna Agro Tbk
Kelompok Tani (Poktan) asal Kabupaten Ogan Komering Ilir, Sumatera Selatan baru saja memanen tanaman jagung ketan di lahan milik desa seluas 0,75 hektar pada Sabtu 14 Januari 2023 lalu. Tanaman jagung itu adalah hasil pembinaan dari PT Sampoerna Agro Tbk yang bekerjasama dengan Pemerintah Desa Balian Kecamatan Mesuji Raya dalam rangka mengembangkan Program Ketahanan Pangan melalui budidaya jagung. Panen tanaman jagung ini disaksikan oleh Kepala Desa Sardono, staf pengurus Desa dan anggota kelompok tani, dan juga Estate Manager Kebun Sumber Sawit, Benris Tamba, Askep Kebun Hikmah Tiga dan pegawai perusahaan. "Ini panen perdana usai hampir 2,5 bulan tanaman jagung ditanam," kata Senior Manager Hikmah Lima, Lilis Suryani dilansir dari sumeks.co. Lilis menambahkan, kerjasama program ketahanan pangan ini dapat menjadi stimulasi bagi warga masyarakat dan desa-desa sekitar untuk memanfaatkan lahan pekarangan menjadi sumber pangan keluarga. Program Ketahanan Pangan ini merupakan salah satu program unggulan CSR PT Sampoerna Agro Tbk dalam bidang Ekonomi. Program tersebut dirancang sebagai bentuk dukungan perusahaan kepada pemerintah dalam upaya penyediaan bahan pangan baik secara lokal maupun nasional. PT Sampoerna Agro Tbk akan terus mengembangkan program ini jika masyarakat atau kelompok tani memiliki keseriusan. Keberlanjutan program ini perlu didukung oleh semua kalangan, sehingga keberhasilan program dan kebermanfaatan program nantinya bisa dirasakan oleh semua warga masyarakat. "Kami masih memiliki dua kegiatan lagi yang masih kami dampingi. Yakni bidang perikanan, budidaya lele dan jangka panjang adalah budidaya pisang barangan," imbuhnya. Kepala Desa Balian, Sardono menyampaikan terima kasih kepada PT Sampoerna Agro Tbk yang telah memberikan bantuan melalui Program CSR (Corporate Social Responsibility) perusahaan untuk meningkatkan ekonomi warga masyarakat. Dia berharap program CSR Sampoerna dapat terus berlanjut dan berkembang. “Hasil panen jagung ketan kami pasarkan pada tengkulak, dan uangnya akan kami gunakan sebagai modal penanaman selanjutnya," ungkap Sardono.
- Iwan Tarigan Sukses Berkebun Kurma di Dataran Tinggi Sumatra Utara
Pohon kurma biasanya memang ditanam di dataran kening, namun siapa sangka kurma juga dapat ditanam dan dikembangkan pada iklim basah. Ini yang dilakukan oleh Iwan Tarigan, seorang petani asal Desa Kutambaru, Kecamatan Tiganderket, Kabupaten Karo, Sumatera Utara. Dan dia berhasil. Kabupaten Karo berada di ketinggian 600-1400 di atas permukaan air laut, dan terkenal dengan iklim yang sejuk dengan intensitas suhu 17 derajat celcius. Di kawasan dingin ini, Iwan Tarigan berhasil menanam pohon kurma di tengah cuaca dingin dan intensitas hujan yang tinggi. Iwan membutuhkan waktu tiga tahun usaha hingga dapat memanen kurma dari kebun yang digarapnya sendiri. Berangkat dari pengalaman mendalami dunia holtikultura sejak kecil, Iwan tertarik mengembangkan budidaya buah lain yang belum