top of page

Search Results

328 results found with an empty search

  • Penyanggah IKN, Kalbar Harus Siap Transformasi Pertanian

    Provinsi Kalimantan Barat (Kalbar) menjadi daerah penyanggah Ibu Kota Negara (IKN) di Kalimantan Timur (Kaltim). Secara tidak langsung Kalbar akan terdampak pembangunan ibu kota baru tersebut khususnya di bidang pertanian dan ketahanan pangan. Untuk itu, Direktur Pengolahan dan Pemasaran Hasil Tanaman Pangan (PPHTP) Kementerian Pertanian RI, Batara Siagian menyebut Provinsi Kabar harus siap menghadapi transformasi di bidang pertanian seiring meningkatnya kebutuhan pangan di wilayah IKN. Ada pun bentuk transformasi pertanian yang harus diperhatikan adalah terkait penguatan usaha pertanian, peredaran dan kebutuhan pasokan pangan yang akan meningkat terutama beras di wilayah Kalbar yang menjadi daerah penyanggah IKN. "Adanya IKN nanti Kalbar akan dihadapkan pada penguasaan perdagangan terutama di sektor pangan. Komoditas menjadi hal yang penting. Nah, perlu antisipasi dan lainnya bagaimana suplai dan stok beras harus bisa dijaga," dia menjelaskan. Sementara itu, produksi pangan di Provinsi Kalbar sendiri terus mengalami peningkatan bahkan surplus dalam memproduksi padi dan beras. Kepala Dinas Tanaman Pangan dan Hortikultura Provinsi Kalbar, Florentinus Anum mengatakan luas lahan di Kalbar mencapai 242.973 hektare dengan jumlah produksi mencapai 1,26 juta GKG atau 890 ribu ton beras pada 2023. “Kebutuhan beras tahun lalu dari 5,4 juta penduduk mencapai 514 ribu ton maka ada surplus capai 316 ribu ton. Kami akan terus memaksimalkan capaian untuk pembangunan pertanian di Kalbar," kata dia. Sedangkan untuk 2023 sendiri, Provinsi Kalbar disebut oleh Menteri Dalam Negeri RI surplus beras hingga Maret 2023 sesuai dengan prediksi dan di lapangan. "Dalam rapat koordinasi pengendalian inflasi nasional, Kalbar dinyatakan bagian dari 16 provinsi yang dinyatakan surplus beras hingga Maret 2023," jelasnya. Menurutnya di periode Januari - Maret ada 167 ribu hektare luas lahan dipanen. Dari luas tersebut diproyeksikan 483 ribu ton Gabah Kering Giling (GKG) atau setara 317 ribu ton beras. “Sedangkan untuk kebutuhan beras Januari - Maret 2023 dari 5,4 juta penduduk Kalbar sebesar 137 ribu ton beras. Artinya memang ada surplus 180 ribu ton beras di Kalbar," pungkasnya.

