top of page

Search Results

328 results found with an empty search

  • Kementan Perluas Akses Permodalan untuk Petani Milenial

    Kementerian Pertanian telah meluncurkan program Tani Akur (Petani Milenial Akses KUR) dengan tujuan mendukung kemajuan sektor pertanian, terutama di kalangan petani milenial. Program Tani Akur bertujuan untuk memberikan akses permodalan usaha bagi para petani muda, sebagai langkah untuk mendorong pertanian maju, mandiri, dan modern di Indonesia. Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo mendorong seluruh petani Indonesia, khususnya para milenial untuk mengakses Program Kredit Usaha Rakyat (KUR). Menurutnya, capaian KUR oleh petani milenial akan menjadi sokongan penting dalam menggerakkan sektor pertanian menuju perkembangan yang lebih baik. Mentan SYL percaya bahwa jika usaha para petani milenial berkembang, akan berkontribusi pada terciptanya ketahanan pangan nasional yang lebih kuat. Salah satu inisiatif dari Kementan dalam mewujudkan program Tani Akur adalah dengan mendukung pembangunan wirausaha muda di sektor pertanian. Kepala Badan Penyuluhan dan Pengembangan SDM Pertanian (BPPSDMP) Kementan, Dedi Nursyamsi menyatakan strategi Tani Akur ini akan menjadi solusi efektif dalam menanggapi berbagai tantangan dalam pembangunan sektor pertanian. Program Kredit Usaha Rakyat (KUR) merupakan sebuah inisiatif pemerintah untuk meningkatkan akses pembiayaan bagi para pengusaha tani skala Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) melalui lembaga keuangan dengan pola penjaminan. Dengan adanya KUR, para petani milenial dapat lebih mudah memperoleh dukungan permodalan yang diperlukan untuk mengembangkan usaha mereka. Baca juga: Petani Milenial Jadi Tulang Punggung Pertanian Masa Depan Yuk Intip Bisnis Pertanian Milenial di Indonesia Pada tanggal 21 Juni yang lalu, Program Youth Entrepreneurship and Employment Support Services (YESS) PPIU Sulawesi Selatan menyelenggarakan Millennial Agriculture Forum (MAF) Edisi Tani Akur dengan tema "Kupas Tuntas Kredit Permodalan Nasional Madani (PNM)". Kegiatan ini diadakan secara luring dan daring di Aula BPP Kecamatan Lau, Maros. Acara tersebut dihadiri oleh 126 peserta yang terdiri dari perwakilan Kepala Dinas Pertanian Maros, District Implementation Team (DIT) Kabupaten Maros, Financial Advisor (FA) Kabupaten Maros, Mobilizer Kabupaten Maros, Fasilitator Pemuda (Fasmud) Kecamatan Lau, Staf BPP Lau, Petani Milenial Kecamatan Lau, dan Mahasiswa Polbangtan Gowa. Selama forum berlangsung, para peserta mendapatkan informasi dari empat narasumber, termasuk para pelaku usaha yang telah berhasil mengakses KUR, seperti Abdul Kadir, Manajer Bisnis ULaMM PT. Permodalan Nasional Madani (PNM) Makassar, dan Lutfi.J, Legal & License PT. Japfa Comfeed tbk. Salah satu kesaksian yang menarik perhatian adalah dari Nurlia, seorang penerima manfaat program YESS dan Local Champion di Kabupaten Maros. Dalam kesempatan tersebut, Nurlia membagikan pengalaman suksesnya dalam memajukan usaha jamur tiram miliknya berkat Program YESS. Nurlia menyatakan bahwa pada tahun 2020, program tersebut telah membantu memajukan usahanya hingga saat ini dengan omset mencapai 24 juta rupiah setiap bulannya. Dia juga memberdayakan perempuan kepala keluarga dengan memberikan lapangan pekerjaan bagi lima ibu-ibu yang bekerja di usahanya. Diharapkan dengan adanya kegiatan Millennial Agriculture Forum (MAF) dan pembahasan KUR, para petani milenial dapat memahami bahwa ada cara-cara untuk mengakses permodalan usaha pertanian. Dukungan dari Kementerian Pertanian melalui program Tani Akur (Petani Milenial Akses KUR) membuka peluang bagi generasi muda untuk berkontribusi dalam memajukan sektor pertanian, mendorong ketahanan pangan nasional, dan meraih kesuksesan dalam usaha pertanian mereka.