ada di tanah kelahirannya. Berawal dari tahun 2016, saat ayah Iwan Tarigan pergi ke perbagai negara seperti Thailand, Timur Tengah dan Inggris. Iwan belajar banyak budidaya kurma dari ayahnya yang mempunyai kenalan yang berpengalaman dalam mengembangkan pohon kurma. Langkah pertama yang dilakukan Iwan adalah memastikan bahwa bibir kurma yang akan ditanam harus berkualitas. Pasalnya, menanam bibit kurma yang jelek di iklim Indonesia kurang pas, dan menyebabkan pertumbuhannya tidak maksimal. Pada tahun 2017, Iwan Tarigan menanam sekitar 200 bibit kurma unggul yang dia impor dari Inggris. Total ia membutuhkan waktu sekitar 3,5 tahun untuk dapat memperoleh hasil yang sama seperti pohon kurma yang ditanam di Arab. Tahun 2021, usia pohon kurmanya sudah 4,5 tahun dan sudah memanen hasilnya. Sebanyak 500 kg kurma berhasil dipanennya dari semua pohon yang ditanamnya. Tips Menanam Kurma di Iklim Indonesia Iwan Tarigan menjadi orang pertama di Kabupaten Karo yang berani menanam pohon kurma. Melihat kondisi iklim yang berbeda, ia tidak segan untuk belajar dan terus mencoba. Kunci menanam kurma di kondisi cuaca yang tidak seharusnya membutuhkan perawatan yang sungguh-sungguh dan mempelajari semua kebutuhan pohon kurma. Seperti tips yang dia bagikan dalam sebuah konten video di channel YouTube Capcapung, Iwan Tarigan mengatakan bahwa kita perlu mengerti apa saja yang dibutuhkan oleh pohon kurma selama pertumbuhannya. Pertama, saat daun pohon kurma sudah banyak, kita bisa mulai memangkat sedikit bagiannya supaya pohon dapat tumbuh lebih cepat. Kedua, pemberian pupuk organik. Iwan menggunakan kotoran lembu yang sudah difermentasi untuk kemudian diberikan ke media tanam pohon kurma. Pilihan pupuk organik sudah dilakukannya sejak tahun 2003 ketika menanam pohon salak dan dia mendapatkan hasil panen yang memuaskan. Menurut dia, pohon kurma yang menggunakan pupuk bahan alami akan menghasilkan buah yang lebih besar, dan rasanya pun lebih manis, ketimbang menggunakan pupuk kimia. Selain itu, pupuk kimia bisa membuat buah kurma rontok. Ketiga, mengatasi ekosistem tanam bukan asli pohon kurma dengan menyemprotkan fungisida. Pohon kurma terbiasa dengan iklim dan tanah kering sehingga jika ditanam pada dataran tinggi, akan rentan terkena penyakit jamur. Keempat, mempelajari frekuensi curah hujan mengingat pohon kurma terbiasa dengan cuaca kering. Buah kurma yang akan matang, sebaiknya ditutup dengan plastik pada saat musim hujan, agar tidak langsung terkena air hujan. Karena air hujan dapat mengurangi kadar gula yang ada pada pohon kurma. Beberapa orang yang datang berkunjung ke perkebunan kurma Iwan Tarigan, mengakui bahwa rasa buah kurma miliknya sama seperti buah kurma yang ada di Thailand dan Arab. Menurut Iwan, buah kurma yang dihasilkannya ini menjadi satu-satunya yang tumbuh dan panen melimpah di Sumatra Utara. Meskipun tergolong baru, menurut Iwan, kunci merawat pohon kurma adalah mengetahui apa yang diinginkan dari pohon tersebut.