  • Strategi Kementerian Pertanian Dongkrak Produksi Karet Nasional

    Melalui Direktorat Jenderal Perkebunan, Kementerian Pertanian terus berupaya meningkatkan produksi karet nasional. Salah satu upaya yang dilakukan adalah melakukan pengendalian penyakit gugur daun secara merata di seluruh Indonesia. Dirjen Perkebunan Andi Nur Alamsyah mengatakan pengendalian gugur daun perlu dilakukan agar komoditas karet tetap menjadi komoditas unggulan mengingat kebutuhan karet saat ini masih tinggi terutama untuk industri ban, perkakas rumah Tangga, aspal dan bahan penolong lainnya. "Pengendalian penyakit gugur daun pada tanaman karet perlu dilakukan secara merata terutama di sentra produksi yang sebagian besar berada di Sumatera dan Kalimantan," ujar Nur Alamsyah, Senin, 13 Februari 2023 dilansir dari viva.co.id. "Kita akan siapkan program dan kegiatan perlindungan tanaman karet yang lebih sustain," imbuhnya. Nur Alamsyah menambahkan komoditas karet perlu mendapatkan penguatan dalam rangka menjaga stabilitas harga karet dunia yang terus mengalami fluktuasi. Pemerintah ke depan, kata Alamsyah, akan mengimplementasi penggunaan karet alam untuk konsumsi dalam negeri seperti penyerapan aspal karet untuk Aspal. "Tetapi kami butuh support dari pelaku Industri, KemenPUPR, KemenHub dan KemenBUMN," ungkapnya. Selain itu, Kementerian Pertanian juga akan melakukan peningkatan produksi melalui penanaman bibit baru (replanting) untuk tanaman karet yang sudah tua. Dengan upaya replanting, petani dan pelaku industri karet diharapkan mampu menyerap layanan Kredit Usaha Rakyat (KUR) yang disiapkan secara terbuka. "Kita berharap petani mau menyerapnya," ujar Alamsyah. Mengutip katadata.co.id, pada 2023 dan 2024, ketersediaan karet nasional untuk dikonsumsi dalam negeri diperkirakan masih terus meningkat, masing-masing menjadi 916,59 ribu ton dan 939,36 ribu ton. Hal ini karena laju pertumbuhan produksi karet lebih tinggi dari laju pertumbuhan volume net eskpor, sementara volume impor cenderung tetap. Kementerian Pertanian mencatat, karet Indonesia menunjukkan ketersediaan yang surplus bahkan terus meningkat. Perkiraan surplus karet terus meningkat menandakan potensi ekspor karet Indonesia masih dapat ditingkatkan lagi, tetapi dengan harapan kualitas dan harga karet yang lebih baik.

  • Briket Ampas Kopi Wujudkan Inovasi Produk Perkebunan

    Briket ampas kopi merupakan produk turunan dari kopi yang punya nilai ekonomi cukup tinggi. Produk dari limbah kopi ini menjadi alternatif energi terbarukan yang ramah lingkungan di tengah krisis energi dunia. Inovasi bidang pertanian mengelola ampas kopi menjadi sumber energi baru salah satunya dilakukan oleh tiga orang lulusan kampus pertanian Politeknik Pembangunan Pertanian (Polbangtan) Bogor yaitu Dimas Aji, Dianto, dan Amar. Ketiganya pun membuat produk Café DAB’COBEAN sejak mereka masih menjadi mahasiswa di Polbangtan Bogor pada 2021. Usaha ini mampu memberi kontribusi nyata terhadap perekonomian Indonesia. “Kami termotivasi untuk meluncurkan produk briket ampas kopi, karena briket merupakan bahan bakar yang sedang tren di masyarakat saat ini. Bahkan, menjadi salah satu produk ekspor yang berkualitas dan didorong oleh rasa penasaran kami untuk mengolah limbah ampas kopi dari hasil olahan minuman yang sangat melimpah,” jelas Dimas Aji, di Bogor, Jumat (10/2/2023). Café DAB’COBEAN tidak hanya menghasilkan briket dari ampas kopi, melainkan juga kopi bubuk dan minuman kopi. Perusahaan ini mendapat ampas kopi dari kedai kopi di sekitar Bogor. Briket ini punya kelebihan di antaranya bisa bertahan sekitar 15-20 menit untuk pembakarannya. Sedangkan aromanya tidak terlalu menyengat seperti briket lain. “Reaksi dari para pecinta kopi terhadap produk briket kopi kami cukup baik dan sangat mendukung kami untuk mengembangkan produk ini agar cepat dipasarkan,” kata Dimas. Menurut Dimas, produk briket ampas kopi ini dapat meningkatkan pemasukan bagi pengusaha kopi karena target konsumen bertambah. Dia berharap produk briket ini dapat segara dilegalisasi agar pasarnya menjadi lebih luas. “Bimbingan dari ahli untuk mendapatkan kualitas terbaik, diberi bantuan dalam mempublikasi ke berbagai kalangan masyarakat, serta menjadi produk andalan dari turunan kopi Indonesia,” harap dia. Pengolahan ampas kopi menjadi briket telah dijalani sejak September 2022. Hal yang paling menginspirasi pembuatan briket kopi adalah pengelaman ketiganya dalam dunia perkopian. “Potensi dan keunggulan dari briket kopi dibandingkan dengan briket lain, yaitu bahan baku yang sangat mudah untuk di dapat dari berbagai kedai kopi di Bogor dan sekitarnya, sehingga dapat mengurangi limbah kopi di lingkungan,” tambahnya. Pengembangan produk inovatif dari turunan kopi ini sesuai dengan dorongan Dinas Perkebunan Kementerian Pertanian RI yang terus menganjurkan para pemuda untuk menjadi bagian dari pembangunan pertanian nasional, termasuk di bidang perkebunan. Dirjen Perkebunan Andi Nur Alam Syah mengatakan, sesuai arahan Mentan Syahrul Yasin Limpo (SYL) yang meminta sektor perkebunan untuk menghasilkan produk turunan perkebunan yang baru, bernilai tambah, dan berdaya saing. Mentan SYL juga mengajak generasi muda untuk ikut berpartisipasi, berkontribusi, dan berinovasi dalam meningkatkan produktivitas perkebunan. “Ini penting dan perlu dilakukan untuk meningkatkan regenerasi petani di Indonesia dan sekaligus mengenalkan produk-produk turunan perkebunan Indonesia," ungkap Andi.