  • Hendi Nur Seto, Petani Milenial Beromzet Puluhan Juta Berkat Melon Premium

    Hendi Nur Seto memiliki keberanian dan visi berbeda dari kebanyakan sarjana pada umumnya. "Banyak petani yang melahirkan sarjana, namun sedikit sarjana yang bisa melahirkan petani." Sebuah kalimat yang menjadi memotivasi pria asal Temanggung, Jawa Tengah itu untuk menjadi petani. Setelah menyelesaikan studi di Universitas Jenderal Soedirman, Hendi memutuskan untuk kembali pulang ke desanya dan mencoba peruntungan sebagai petani buah. Dia memilih bercocok tanam secara hidroponik sebagai pendekatan inovatif untuk mengembangkan potensi pertanian di desa. Tidak mengecewakan, langkah yang diambil oleh Hendi terbukti menjadi pilihan yang tepat. Ia berhasil menjadi seorang petani milenial yang sukses dengan fokus pada tanaman melon premium dan melon Korea. Buah-buahan ini memiliki ciri khas rasanya yang sangat manis dan daging buah yang tebal, sehingga sangat diminati oleh masyarakat. Pada satu kesempatan, Hendi mengikuti acara Bazaar UMKM Brilian yang digelar oleh BRI Kanwil Yogyakarta. Hasilnya, melon yang menjadi produk utama dari Klaster Melon Premium yang ia pimpin habis terjual dalam waktu kurang dari 1 jam. Banyak pengunjung yang merasa tertarik dan kebagian untuk membeli buah melon dari kebun Hendi. Di desanya, Hendi menjabat sebagai Ketua Klaster Melon Premium yang terdiri dari 200 petani. Bersama anggota klaster lainnya, mereka berhasil menanam sekitar 16 ribu tanaman di lahan seluas kurang lebih 0,5 hektar. Hendi dkk mengembang pola pertanian berbasis hidroponik. Dengan teknik hidroponik yang canggih, mereka mampu menghasilkan sekitar 1 ton melon per minggu. Melalui usaha dan kerja kerasnya, Hendi sekarang berhasil meraih omzet puluhan juta rupiah setiap bulannya. Keberhasilan Klaster Melon Premium ini tidak lepas dari bantuan dan dukungan dari Bank Rakyat Indonesia (BRI) melalui program Desa Brilian. Selama menjadi binaan BRI, mereka telah mendapatkan berbagai pelatihan dan kesempatan untuk berpartisipasi dalam pameran-pameran seperti Bazaar UMKM Brilian. Bahkan, klaster yang dipimpin oleh Hendi juga pernah menerima dana hibah senilai Rp. 50 juta dari BRI. Produksi melon Hendi juga telah mendapatkan 9 fasilitas unit green house dari Kementerian Pertanian sebagai stimulus bagi petani milenial untuk meningkatkan produktivitas dan menjadi lahan percontohan. Petani milenial seperti Hendi inilah yang diharapkan Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo untuk menjadi pelopor pembangunan pertanian pedesaan dan meningkatkan kesejahteraan petani desa. Baca juga: Program YESS Kementan Bantu Petani Milenial Malang Budidaya Kambing Perah Syva Dila Kharisma, Jebeng Banyuwangi yang Jadi Young Ambassador Agriculture 2023 Berhasilnya Klaster Melon Premium juga membuka kesempatan bagi Hendi untuk bertemu dengan Presiden Joko Widodo pada tahun 2022 lalu. Pertemuan tersebut terjadi saat Presiden Jokowi melakukan kunjungan Program Food Estate Hortikultura di Temanggung, Jawa Tengah. Hendi memanfaatkan kesempatan ini untuk menyampaikan potensi pertanian di desanya dan mengajukan permasalahan yang dihadapi petani. Ketulusan dan kerja keras Hendi dalam mengembangkan pertanian di desanya mendapatkan respon cepat dari Presiden Jokowi. Ini menunjukkan bahwa upaya petani milenial seperti Hendi sangat diapresiasi dan didukung oleh pemerintah, terutama dalam memajukan sektor pertanian di Indonesia. Hendi Nur Seto telah menjadi inspirasi bagi banyak generasi muda di desa. Keberhasilannya membuktikan bahwa dengan inovasi dan semangat yang kuat, pertanian di pedesaan juga memiliki potensi besar untuk berkembang dan menciptakan kesejahteraan bagi masyarakat setempat. Semoga kisah sukses Hendi Nur Seto dapat menjadi contoh dan dorongan bagi generasi muda lainnya untuk berani berinovasi dan berkontribusi dalam memajukan sektor pertanian di tanah air.

  • Kelompok Tani Sulap Lahan Kosong Jadi Pertanian Hidroponik

    Kelompok Tani Amanah yang berlokasi di Kelurahan Nanggeleng, Kota Sukabumi, berhasil memanfaatkan lahan kosong seluas 400 meter persegi untuk membudidayakan sayuran Pokcoy dengan menggunakan metode hidroponik. Inisiatif mereka dalam mengembangkan fasilitas hidroponik ini mendapatkan pengawasan dan dukungan dari Dinas Ketahanan Pangan, Pertanian, dan Perikanan (DKP3) Kota Sukabumi, serta didukung oleh Lurah Nanggeleng, Bapak Mulyono. Lurah Nanggeleng dalam pernyataannya menyatakan dukungan penuhnya terhadap usaha budidaya hidroponik yang dilakukan oleh Kelompok Tani Amanah. Harapannya, keberadaan kelompok ini dapat berkontribusi pada peningkatan perekonomian warga sekitar dan meningkatkan ketersediaan pangan di wilayah tersebut. Kelompok Tani Amanah Nanggeleng telah menjadi binaan DKP3 sejak tahun 2021 dan sejak awal berfokus pada metode budidaya tanaman menggunakan hidroponik. Rima, seorang penyuluh pertanian dari DKP3 Kota Sukabumi, menyatakan bahwa program ini telah berhasil berjalan dengan baik pada tahun tersebut. Selain itu, Rima juga menyatakan bahwa di masa mendatang, kelompok ini berencana untuk memperluas jenis tanaman yang dibudidayakan dengan hidroponik. Baca juga: Kelompok Tani Maluku Produksi Ratusan Ton Pupuk dari Kotoran Sapi Pupuk Ciptaan Kelompok Tani Bangka Hemat Biaya Produksi 85 % Epul, Ketua Kelompok Tani Amanah, menjelaskan alasan pemilihan metode hidroponik dalam budidaya tanaman. Menurutnya, hidroponik menawarkan keuntungan dalam hal pengukuran dan menghasilkan panen dengan kualitas yang unggul. Dibandingkan dengan metode konvensional, menurut Epul, hidroponik mengurangi ketergantungan pada unsur hara tanah dan mengurangi risiko serangan hama, sehingga memungkinkan produksi tanaman yang lebih efisien dan berkualitas tinggi. Epul juga memiliki visi untuk memperluas penggunaan fasilitas hidroponik ke setiap RW (Rukun Warga) di Kelurahan Nanggeleng. Harapannya, langkah ini dapat berkontribusi signifikan dalam memenuhi ketahanan pangan di wilayah tersebut. Dengan memiliki fasilitas hidroponik di setiap RW, masyarakat di Nanggeleng diharapkan akan lebih mudah memperoleh pangan berkualitas dan menjadi lebih mandiri dalam pemenuhan kebutuhan pangan mereka. Langkah Kelompok Tani Amanah Nanggeleng dalam mengembangkan budidaya hidroponik menunjukkan komitmen mereka terhadap inovasi pertanian yang berkelanjutan dan berdaya guna bagi masyarakat. Kolaborasi dengan pihak berwenang dan dukungan dari Lurah Nanggeleng dan DKP3 Kota Sukabumi memberikan dorongan yang kuat untuk mencapai tujuan tersebut. Semoga, upaya ini akan memberikan manfaat yang besar bagi masyarakat setempat, meningkatkan kesejahteraan petani, dan memperkuat ketahanan pangan wilayah Kelurahan Nanggeleng secara keseluruhan.