- Berikut Jenis Tanaman yang Cocok Ditanam di Musim Hujan
Hujan adalah berkah tersendiri bagi para petani. Volume air yang meningkat akan membuat tanaman tertentu menjadi semakin subur dan berpotensi menghasilkan buah yang banyak. Namun, ada yang masih ragu, apakah tanaman yang terlalu banyak terkena air hujan akan mudah layu? Tentu tidak semua tanaman akan layu jika terkena hujan setiap hari. Ada jenis-jenis tanaman yang justru akan berkembang lebih bagus di musim hujan. Memang banyak yang masih ragu untuk mulai menanam di musim hujan. Apalagi jika intensitas hujan tinggi, yang dapat membuat tanaman rusak. Kekhawatiran itu wajar saja, namun jika tanaman dirawat dengan baik, maka hasilnya juga akan baik. Berikut adalah sejumlah tanaman yang dapat bertahan di musim hujan. Kangkung Tanaman kangkung adalah salah satu pilihan yang bisa ditanam saat musim hujan sedang berlangsung. Tanaman yang mudah beradaptasi ini justru akan berkembang biak dengan baik saat menerima asupan banyak air. Jenis sayur yang enak dimakan pakai sambal ini merupakan tanaman dataran rendah dengan tingkat kelembaban tinggi. Jadi tak perlu ragu untuk menanam kangkung di pekarangan rumah meski sedang diguyur hujan. Menanam kangkung sangat mudah. Tak heran jika banyak ibu-ibu yang gemar membudidayakannya di pekarangan rumah. Hasilnya bisa cukup membantu kebutuhan rumah tangga. Bayam Sayur bayam juga cocok ditanam saat musim hujan. Sayur yang mengandung banyak gizi ini justru akan semakin subur jika ditanam saat cuaca basah. Pasalnya, sayur kaya serat ini membutuhkan curah hujan tinggi untuk tumbuh. Daun bayar bahkan lebih besar saat musim hujan dari pada saat musim kemarau. Daun Bawang Daun bawang merupakan bahan pelengkap untuk membuat masakan lebih enak. Daun bawang yang dipotong kecil cocok untuk menjadi taburan di makan. Makanan sudah pasti lebih nikmat jika ditaburi taun bawang. Nah, tanaman satu ini membutuhkan persediaan air yang tinggi untuk menopang pertumbuhannya. Dengan begitu, sayur ini sangat cocok ditanam di musim hujan agar cepat tumbuh dan subur. Petani biasanya mulai menanam daun bawang ini saat akhir tahun atau saat musim hujan tiba. Alasannya ya karena tanaman ini memang butuh banyak air.
- Sukses Kembangkan Teknologi Padi Apung, UMY Bantu Atasi Masalah Pertanian di Kalimantan
Lembaga Pengabdian Masyarakat (LPM) Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (UMY) mengembangkan demplot padi teknologi agung, saat melakukan pengabdian masyarakat di Desa Muhuran, Kecamatan Kota Bangun, Kutai Kartanegara dan Desa Minta, Kutai Barat, Kalimantan Timur. Masyarakat Desa Minta dan Muhuran memanfaatkan area rawa yang surut sebagai lahan tanam padi. Namun, lahan ini sering kali mendapat luapan air sungai Mahakam, sehingga mengakibatkan padi terpendam air dan mengakibatkan gagal panen. “Masyarakat mengeluhkan gagal panen dan produksi padi yang tidak optimal,” ujar Ketua LPM UMY, Dr. Ir. Gatot Supangkat, M.P., IPM., ASEAN. Eng. dilansir dari umy.ac.id. Gatot mengakui jika sektor pertanian sangat rentan terhadap perubahan iklim terutama faktor intensitas hujan karena berpengaruh terhadap pola tanam, waktu tanam, produksi, dan kualitas hasil. Intensitas hujan yang tinggi dan tidak menentu mengakibatkan kondisi lahan pertanian mengalami banjir atau tergenang air. “Karena itu diperlukan suatu teknologi inovasi terkait sistem pertanian. Salah satu inovasi teknologi budidaya pada lahan rawan banjir dan rawa yaitu dengan menerapkan sistem pertanian terapung yang UMY kembangkan ini,” lanjutnya. Ia mengklaim jika demplot padi teknologi apung sangat cocok diterapkan di Desa Muhuran dan Desa Minta yang memiliki area penuh rawa. “Sistem pertanian padi apung menjadi solusi untuk mengatasi dan memanfaatkan kondisi lahan rawan banjir dan rawa dengan optimal,” imbuhnya. Manfaatkan Sumber Daya Lokal Rektor UMY Prof. Dr. Ir. Gunawan Budiyanto M.P., IPM., ASEAN. Eng. menjelaskan bahwa teknologi demplot padi yang dikembangkan oleh UMY menggunakan sumber daya lokal seratus persen. “Ini menjadi keuntungan tersendiri bagi kelestarian teknologi tersebut sehingga ketika tim pengabdian menarik diri, masyarakat masih tetap berdaya. Mulai dari bahan baku pembuatan alat hingga pupuk, mereka bisa dapatkan secara alami di sana,” ujarnya. Gunawan mengungkapkan bahwa lahan gambut memiliki banyak manfaat bagi pertanian, tapi juga bisa memberikan dampak buruk bagi lingkungan dan iklim jika tidak dikelola dengan tepat. Lahan gambut mampu menampung hingga 30 persen jumlah karbon dunia agar tidak terlepas ke atmosfer. Jika karbon ini terlepas akan mengakibatkan perubahan iklim dan bencana alam. “Hal ini menjadi alasan tidak bisa sembarangan dalam mengolah lahan gambut,” jelasnya. Pengembangan demplot padi teknologi apung ini dilakukan Universitas Muhammadiyah Yogyakarta sebagai bentuk impelementasi program SDGs dalam menuntaskan kelaparan (Zero Hunger). “Dengan pemanfaatan lahan rawa sebagai media tanam padi, besar harapannya ini mempunyai kontribusi terhadap program SDGs dalam menuntaskan kelaparan,” imbuhnya. Selanjutnya, LPM UMY sendiri akan melakukan pengabdian serupa ke kota Pekalongan yang memiliki masalah yang sama terkait padi.