  • Durian Sugihan Tumbuh Subur di Dataran Rendah Lamongan

    Kawasan pantai utara Kabupaten Lamongan, Jawa Timur punya udara yang cenderung panas karena berada di dataran rendah dan secara geografis dekat dengan laut. Kawasan ini memang kurang cocok jika ditanami durian. Tetapi itu bukan mustahil, nyatanya, di Desa Sugihan, Kecamatan Solokuro, berhasil dibudidayakan tanaman durian. Durian yang dihasilkan dari kawasan dengan udara yang panas itu ternyata juga menghasilkan rasa yang khas. Durian sugihan ternyata tidak hanya manis, tetapi juga punya karakter legit saat sudah matang. Rasa unik yang tak bisa didapat dari semua jenis durian itu membuat durian ini punya penggemarnya sendiri. Budidaya durian tidak lumrah di daerah utara Lamongan. Itu karena karakter udaranya yang panas dan cenderung kering, membuat orang tidak yakin akan menghasilkan durian yang bagus. Namun keyakinan itu berubah ketika Tatok (56) mulai mengembangkan durian 20 tahun lalu. Berkat ketekunan dan kerja kerasnya, dirinya kebun duriannya kini menjadi primadona baru pemburu durian di Jawa Timur. Kini ia mengelola sebanyak 3.000 pohon durian produktif yang siap dipanen pada Januari hingga Maret. “Kita panen antara Januari-Maret dengan harga rata-rata Rp75.000 per kilogram. Untuk satu pohon rata-rata bisa menghasilkan buah rata-rata 20 buah,” kata Tatok di Lamongan, Minggu (12/2/2023). Di Desa Sugiahan sendiri tidak ada jenis durian khas. Tatok mengembangkan berbagai jenis durian antar lain montong, masmuar, ketan, musang kuning dan duri hitam yang ia tanam di atas lahan seluas 1 hektare. "Kalau saat ini yang menjadi favorit masyarakat adalah durian jenis montong," ungkapnya. Peminat durian sugihan sangat banyak. Bahkan pembelinya rela memesan sejak buahnya masih kecil. Buah-buah yang masih muda itu kemudian dipasangi nama pemesan. Saat buahnya sudah matang, Tatok menghubungi calon pembelinya itu. "Sistem penjualan kami tidak mengirim tetapi pembeli yang datang. Biasanya calon pembeli akan memesan buah sejak buahnya kecil. Dan yang menjadi khas dari durian Sugihan ialah tidak dipanen kalau tidak jatuh sendiri dari pohonnya," katanya. Pembelinya tidak hanya warga sekitar Desa Sugihan saja, melainkan juga dari luar Lamongan seperti Bojonegoro, Mojokerto, hingga Surabaya. Durian sugihan sudah menjadi trademark baru Lamongan, sehingga diharapkan mampu memberi nilai tambah ekonomi warga setempat.