  • Pembangkit Listrik Tenaga Mikrohidro, Inovasi Mahasiswa Polbangtan Kementan

    Sebuah teknologi pertanian 4.0 dan 5.0 dihadirkan dalam Pekan Nasional Tani dan Nelayan Nasional (PENAS) XVI tahun 2023 yang diselenggarakan di Padang, Provinsi Sumatera Barat. Kehadirannya menjadi momen bersejarah dalam sektor pertanian Indonesia yang berpotensi mengubah wajah pertanian modern di masa mendatang. Dalam gelaran tersebut, mahasiswa Program Studi Teknologi Mekanisasi Pertanian (TMP) Jurusan Pertanian di Politeknik Pembangunan Pertanian (Polbangtan) Bogor memamerkan inovasi teknologi canggih berupa Pembangkit Listrik Tenaga Mikrohidro (PLTMH). PLTMH adalah suatu pembangkit listrik berskala kecil dengan daya yang dihasilkan kurang dari 1 kW. Prinsip kerjanya adalah mengubah energi kinetik potensi air menjadi energi listrik dengan memanfaatkan tenaga air sebagai penggerak turbin dari saluran irigasi, sungai, atau air terjun alam. Inovasi ini dapat memberikan perubahan signifikan dalam pertanian dengan mengembangkan pemanfaatan aliran irigasi dan fertigasi sebagai alternatif pembangkit tenaga listrik. Dosen Prodi TMP, Annisa Nur Ichniarsyah, menjelaskan bahwa output dari alat ini menghasilkan daya listrik maksimal sekitar 100 watt. Meskipun tampak kecil, daya ini sudah cukup untuk memenuhi kebutuhan alat elektronik rumah yang memiliki konsumsi listrik rendah. Selain itu, PLTMH merupakan solusi dalam menghadapi tantangan kebutuhan energi yang semakin meningkat dengan bertambahnya populasi dunia. Pengembangan energi baru dan terbarukan seperti PLTMH menjadi salah satu kunci untuk menghadapi masalah tersebut. Baca juga: Petrokimia Manfaatkan Pupuk Teknologi Nano untuk Pertanian Presisi Demplot Kementan Turunkan Emisi Pertanian 37 Persen Inovasi ini memiliki potensi besar untuk diterapkan dalam skala yang lebih luas di masa depan. Selain memberikan keuntungan dalam hal sumber energi yang ramah lingkungan, penggunaan PLTMH juga dapat membantu meningkatkan produktivitas pertanian dengan memastikan pasokan listrik yang andal bagi petani. Dengan daya listrik yang dihasilkan oleh PLTMH, petani dapat mengoperasikan pompa air untuk irigasi atau perangkat elektronik lain yang mendukung proses pertanian modern. Dukungan dari Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo dan Kepala Badan Penyuluhan dan Pengembangan SDM Pertanian Kementan (BPPSDMP) menunjukkan pentingnya peran generasi milenial dan mahasiswa Politeknik Pembangunan Pertanian (Polbangtan) dalam menghadapi tantangan pertanian masa depan. Melalui pendidikan vokasi dan inovasi teknologi seperti PLTMH, generasi milenial diharapkan dapat menjadi pionir dalam mengembangkan pertanian modern, mandiri, dan ramah lingkungan. Inovasi PLTMH adalah salah satu contoh nyata bagaimana kemajuan teknologi dapat diaplikasikan secara positif dalam mendukung pertanian. Dengan semangat petani milenial dan dukungan dari pemerintah serta institusi pendidikan seperti Polbangtan, Indonesia dapat terus bergerak maju dalam menciptakan sistem pertanian yang berkelanjutan, efisien, dan berdaya saing tinggi.

  • Berkat Program YESS Kementan, Petani Milenial Malang Sukses Budidaya Kambing Perah