- Apa itu Petani Milenial?
Petani milenial adalah petani yang usianya sekitar 19 hingga 39 tahun. Selain batasan umur, petani milenial juga harus punya diferensiasi berupa kecakapan dalam mengoperasikan teknologi pertanian mutakhir. Generasi milenial dianggap paling mampu beradaptasi dengan perubahan teknologi dan perkembangan zaman seiring penetrasi internet yang semakin meluas. Generasi ini diharapkan mampu memberi sumbangan nyata pada perkembangan pertanian nasional. Sektor pertanian butuh sentuhan-sentuhan teknologi modern untuk menggenjot produksi pangan nasional. Pemerintah melalui Kementerian Pertanian mendorong generasi milenial turut terjun ke sektor pertanian. Tujuannya, antara lain untuk meningkatkan minat pemuda dalam bidang pertanian, menciptakan pertanian yang mengadopsi teknologi, menciptakan lapangan kerja baru dan sebagai upaya regenerasi petani. Umumnya sektor pertanian diisi oleh generasi lama yang dianggap kurang mampu beradaptasi dengan perkembangan teknologi. Generasi milenial diharapkan mampu memberi warna baru dalam bidang pertanian. Sementara itu, dari sisi adaptasi teknologi, generasi milenial ini dianggap paling mengerti dan mampu mengaplikasikannya ke dalam kehidupan sehari-hari. Dengan memanfaatkan teknologi berbasis data, pertanian nasional diharapkan mampu bersaing di kancah global. Banyak peluang menjanjikan di sektor pertanian jika digarap dengan sempurna sesuai dengan kebutuhan pasar saat ini. Peluang bisnis baru itu diharapkan dapat membuka lapangan pekerjaan baru bagi generasi muda. Indonesia mengalami bonus demografi yang ditandai dengan banyaknya jumlah generasi muda. Generasi perlu dikelola dengan baik sehingga mendapatkan pekerjaan yang layak. Salah satu sektor yang cukup menjanjikan adalah pertanian. Banyak lahan di pelosok daerah yang belum digarap dengan baik. Itu membutuhkan sumber daya manusia untuk mengelolanya sehingga dapat menjadi nilai tambah bagi negara. Regenerasi tenaga pertanian adalah masalah yang belum terselesaikan. Petani masih dianggap sebagai pekerjaan yang dipandang sebelah mata. Padahal, di banyak negara, pertanian adalah pekerjaan yang sangat bergengsi. Pekerja pertanian misalnya, dianggap sebagai golongan yang kurang berpendidikan. Itu karena pekerjaan petani cenderung menggunakan otot. Bisa jadi ini disebabkan karena pertanian di Indonesia belum banyak mengadopsi teknologi mutakhir. Kementerian Pertanian terus mendorong generasi muda untuk turut ambil bagian dalam mengembangkan sektor pertanian. Demi terciptanya dunia pertanian yang mampu memberi nilai lebih pada individu yang terlibat di dalamnya. Dorongan itu diterjemahkan melalui sejumlah langkah strategis. Di antaranya dengan membentuk pendidikan vokasi. Saat ini Kementan telah membuka 7 Politeknik Pembangunan dan 3 Sekolah Menengah Kejuruan Pertanian Pembangunan (SMK-PP). Politeknik dan SMK-PP mendidik calon generasi muda pertanian yang siap bersaing, baik lokal maupun global. Lulusan diharapkan mampu adaptif dengan teknologi, sehingga pembangunan pertanian lebih efektif dan efisien. Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo mendorong petani milenial untuk bekerja kreatif dan inovatif dalam menghadapi tantangan global yang mengancam ketahanan pangan nasional. SYL berharap, anak muda mampu menggagas ide besar dalam meciptakan peluang baru di masa yang akan datang.