  • Tips Menanam Cabai Merah agar Panen Melimpah

    Tak bisa sembarangan menanam cabai merah. Bisa-bisa hasilnya akan mengecewakan. Butuh perawatan dan trik khusus agar mendapatkan hasil melimpah saat menanam cabai merah. Komoditas hortikultura ini termasuk tanaman yang gampang-gampang susah. Jika salah penanganan, hasilnya bisa sangat buruk dan tentu akan merugikan petani. Namun jika ditanam dengan metode yang benar, maka hasilnya akan melimpah dan membuat petani menerima hasil yang memuaskan. Apalagi bila harga cabai sedang tinggi, yang bisa mencapai lebih dari Rp100 ribu per kilogramnya. Berikut cara-cara yang harus diperhatikan saat menaman cabai merah agar mendapatkan hasil melimpah. 1. Memilih jenis cabai Cabai merah banyak jenisnya. Mulai dari yang hibrida hingga yang nonhibrida. Ada sejumlah varietas cabai merah yang dapat dibudidayakan sesuai dengan keinginan petani. Varietas itu antara lain, cabai merah keriting varietas TM 999, cabai merah teropong “Inko hot”, cabai merah biola, cabai merah varietas hor beauty, cabai merah varietas hot chili, dan sebagainya. 2. Lahan yang bagus Lahan yang bagus perlu dipersiapkan dengan baik demi mendapatkan hasil panen yang melimpah. Pertama-tama tanah harus digemburkan dan dibersihkan dari gulma dan bekas tanaman lain. Ini bertujuan agar tanaman cabai merah mendapat nutrisi yang baik dari tanah. Langkah selanjutnya adalah membuat badengan dengan lebar 100-110 cm, dengan tinggi 40-60 cm. Antara bandengan satu dengan lainnya harus berjarak 80 cm. Sedangkan panjang badengan disesuikan dengan luas parit. 3. Siapkan bibit unggul Benih cabai merah harus disemai terlebih dahulu sebelum menjadi bibit yang bisa ditanam di lahan. Langkah pertama adalah menyiapkan lahan untuk penyemaian. Siapkan pupuk kompos, sekam, tanah halus yang sudah diayak dengan perbandingan satu banding satu. Aduk media semai sampai merata dan tambahkan karbofuran sesuai dengan dosis yang dianjurkan. Media semai yang sudah siap kemudian dimasukkan ke dalam polibag dan letakkan di bawah sungkup. Selanjutnya basahi dengan air mengalir. Untuk benih cabainya, harus direndam terlebih dahulu selama tiga jam. Pilihlah benih yang tenggelam untuk ditanam di media semai. Tutup polybag yang sudah ditanam benih dengan kertas koran, kemudian siram sampai basah. Lakukan penyiraman dua kali sehari (pagi dan sore). Setelah tiga hari, koran dibuka dan lakukan penyiraman menggunakan semprotan. Bibit cabai bisa dipindah tanam setelah bibit berumur 21-24 hari setelah semai atau sudah memiliki setidaknya empat helai daun sejati. Baca juga: Cara Peremajaan Tanaman Cabai Merah yang Sudah Tua agar Kembali Subur 4. Penanaman Bibit cabai ditanam dengan jarak tanam selebar 50 x 60 cm untuk dataran rendah dan 60 x 75 cm untuk dataran tinggi. Lakukan pindah tanam pada sore atau pagi hari. Lakukan penyiraman secukupnya. 5. Perawatan Tanaman cabai merah harus disiram dengan air yang cukup. Jika tidak, maka tanaman ini akan menjadi kerdil dan buahnya kecil, bahkan akan layu dan mati. Langkah selanjutnya adalah pemupukan dengan menyiapkan ember atau tong besar ukuran 200 liter. Setelah itu, campurkan 10 kg kompos, 50 kg NPK 16-16-15, dan 10 liter air, lalu aduk campuran tersebut, dan gunakan untuk kurang-lebih 2.000 tanaman. Perlu diperhatikan juga, yaitu membersihkan gulma yang tumbuh di sekitar area tanaman karena ini akan menghambat pertumbuhan cabai merah. 6. Panen Cabai merah biasanya dipanen pada usia 75 hingga 85 hari setelah masa tanam. Waktu panen cabai merah yang tepat adalah di pagi hari, ini untuk membuat kesegaran buah cabai tetap terjaga. Sementara cara memanennya yaitu dengan cara memetik buahnya satu per satu. Pilihlah buah cabai yang benar-benar sudah berwarna merah.