    Seorang pemuda asal Kasembon, Kabupaten Malang, Jawa Timur, Haris Sukma Lutfiansyah menjadi bagian dari upaya regenerasi di sektor pertanian di Indonesia. Haris merupakan salah satu generasi milenial yang telah berperan aktif dalam mengembangkan peternakan kambing perah sebagai usaha budidaya yang modern dan inovatif. Sebagai bagian dari Program Youth Entrepreneurship and Employment Support Services (YESS) yang didukung oleh Kementerian Pertanian (Kementan) dan International Fund for Agriculture Development (IFAD), Haris menjadi Penerima Manfaat dari Hibah Kompetitif pada Program YESS tahun 2021. Dukungan dari program ini memungkinkan Haris untuk memperluas usaha peternakan kambing perahnya. Sebelum mendapatkan bantuan dari Program YESS, populasi kambing perah di peternakannya sebanyak 35 ekor. Namun, dengan bantuan dana Hibah Kompetitif, jumlahnya meningkat menjadi 52 ekor, dan produksi susu mencapai 850 liter per bulan. Keberhasilan ini berdampak signifikan pada peningkatan omzet usahanya, yang kini mencapai sekitar Rp15 juta hingga Rp20 juta per bulan. Namun kesuksesan Haris tidak berhenti di situ. Dia juga telah mampu memberdayakan sekitar 22 orang peternak di sekitarnya, menjadikan mereka mitra usaha yang turut berpartisipasi dalam mengembangkan peternakan kambing perah. Melalui badan usaha bernama Sukma Jaya Farm, Haris berhasil menciptakan lapangan kerja dan memberikan manfaat ekonomi bagi masyarakat di wilayahnya. Baca juga: Kang Feri Sukses Budidaya Tomat Beef melalui Smartphone Risdianto, Petani Milenial Lulusan Magister Lingkungan Program YESS, dengan bantuan Hibah Kompetitif dan Pelatihan, telah membantu Haris dalam meningkatkan pengetahuan dan keterampilannya dalam bidang pertanian. Dukungan ini memberikan manfaat lebih dari sekadar bantuan finansial, tetapi juga membuka peluang untuk memperluas jaringan dan relasi dalam industri pertanian. Pendampingan dari Provincial Project Implementation Unit (PPIU) Jawa Timur dan Badan Penyuluhan dan Pengembangan SDM Pertanian (BPPSDMP) turut berperan dalam membantu Haris dalam memaksimalkan potensi peternakannya. Kepala BPPSDMP, Dedi Nursyamsi, mengakui pentingnya pemuda seperti Haris sebagai resonansi penggebuk tenaga muda di sekitarnya untuk menjadi SDM pertanian unggulan. Kunjungan dari Siti Munifah, Sekretaris BPPSDMP, dan Direktur Polbangtan Malang, Setya Budhi Udrayana, ke peternakan kambing perah milik Haris pada akhir Mei lalu adalah pengakuan atas keberhasilan Program YESS dan dedikasi Haris sebagai petani milenial yang berkontribusi dalam pengembangan pertanian modern. Haris Sukma Lutfiansyah adalah contoh inspiratif dari bagaimana pemuda Indonesia dapat berperan aktif dalam menciptakan perubahan positif di sektor pertanian. Dukungan dari Program YESS dan Kementerian Pertanian membuktikan bahwa dengan pemikiran yang inovatif dan semangat yang tinggi, pertanian modern yang mandiri dan maju dapat terwujud, serta memberikan dampak positif pada ekonomi dan ketahanan pangan negara.

  • Kementan Beri Lampu Hijau Akses KUR untuk Atasi Kerugian Akibat El Nino

    Kementerian Pertanian membuka akses bagi petani untuk menggunakan kredit usaha rakyat (KUR) sebesar Rp 100 triliun pada tahun 2023. Langkah ini dibuka Kementan dalam rangka mengatasi kerugian akibat gagal panen atau gangguan cuaca seperti fuso yang terjadi saat El Nino menyebabkan kekeringan panjang di lahan sawah. Prof. Fadjry Djufry, Kepala Badan Standardisasi Instrumen Pertanian (BSIP) dan Ketua Umum Perhimpi menjelaskan bahwa melalui KUR dan asuransi pertanian yang disediakan oleh Kementan dengan premi sekitar Rp 40 ribu, petani dapat memperoleh jaminan sekitar Rp 6 juta. Fadjry menegaskan bahwa petani dapat mengakses KUR ketika terjadi gangguan cuaca seperti fuso. Selama tiga hingga empat tahun terakhir, penyaluran KUR meningkat setiap tahun. Selain KUR, Kementan juga melakukan upaya lain untuk mengatasi kerugian petani, seperti menyediakan varietas padi yang tahan kekeringan, pupuk, dan langkah-langkah antisipasi terhadap hama. Beberapa wilayah, termasuk Nusa Tenggara Timur (NTT), Jawa Tengah, dan Jawa Timur, merupakan zona merah yang terdampak El Nino pada sektor pertanian. Namun ada daerah rawa lebak yang kini dapat menjadi lumbung pertanian baru dengan menggunakan varietas yang sesuai. Pada tahun ini, KUR pertanian tersedia dengan alokasi sebesar Rp 28 triliun untuk petani tanaman pangan, Rp 15 triliun untuk hortikultura, Rp 33 triliun untuk perkebunan, dan Rp 24 triliun untuk peternakan, sehingga totalnya mencapai Rp 100 triliun. Data Kementan hingga Senin (3/7/2023) menunjukkan bahwa realisasi KUR pertanian oleh petani tanaman pangan mencapai sekitar Rp 7,9 triliun, hortikultura sekitar Rp 3,1 triliun, perkebunan sekitar Rp 12 triliun, dan peternakan sekitar Rp 5,8 triliun. Pada tahun 2022, penyaluran KUR sektor pertanian mencapai Rp 103 triliun, melebihi target sebesar Rp 90 triliun. Pada tahun sebelumnya, yaitu 2020, penyaluran KUR Pertanian mencapai Rp 50 triliun. Sementara pada tahun 2021, penyaluran KUR mencapai Rp 85,6 triliun dari target Rp 70 triliun. Hal ini sesuai dengan arahan Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo bahwa semua pihak harus menjalankan fungsi dan peranannya untuk menghadapi El Nino. Mentan Syahrul mengajak para petani agar dapat mengatur budidaya serta mengelola pascapanen. Dia juga meminta lumbung-lumbung pangan yang ada di desa dan kabupaten dihidupkan untuk menjaga stok pangan agar semua daerah merasa aman dengan pangan yang disediakan sendiri.