- Kementan Salurkan Biaya Ganti Rugi Petani Terdampak Wabah PMK di Kalbar
Kementerian Pertanian (Kementan) RI menyalurkan dana ganti rugi total sebesar Rp250 juta kepada peternak di Kalimantan Barat yang kehilangan ternak akibat wabah Penyakit Mulut dan Kuku (PMK). Dengan rincian ganti rugi Rp10 juta untuk satu ekor ternak sapi, Rp1.5jt untuk kambing atau domba dan Rp2 juta untuk ternak babi. Program pemberian dana ganti rugi tersebut telah diatur melalui Keputusan Menteri Pertanian Nomor 518/KPTS/PK.300/M/T/2022 Tentang Pemberian Kompensasi dan Bantuan dalam Keadaan tertentu Darurat Penyakit Mulut dan Kuku (PMK). Kepala Disbunnak Provinsi Kalbar, Heronimus Hero di Pontianak, Selasa (31/1/2023), mengatakan, di Kalbar terdapat 1.822 ternak yang terpapar PMK, 8 ekor di antaranya mati dan 102 ternak potong bersyarat. “Namun hanya 25 ekor yang diusulkan dan lolos verifikasi syarat dan administrasi oleh tim teknis bantuan terdampak PMK," ujarnya. Kata dia, laporan ternak yang terjangkit PMK di Kalbar cukup banyak, yakni 110 ekor. Namun tidak semua peternak mendapat ganti rugi. “Persetujuan tersebut berdasarkan hasil dari verifikasi Tim Kesehatan Hewan Provinsi Kalbar. Hal itu dilakukan untuk mengantisipasi manipulasi ternak yang dipotong dan tidak terawasi oleh tim verifikator," ucapnya. Ia berharap dengan diberikannya bantuan darurat ini bisa meringankan beban dan peternak bisa kembali membeli ternak untuk dipelihara. "Selain itu, program ini diharapkan dapat mengendalikan PMK di Kalbar dan menyokong pertumbuhan ekonomi masyarakat Kalbar yang terdampak PMK. Kita bersyukur saat ini juga Kalbar nol kasus laporan baru PMK," pungkasnya.
- Patut Dicontoh, Urban Farming Jaksel Panen 750 Gram Sayuran
Urban Farming atau pertanian perkotaan di Jalan Bangka II, Gang II, Pela Mampang, Mampang Prapatan, Jakarta Selatan memanen sebanyak 750 gram sayur berbagai jenis, yaitu bayam merah, selada dan pakcoy. Pemanfaatan lahan sempit di area perkotaan ini diharapkan dapat menjadi solusi dalam mengantisipasi krisis pangan. Kepala Suku Dinas Ketahanan Pangan, Kelautan dan Pertanian (KPKP) Jakarta Selatan, Hasudungan A. Sidabolak mengatakan urban farming dapat menjadi salah satu solusi mengantisipasi krisis pangan. "Ini adalah salah satu upaya pemerintah dengan memanfaatkan lahan terbatas di kota besar yang dijadikan sumber pangan," ujarnya, Rabu (1/2/2023). Dia berharap pertanian perkotaan di Mampang dapat dikembangkan lebih lanjut dengan menambah kolam ikan sebagai sumber protein. "Selain serat yang tersedia di sini, sekarang kita usahakan protein hewani dengan merencanakan penambahan kolam gizi," dia menambahkan. Urban farming di Jaksel bukan hanya ada di Mampang. Menurut data KPKP Jaksel, ada sebanyak 238 penggiat pertanian perkotaan di Jaksel. Pada 2022 lalu, urban farming di Jaksel berhasil menghasilkan 25.946 kilogram hasil panen. Tahun lalu, Sudin KPKP Jaksel juga telah merealisasikan bantuan sebanyak 193.850 benih ikan nila, 92.150 ikan lele, 30 benih ikan koi dan 60 benih platy.