  • Sukses Budidaya Anggur, Eko Suwarno Dinobatkan Sebagai Petani Milenial

    Eko Suwarno, seorang petani milenial asal Dukuh Tegalrejo, Desa Mojodoyong, Kecamatan Kedawung, Kabupaten Sragen berhasil melakukan budidaya tanaman anggur di sepetak lahan belakang rumah. Dari panen pertama pada Desember 2022, ia memetik buah anggur mencapai 200 kilogram. Eko mengembangkan kebun anggur tanah terbengkalai di belakang rumahnya, dengan jumlah tanaman mencapai 120 tanaman dengan berbagai varietas anggur. Budidaya anggur, menurut dia, mudah diadopsi dan perawatannya juga tidak sulit. Sebelumnya, dia sempat mencoba di samping rumah. Dengan enam tanaman anggur, ia bisa memanen 20 kilogram. Hal itu mendorong dirinya untuk mengembangkannya di lahan yang lebih luas. Pria berusia 40 tahun ini belajar banyak dari petani anggur di komunitas yang ia ikuti, yaitu Asosiasi Pembudidaya Anggur Sukowati (Apasi). Di sana ia belajar mengenai cara budidaya tanaman anggur dan saling tukar bibit. Ada beragam keunggulan yang membuat buah anggur di kebun milik petani yang dinobatkan sebagai Petani Milenial dan Andalan oleh Kementerian Pertanian itu terasa istimewa. Eko menuturkan budidaya anggur relatif mudah karena perlakuannya hampir sama dengan tanaman buah lainnya. Selain itu, buah anggur bisa diprogram kapan akan dibuat dan dipanen sesuai kondisi dan kebutuhan. Awal mula panen memang belum seberapa namun seiring dengan usia tanaman, produktivitasnya semakin meningkat. "Buah anggur bisa dipanen setelah 7 sampai 8 bulan dari tanam," kata Eko, dilansir dari RRI. Ia menjual hasil panen melalui Facebook dan Whatsapp dengan harga Rp 50.000 per kg untuk semua jenis anggur. Eko membangun green house sederhana dari pekarangan seluas 1000 meter persegi. Dia memilih bibit anggur jenis unggulan yang didatangkan dari Ukraina dan Israel. Ada 8 varietas buah anggur yang dia tanam di kebunnya. Di antaranya jenis Jupiter, akademik, kaldun, heliodor dan beberapa jenis lagi. Ada aneka warna anggur di kebunnya; ada yang merah, ungu, hijau, kuning dengan dominan rasa manis. Menurut Eko, tidak ada kriteria khusus untuk bisa membudidayakan anggur. Ia sendiri mengembangkan teknik pembibitan grafting, yaitu menyambungkan dua batang tanaman anggur dari varietas berbeda. “Bibit anggur lokal yang sudah adaptif dengan tanah di Indonesia atau tropis, kami sambung dengan bibit anggur impor. Penyambungannya sederhana, cukup dengan dililit plastik. Kurang lebih dua bulan, grafting tersebut sudah siap, berakar, bisa ditanam,” papar Eko. Kelebihan budidaya dengan teknik grafting adalah bisa menentukan jenis varietas yang ingin dibuat. Batang bawah dengan bibit yang sudah adaptif disambung dengan varietas batang anggur yang diinginkan. “Rasa dan ukurannya berbeda-beda,” imbuh dia. Dalam perawatan pohon anggur, Eko menggunakan pupuk organik untuk menekan biaya produksi. Kebutuhan pupuk cair untuk menekan hama dan penyakit, ia buat dari fermentasi buah mojo, karena mengandung asam cair. Kemudian ia menggunakan kotoran ternak yang digiling lalu difermentasikan untuk pupuk padat. Kegigihan Eko dalam budidaya anggur mendapat apresiasi dari Camat Kedawung, Endang Widayanti. Ia mengaku bangga dengan kiprah Eko sebagai petani milenial dan andalan yang sudah menelorkan kreasi dan inovasinya dalam bidang pertanian anggur. Endang berharap itu bisa menjadi teladan bagi generasi muda dan petani untuk berinovasi dengan teknologi pertanian yang prospeknya sangat menjanjikan. Kerja keras Eko membuktikan bahwa petani adalah pekerjaan yang mulia dan bisa ditekuni secara modern. Eko Suwarno merupakan salah satu petani milenial yang memperoleh Surat Keputusan (SK) dari Kementerian Pertanian bersama lima warga Kabupaten Sragen lainnya pada 2021 lalu. Pihak desa mendaftarkan namanya karena menjadi salah satu pelopor petani muda yang getol di bidang pertanian di tengah kebanyakan pemuda memutuskan meninggalkan pertanian.