  • Potensi Kelompok Tani untuk Tingkatkan Kesejahteraan Petani

    Keberadaan petani memainkan peran penting dalam memenuhi kebutuhan pangan dan mendukung keberlanjutan sistem pangan di tanah air. Namun mereka sering kali mengalami kekurangan akses ke sumber daya yang diperlukan untuk meningkatkan hasil panen dan kesejahteraan mereka. Salah satu pendekatan yang efektif dalam meningkatkan kondisi petani adalah melalui pembentukan dan penguatan Kelompok Tani. Kelompok Tani merupakan organisasi yang terdiri dari petani yang bergabung untuk berbagi pengetahuan, sumber daya, dan bekerja sama dalam meningkatkan hasil pertanian, mengurangi biaya produksi, serta meningkatkan akses ke pasar dan peluang pemasaran. Di antara tujuan pembentukan Kelompok Tani adalah bagaimana menyejahterakan para petani anggotanya. Dengan memfungsikan potensi dan keahlian para anggota, Kelompok Tani dapat menyediakan program pendidikan dan pelatihan dalam berbagai hal seperti teknik pertanian modern, manajemen sumber daya, pemilihan varietas tanaman yang tepat, serta teknik pemasaran yang efektif. Dengan peningkatan pengetahuan dan keterampilan, petani dapat meningkatkan produktivitas dan kualitas hasil panen mereka. Selain itu, Kelompok Tani dapat berperan sebagai perantara antara petani dan pihak-pihak yang menyediakan sumber daya penting seperti bibit unggul, pupuk, pestisida, alat pertanian, dan modal usaha. Dengan memperoleh akses yang lebih baik terhadap sumber daya ini, petani dapat meningkatkan efisiensi produksi dan mengurangi biaya input. Baca juga: Cara Membentuk Kelompok Tani, Banyak Manfaatnya Loh! Sumber Dana Kelompok Tani dan Kemudahan Mendapatkan Bantuan Kementan Kelompok Tani juga dapat diberdayakan untuk mengorganisir usaha bersama dalam pemasaran hasil panen. Dengan bekerja secara kolektif, setiap anggota dapat mengurangi ketergantungan pada tengkulak serta memperoleh harga yang lebih menguntungkan melalui negosiasi kolektif. Kelompok Tani juga dapat mengembangkan saluran distribusi yang efisien dan menjalin kemitraan dengan lembaga pemasaran untuk mencapai pasar yang lebih luas. Selanjutnya, dengan menggandeng pemerintah dan lembaga terkait, Kelompok Tani bisa memperbaiki infrastruktur pertanian seperti jalan akses ke lahan pertanian, irigasi, atau pusat pengolahan hasil panen. Bila infrastruktur dalam kondisi baik, tentu akan dapat meningkatkan efisiensi produksi, mengurangi kerugian pasca-panen, dan membuka akses ke pasar yang lebih luas. Ditambah keberadaan Kelompok Tani dapat mendorong anggota untuk melakukan diversifikasi usaha pertanian. Misalnya dengan menanam tanaman yang berbeda-beda atau mengembangkan usaha peternakan. Diversifikasi usaha dapat membantu mengurangi risiko kegagalan panen dan meningkatkan pendapatan petani. Terakhir Kelompok Tani dapat menyediakan pelatihan manajerial dan pendampingan untuk setiap anggota agar mampu mengelola usaha pertanian dengan lebih efektif. Dimulai dari aspek perencanaan, penganggaran, pengelolaan risiko, hingga pembuatan keputusan strategis untuk meningkatkan keberlanjutan dan kemakmuran jangka panjang. Beberapa hal di atas tentu bisa diakomodir oleh Kelompok Tani, mengingat fungsinya sebagai wadah yang efektif untuk meningkatkan kesejahteraan dan kemakmuran petani. Dalam skala yang lebih luas, penguatan Kelompok Tani bukan hanya akan memberikan manfaat bagi petani secara individual, tetapi juga berkontribusi pada ketahanan pangan, pertumbuhan ekonomi lokal, dan pembangunan pertanian yang berkelanjutan.