- Ramah Lingkungan dan Hemat Biaya, Ini Tips Membuat Pupuk Organik
Kalau punya sisa makanan jangan dibuang. Lebih baik dipakai untuk membuat kompos. Dengan memanfaatkan sisa makanan, setidaknya kita punya dua manfaat. Pertama mendapatkan kompos gratis, kedua, mengurangi volume sampah. Kompos merupakan hasil dari proses penguraian tidak lengkap dari berbagai bahan organik. Mudahnya, kompos adalah pupuk organik hasil dari proses pengomposan atau penguraian bahan-bahan organik. Tanaman yang menerima asupan kompos akan lebih sehat dibanding dengan ketika diberi pupuk kimia. Bahan ini juga lebih ramah lingkungan, sehingga akan memberi dampak baik bagi kelangsungan media tanam. Bahan organik yang dapat dijadikan kompos ada banyak. Seperti daun, rumput, sisa ranting, sisa makanan, kotoran hewan, kencing hewan ternak, hingga rontokan bunga. Semua bahan ini dapat bermanfaat bagi tumbuh kembang tanaman. Semua jenis bahan organik ini sejatinya akan mengalami proses pelapukan secara mandiri di alam. Namun, waktu yang dibutuhkan cukup lama, bahkan bisa puluhan tahun. Namun, jika dibantu manusia, proses ini bisa dipersingkat hingga 1 bulan saja. Kali ini kita akan berfokus pada pemanfaatan limbah rumah tangga sebagai bahan organik pembuatan kompos untuk menyuburkan tanaman. Lantas, sampah seperti apa saja sih yang cocok dipakai untuk membuat kompos? Limbah Makanan Sampah makanan, meliputi sayur, daging busuk, bumbu dapur, kulit buah maupun sayur, buah yang sudah busuk, tempe atau tahu yang sudah busuk, hingga susu bekas. Daun Kering Selain memanfaatkan sisa-sisa makanan di dapur, Anda juga bisa memanfaatkan sampah dari potongan kayu, rumput, kertas bekas, hingga tisu. Kotoran Binatang Jika Anda punya hewan piaraan seperti burung, kucing atau anjing, maka Anda bisa juga memanfaatkan kotorannya sebagai bahan pupuk organik. Tak hanya pupnya yang bisa bermanfaat, bekas bulu kucing, anjing atau burung juga dapat dimanfaatkan sebagai pupuk. Tahapan Membuat Kompos Bahan yang perlu disiapkan: Sampah organik, EM4, wadah (ember/drum), tanah. Ada beberapa cara membuat kompos di rumah. Salah satu cara yang paling mudah dengan memanfaatkan tanah. Berikut langkah-langkah untuk membuat kompos sendiri di rumah. 1. Siapkan wadah Sesuaikan ukuran wadah dengan jumlah bahan kompos yang tersedia. Bisa menggunakan ember atau drum. 2. Siapkan sampah organik Bahan kompos berupa sampah organik yang sudah disiapkan kemudian dicacah menjadi ukuran kecil agar mudah terurai. 3. Masukkan tanah ke dalam wadah Jumlah tanah yang dimasukkan tidak sampai penuh, cukup sepertiga dari ukuran wadah. Percikkan air ke dalam tanah yang sudah dimasukkan ke dalam wadah. 4. Masukkan bahan sampah organik ke dalam wadah Masukkan sampah organik yang sudah dicacah ke dalam wadah. Letakkan tepat di atas tanah yang sudah basah. Lalu kubur sampah tadi menggunakan tanah sampai penuh. Dengan perbandingan 1:1:1. 5. Masukkan EM4 Larutkan sebanyak 3 – 10 cc EM4 ke dalam 1 liter air lalu semprotkan ke dalam wadah hingga merata. 6. Diamkan Tutup rapat wadah untuk mendapatkan hasil maksimal. Jauhkan dari paparan sinar matahari dan air hujan. Simpan di tempat yang hangat dan lembap selama 3 minggu. Jika bentuk kompos sudah menyerupai tanah gempur, berarti pupuk siap digunakan.