  • Kesuksesan Petani Muda Kaltim, Inspirasi bagi Generasi Millennial

    Petani muda asal Tenggarong, Kutai Kartanegara, Provinsi Kalimantan Timur, Ridho Mahathir, telah menunjukkan kesuksesannya dalam bidang pertanian hortikultura hingga mampu menembus pasar luar Kalimantan. Dengan omset sekali panen mencapai Rp 60 juta, Ridho Mahathir (26 tahun) menjadi contoh inspiratif bagi generasi muda lainnya. Di balik keberhasilannya sebagai petani milenial, terdapat perjuangan yang luar biasa. Pada tahun 2015, Ridho Mahathir didiagnosa mengalami gangguan pencernaan yang cukup serius dan harus dirawat selama sebulan di rumah sakit. Pada saat itu, dirinya juga sedang mempersiapkan diri untuk menghadapi ujian nasional yang tinggal beberapa bulan lagi. Meskipun menghadapi situasi yang sulit, Ridho tidak menyerah dan tetap menjalani perawatan dengan tekun. Namun ketika Ridho pulih dan kembali ke sekolah, dia mendapati dirinya dianggap absen selama sebulan tanpa keterangan. Hal ini mengakibatkan dia dikeluarkan dari sekolah dan disarankan untuk melanjutkan pendidikannya di sekolah swasta. Meskipun dihadapkan dengan situasi sulit, Ridho Mahathir tidak patah semangat. Dia memilih untuk belajar bertani secara mandiri dan mencoba memperoleh pengetahuan melalui internet dengan menggunakan gawainya. Melalui penjelajahan dunia maya, Ridho Mahathir terkejut mengetahui bahwa regenerasi petani saat ini sedang mengalami kesulitan. Banyak anak muda yang enggan terlibat dalam bidang pertanian karena dianggap sebagai pekerjaan yang kotor dan tidak menguntungkan. Namun hal ini justru semakin memacu semangat Ridho untuk terlibat dalam pertanian. Baca juga: Syva Dila Kharisma, Jebeng Banyuwangi yang Jadi Young Ambassador Agriculture 2023 Kisah Petani Milenial Bandung Sukses Ekspor Kopi Ke Timur Tengah dan Eropa Pada tahun 2017, Ridho bertemu dengan tiga temannya, Ardiansyah, Juari, dan Mujianto, yang memiliki minat yang sama dalam bidang pertanian. Mereka sering berkumpul dan berdiskusi tentang usaha tani. Melihat potensi dan peluang yang ada, Ridho Mahathir memutuskan untuk meminjam lahan dari saudari ibunya di Desa Bendang Raya, Tenggarong. Dengan lahan seluas 1 hektar, Ridho mulai menanam 150 pohon cabai. Pada panen pertamanya, Ridho berhasil mendapatkan pendapatan yang lumayan besar, mencapai Rp 6 juta hanya dengan modal benih dan perawatan yang cukup. Keberhasilan ini membuatnya semakin bersemangat, dan bersama dengan tiga temannya, mereka menggarap lahan masing-masing seluas 1 hektar. Ridho dan kawan-kawannya menanam berbagai jenis tanaman yang disesuaikan dengan siklus tanam dan permintaan pasar, seperti sawi, tomat, dan cabai. Hasil panen yang mereka dapatkan sangat mengesankan, mencapai 10 ton dengan pendapatan mencapai Rp 60 juta. Pendapatan yang berhasil diraih oleh Ridho Mahathir dan kawan-kawannya juga tidak terlepas dari upaya mereka dalam mengelola pemasaran hasil panen. Mereka menjual produk pertanian mereka tidak hanya di Tenggarong, tetapi juga di Samarinda, Balikpapan, Bontang, Banjarmasin, dan bahkan Palu di Sulawesi. Dengan pendapatan yang telah ia peroleh, Ridho Mahathir berhasil membangun rumah, membeli dua tanah kaveling di Tenggarong, serta memperluas lahan pertaniannya menjadi 3 hektar. Dia juga telah memiliki dua sepeda motor. Dia menganggap semua ini sebagai bukti bahwa sektor pertanian memiliki potensi yang menjanjikan. Ridho tidak melupakan persoalan regenerasi petani yang menjadi perhatiannya. Bersama dengan teman-temannya, dia mendirikan perkumpulan petani muda di Desa Bendang Raya, Tenggarong. Mereka berusaha menghilangkan stigma bahwa pertanian tradisional tidak menguntungkan dan menyadarkan generasi muda bahwa pertanian juga dapat modern dengan adanya teknologi yang mendukung. Data terakhir dari Badan Pusat Statistik (BPS) Kalimantan Timur menunjukkan bahwa di Kutai Kartanegara terdapat 68.384 petani. Dari jumlah tersebut hanya sedikit petani yang berusia di bawah 25 tahun. Kurang lebih hanya 529 orang atau 0,77 persen dari total petani di Kukar. Hal ini menunjukkan pentingnya perhatian terhadap regenerasi petani, terutama pada kelompok usia muda, untuk memastikan kelangsungan pertanian di masa depan.

  • Budidaya Tanaman Hortikultura di Bulan Juli: Tips dan Trik

    Hortikultura merupakan cabang pertanian yang berfokus pada tanaman pekarangan, termasuk buah-buahan, sayur-sayuran, dan tanaman hias. Subsektor hortikultura merupakan komponen penting dalam pembangunan pertanian, baik untuk memenuhi kebutuhan pasar domestik maupun sebagai komoditas ekspor yang dapat menghasilkan devisa. Produk hortikultura tidak hanya memenuhi kebutuhan pangan, tetapi juga memiliki manfaat untuk kesehatan, estetika, dan lingkungan hidup. Namun, tantangan seperti pasar bebas dan perubahan iklim perlu segera dihadapi untuk memastikan pertumbuhan dan perkembangan produk hortikultura di Indonesia. Komoditas hortikultura memiliki nilai ekonomi yang tinggi dan permintaan pasar yang besar. Direktorat Jenderal Hortikultura mencakup berbagai jenis komoditas hortikultura seperti buah-buahan, sayur-sayuran, tanaman obat, dan florikultura. Hortikultura juga dapat dilakukan di dalam rumah dengan menanam tanaman di kebun pribadi. Memiliki rumah yang luas memberikan kesempatan untuk menanam tanaman hortikultura dan melakukan berbagai kegiatan terkait. Nah, bulan Juli ini, adalah waktu yang tepat untuk melakukan budidaya tanaman hortikultura. Cuaca yang hangat dan kondisi lingkungan yang menguntungkan akan membuat pertumbuhan tanaman hortikultura dengan baik. Bagi Anda yang tertarik untuk mulai mengembangkan kebun atau taman hortikultura, berikut adalah beberapa tips dan trik yang dapat membantu Anda dalam proses budidaya di bulan Juli. 1. Sesuaikan dengan iklim tempat tanam Pastikan memilih tanaman yang sesuai dengan kondisi iklim dan lingkungan tempat tinggal Anda. Beberapa tanaman hortikultura yang cocok untuk ditanam di bulan Juli antara lain cabai, terong, bayam, kangkung, kacang panjang, dan mentimun. Lakukan penelitian terlebih dahulu mengenai kebutuhan tumbuh kembang tanaman tersebut. 2. Persiapan tanah Sebelum menanam bibit, pastikan tanah sudah siap untuk menunjang pertumbuhan tanaman. Lakukan penyiangatan dan penggemburan tanah untuk memperbaiki struktur dan memperkaya kandungan nutrisinya. Anda juga dapat menambahkan kompos atau pupuk organik untuk meningkatkan kesuburan tanah. 3. Penuhi kebutuhan air Pada bulan Juli, suhu udara yang cenderung panas dapat menyebabkan tanah cepat mengering. Oleh karena itu, pastikan Anda melakukan penyiraman yang cukup untuk menjaga kelembaban tanah. Namun, perhatikan juga agar tidak terjadi genangan air yang berlebihan, karena dapat memicu timbulnya penyakit pada tanaman. 4. Pemupukan Pemberian pupuk secara teratur sangat penting untuk memenuhi kebutuhan nutrisi tanaman. Gunakan pupuk dengan kandungan yang sesuai, baik itu pupuk organik maupun pupuk anorganik. Pastikan Anda mengikuti petunjuk pemakaian yang tertera pada kemasan pupuk tersebut. 5. Perhatikan potensi hama dan penyakit Hama dan penyakit merupakan masalah umum dalam budidaya tanaman hortikultura. Lakukan pemantauan secara rutin terhadap tanaman Anda untuk mendeteksi adanya serangan hama atau penyakit. Jika ditemukan gejala yang mencurigakan, segera ambil tindakan pengendalian yang sesuai, seperti penggunaan insektisida organik atau fungisida. 6. Pemangkasan Pemangkasan tanaman dapat dilakukan untuk menjaga bentuk dan kesehatan tanaman. Pemangkasan juga membantu mempromosikan pertumbuhan yang lebih baik dan mengurangi risiko terjadinya penyakit. Pastikan Anda menggunakan alat pemangkasan yang tajam dan steril untuk menghindari penyebaran penyakit. 7. Masa panen Beberapa tanaman hortikultura dapat dipanen dalam waktu relatif singkat setelah penanaman, seperti bayam dan kangkung. Ketika tanaman telah mencapai tahap kematangan yang tepat, Lakukan pemanenan secara hati-hati. Gunakan alat yang bersih dan pastikan tanaman dipanen pada waktu yang tepat agar mendapatkan hasil yang maksimal. Selama proses budidaya, penting untuk mencatat perkembangan tanaman, jadwal pemupukan, dan perubahan cuaca.

  • Biotron, Inovasi Kementan Atasi Kelangkaan Pupuk

    Guna memulihkan kualitas kesuburan tanah, Kementerian Pertanian meluncurkan inovasi Biochar three in one atau Biotron. Inovasi Biotron Kementan ini bertujuan untuk menyuburkan kembali lahan pertanian di Indonesia yang sudah semakin terdegradasi. Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo (Mentan SYL) mengatakan dua persen dari tujuh juta hektare tanah sudah mengalami degradasi. Turunnya tingkat kesuburan tanah dipicu oleh tingginya penggunaan pupuk di kalangan petani yang tidak berimbang. "Kita sudah mengalami degradasi kualitas tanah, terutama di Jawa. Oleh karena itu, untuk menyuburkan kembali tanah kita, salah satunya melalui pupuk organik yang mau atau tidak harus kita lakukan,” ungkap Mentan Syahrul. Keberadaan Biotron, menurut Mentan Syahrul, akan dapat menjadi solusi di tengah kondisi harga pupuk yang mahal dan terbatasnya anggaran pemerintah untuk subsidi. Biotron berfungsi menyediakan oksigen, air dan nutrisi. Keberadaan Biotron nanti akan menjadi rumah bagi mikroba penyubur tanah. Lalu ditambah pupuk organik yang akan membantu memperbaiki struktur dan PH tanah, kemudian agen hayati berfungsi mengendalikan organisme pengganggu tanaman. Baca juga: Inovasi Biosaka Petani Milenial Dipamerkan di PENAS XVI Padang Kementan Kembangkan Varietas Tanaman Pangan Tahan Cuaca Ekstrem Sebagai sebuah terobosan cemerlang dari Kementan, Biotron diikutsertakan dalam Kompetisi Inovasi Pelayanan Publik (KIPP) Kementerian Pendayagunaan Aparatur Negara Reformasi Birokrasi (KEMENPAN-RB) pada hari Selasa, 27 Juni 2023 di Jakarta. Kehadiran Biotron dalam KIPP dalam rangka menjawab tantangan pembangunan pertanian, climate change, degradasi lahan, saprodi terbatas, pupuk kimia mahal, produksi tidak efisien dan menurun. "Biotron hadir sebagai solusi di saat pupuk kimia mahal, biotron berfungsi menyediakan oksigen, menyediakan air, menyediakan nutrisi, menyediakan rumah bagi microba penyubur tanah, memperbaiki struktur dan PH tanah, mengendalikan OPT dan meningkatkan hasil tanaman," Kepala Badan Penyuluhan dan Pengembangan Sumber Daya Manusia Pertanian (BPPSDMP) Dedi Nursyamsi. Biotron merupakan hasil inovasi dari Balai Besar Pelatihan Pertanian (BBPP) Binuang, Kalimantan Selatan. Dari hasil uji coba, penggunaan Biotron terbukti mampu meningkatkan hasil tanaman. Implementasi biotron harus diberikan secara bertahap sebanyak 6-7 ton per tahun (3 musim) sehingga dalam tiga tahun tercapai dosis optimal 20 ton/ha dan mampu mengurangi pupuk kimia 40-50 persen. Diperkirakan, apabila pemerintah harus mengalokasikan pupuk subsidi tahun 2023 sebanyak 9,01 juta ton (Rp 20,7 triliun), maka penggunaan Biotron akan mampu menghemat pupuk subsidi sebanyak Rp 8,28 triliun hingga Rp 10,35 triliun. Rencananya Biotron akan segera diproduksi secara massal dan diimplementasikan di dalam program Genta Organik yang ada di seluruh pelosok Indonesia.