- Alif Subroto, Petani Milenial Semarang yang Sukses Tuai Ratusan Juta dari Bertani
Tidak memedulikan stereotip petani yang sering distigma miskin dan kolot, Alif Subroto, seorang pemuda dari desa Kopeng, Kabupaten Semarang, Jawa Tengah telah terjun ke dunia pertanian sejak usia 20 tahun. Alif telah merasakan banyak manfaat dari fokus menekuni profesi sebagai petani selama 12 tahun. Ia mengaku mampu membeli sebuah mobil merek Honda CRV yang harganya ratusan juta rupiah dari hasil panen tanaman kubis di ladangnya sekitar lima tahun lalu. “Saya itu penah waktu tanam kubis, sekali panen bisa dapat mobil CRV. Harganya ratusan juta rupiah. Sekitar lima tahun lalu,” ujar Alif saat dijumpai Solopos.com di kebunnya, Kamis (12/1/2023). Alif membenarkan jika profesi petani saat ini memang jarang diminati, terutama oleh generasi milenial. Merujuk data Badan Pusat Statistik (BPS), mayoritas petani di Indonesia saat ini masih didominasi generasi X, yakni usia 41-56 tahun atau sekitar 38,02 persen, disusul generasi Y, dari kalangan usia 25-40 tahun atau sekitar 21,92 persen. Sedangkan generasi Z, di bawah usia 24 tahun justru lebih sedikit, yakni sekitar 2,24 persen. Namun di kampung Alif, justru petani dari kalangan muda mulai tumbuh. Rata-rata generasi muda memutuskan untuk menggeluti sektor pertanian. Selain karena petani sudah menjadi faktor turun-temurun, tidak adanya jaminan pekerjaan setelah selesai belajar di perguruan tinggi mendorong banyak pemuda beralih untuk menjadi petani. “Di dusun saya, Tanggulangin, perbatasan Kopeng dengan Magelang, hampir 80 persen pemuda bertani,” ungkapnya dilansir dari Solopos.com. Dengan bertani, kata Alif, kita bisa langsung bekerja dan memperoleh hasil yang cukup menjanjikan. Terbukti teman-temannya sudah mampu membeli mobil dan membangun rumah pada usia di bawah 30 tahun. Mereka mendapat penghasilan yang layak dari hasil panen cabai. Tidak sedikit petani milenial di Kopeng sudah mampu membeli tanah untuk investasi. Alif sendiri sudah membeli tanah hampir satu hektare dari hasil pertanian yang dia tekuni selama 12 tahun. Namun, menjadi petani tidak selamanya tentang kisah kesuksesan. Terkadang, petani juga mengalami kerugian. Itu pula yang dialami Alif. “Pernah dua kali panen zonk. Tapi, sekali panen berikutnya bisa menutupi,” tutur dia. Tips Bertani bagi Generasi Milenial Alif tidak segan berbagi tips bagi generasi milenial yang ingin terjun ke sektor pertanian. Salah satunya adalah mau bersosialisasi dengan rekan-rekan sesama petani untuk saling berbagi trik-trik bertani, seperti penggunaan pupuk yang tepat maupun pestisida yang baik untuk tanaman. Kemudian, teman-teman muda petani pemula jangan sampai mudah malu atau sungkan dalam belajar dan bertanya. Setelah itu, harus mau bekerja keras dan sering sharing, serta mengikuti komunitas petani milenial untuk menambah wawasan dan pengetahuan soal bertani. Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo terus-menerus mendorong petani milenial untuk kreatif dan inovatif dalam menghadapi tantangan global yang mengancam ketahanan pangan nasional. SYL berharap, anak muda mampu menggagas ide besar dalam menciptakan peluang baru di masa yang akan datang. “Kita pecaya bahwa di tangan anak muda masa depan bangsa akan lebih baik lagi. Yang penting mereka mau melakukannya. Kita berharap dengan pertanian Indonesia jadi lebih baik karena selama ini terbukti menjadi bantalan ekonomi. Pertanian yang paling siap menghadapi tantangan-tantangan apapun hari ini, besok dan masa yang akan datang," kata Mentan SYL dikutip dari pertanian.go.id.