  • Petani Milenial Jadi Tulang Punggung Pertanian Masa Depan

    Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo (Mentan SYL) menyebut bahwa petani milenial adalah tulang punggung pertanian masa depan. Untuk itu, melalui Kementan, dirinya terus mendorong petani milenial untuk membangun sektor pertanian secara masif dan berkelanjutan. Petani milenial tak perlu khawatir terkait permodalan, karena pemerintah telah menyiapkan program KUR sebagai dukungan terhadap jalannya usaha pertanian. “Jika banyak petani milenial yang berhasil akses KUR, tentunya usahanya akan lebih berkembang. Jika usaha lebih berkembang, akan tercipta ketahanan pangan nasional," ujar Mentan Syahrul, Rabu (14/6/2023). Petani muda yang tergabung dalam "Cocok Pangan Project" telah membuktikan kesuksesan dalam mengembangkan pertanian hidroponik dengan fokus pada komoditas Selada. Selama dua tahun terakhir, mereka berhasil memanen Selada secara rutin setiap hari, bahkan melewati musim hujan dan kemarau, dengan produksi rata-rata 15-20 kg per hari. Dengan kapasitas produksi yang luar biasa, Cocok Pangan mampu menghasilkan hingga setengah ton Selada hidroponik setiap bulannya, meskipun hanya menggunakan lahan seluas 200 meter persegi. Dicky, salah satu anggota Cocok Pangan Project, mengungkapkan bahwa teknologi pertanian modern memungkinkan mereka untuk mengoptimalkan ruang dan mencapai produksi yang konsisten jika disiplin. "Keuntungan pertanian modern salah satunya itu. Intervensi teknologi memungkinkan kita bisa mengoptimalkan ruang. Juga bisa produksi rutin, seperti mesin, asalkan mau disiplin," kata Dicky. Saat ini, Cocok Pangan mengelola dua greenhouse dengan kapasitas produksi lebih dari 6.000 lubang tanam di Desa Kasreman, Kecamatan Geneng, Kabupaten Ngawi, Jawa Timur. Untuk pembiayaan proyek pertanian hidroponik ini, mereka memanfaatkan program Kredit Usaha Rakyat (KUR) yang memberikan akses kredit untuk membangun greenhouse dan instalasi hidroponik. "Kami manfaatkan dana KUR. Prosesnya mudah kok, dan bunganya rendah, apalagi waktu itu ada program khusus pandemi, jadi lebih terjangkau," katanya. Ketersediaan akses pembiayaan yang mudah mendorong Cocok Pangan untuk terus berkembang, terutama karena peluang pasar yang masih luas. Mereka berencana untuk menambah jumlah greenhouse dan bahkan bercita-cita menjadi skala industri. Dicky meyakini bahwa masa depan pertanian terletak pada pendekatan modern dengan konsep pertanian-industri, yang memungkinkan produksi pertanian yang berlimpah dengan lahan yang minim dan dapat mengurangi dampak perubahan cuaca. Pertanian hidroponik modern memanfaatkan pendekatan ilmiah, teknologi, tata laksana yang presisi, repetisi, dan skala yang masif. Dengan mengadopsi konsep industri dalam pertanian, Cocok Pangan berharap dapat membawa pertanian ke tingkat yang lebih maju dan memberikan produksi pertanian yang berkelanjutan, tidak tergantung pada fluktuasi cuaca.

  • Antisipasi Krisis Pangan El Nino, Ini Target Stok Pangan Nasional 2023

    Kementerian Pertanian terus mengupayakan penggenjotan produksi komoditas pangan prioritas, dalam rangka menjaga stok pangan nasional untuk menghadapi El Nino. Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo (Mentan SYL) menargetkan untuk 2023 produksi beras bisa mencapai 54,5 juta ton, kemudian jagung mencapai 23,05 juta ton, kedelai 370 ribu ton, bawang merah 1,71 juta ton, bawang putih 45 ribu ton dan cabai sebesar 2,93 juta ton. Hal itu antara lain disampaikan Mentan SYL saat rapat dengan Komisi VI DPR RI di Jakarta, Selasa (13/6). Adapun target hingga tahun 2024, Mentan Syahrul menargetkan produksi beras bisa mencapai 55,42 juta ton, cabai mencapai 3 juta ton, jagung 23,34 juta ton, bawang merah 1,74 juta ton, kopi 818 ribu ton, kelapa 2,9 juta ton dan bawang putih 45 ribu ton. Selanjutnya, kedelai 340 ribu ton, tebu 39,45 juta ton daging ayam 4,00 juta ton, daging sapi/kerbau 405.440 ton kopi 818 ribu ton, dan kakao 649 ribu ton. Syahrul menjelaskan pihaknya telah menyiapkan beberapa langkah antisipatif untuk menghadapi kekeringan lahan. Diprediksi ratusan ribu lahan pertanian Indonesia akan terkena imbas kekeringan sebagai dambak dari El Nino yang puncaknya bakal terjadi di semester dua tahun ini. Selain membahas antisipasi menghadapi El Nino, dalam rapat kerja dengan Komisi IV DPR, Mentan SYL juga mengajukan pagu indikatif untuk tahun anggaran 2024 sebesar Rp 14,66 triliun. Syahrul menyampaikan prioritas penganggaran 2024 Kementan akan berfokus pada empat program yaitu ketersediaan, akses dan konsumsi pangan berkualitas; nilai tambah dan daya saing industri; pendidikan dan pelatihan vokasi; serta dukungan managemen. “Pagu Indikatif ini telah disampaikan kepada Kementerian Keuangan," ujar politisi Partai NasDem tersebut.

bottom of page