  • Pertanian Kalbar Hadirkan Inovasi Program Smart Farming Garden

    UPT Pengawasan dan Sertifikasi Benih, Dinas Tanaman Pangan dan Hortikultura Provinsi Kalimantan Barat menghadirkan sebuah inovasi pertanian bernama Program Smart Farming Garden dalam rangka mengembangkan pertanian yang efektif, efisien dan murah, serta mudah. Kepala Dinas Tanaman Pangan dan Hortikultura Provinsi Kalbar, Florentinus Anum mengatakan kehadiran Program Smart Farming Garden menjadi inovasi untuk menjawab perubahan iklim. Dengan sentuhan teknologi perubahan iklim, budidaya tanaman pertanian dapat menyesuaikan dan beradaptasi dengan perkembangan alam. “Sudah saatnya sistem pertanian masa depan di era 4.0 mulai digalakkan," ujar Florentinus dikutip dari antaranews.com. "Saya harap hal ini disosialisasikan dengan petani dan masyarakat luas sehingga dapat diterapkan dan mampu memenuhi kebutuhan pangan," imbuh dia. Ia menjelaskan pemenuhan pangan bukan hanya tugas petani di pedesaan. Masyarakat perkotaan juga bisa ikut berkontribusi, salah satunya dengan mengaplikasikan Smart Farming Garden untuk memenuhi sayuran, tanaman rempah dan lainnya. Lebih lanjut, UPT Pengawasan dan Sertifikasi Benih, Anton Kamaruddin menjelaskan, dengan Smart Farming Garden, otomatisasi terhubung dengan internet. Ada panel atau chip yang tertanam di tanah untuk mendeteksi kelembaban air, pH tanah dan lainnya. Selain itu, terang Anton, ada juga informasi suhu, curah hujan dan lainnya termasuk cctv yang terkoneksi dengan internet. Hal ini secara otomatis melakukan pengaturan pengairan, pemupukan, aplikasi agen hayati dan lainnya yang tentunya akan cepat, mudah, dan efektif. “Dapat dikendalikan juga dengan telepon pintar," kata dia. Pihaknya bekerjasama dengan Jurusan Komputer, MIPA Universitas Tanjungpura Pontianak untuk menghadirkan Smart Farming Garden. Tahun 2023 ini, program Smart Farming Garden akan diterapkan di Kebun Benih kami di BBH Anjongan Kalimantan Barat. "Smart Farming Garden ini sarana edukasi dan pembelajaran. Semoga menginspirasi dan memberikan dampak positif bagi kita semua," ungkap dia. Smart Farming Garden diluncurkan UPT Pengawasan dan Sertifikasi Benih, Dinas Tanaman Pangan dan Hortikultura Provinsi Kalimantan Barat. Peluncuran ditandai dengan penekanan tombol di telepon pintar dan panen sayuran dari hasil uji coba yang sukses dilakukan.

  • Program YESS Kementan Bekali Petani Milenial Berbagai Skill

    Kementerian Pertanian (Kementan) bekerja sama International Fund For Agricultural Development (IFAD) menyelenggarakan Program YESS (Youth Enterpreneurship and Employment Support Service) untuk menciptakan wirausaha milenial yang tangguh dan berkualitas. Menteri Pertanian (Mentan) Syahrul Yasin Limpo (SYL) mengatakan, kaum milenial atau petani muda yang inovatif dan memiliki gagasan yang kreatif mampu mengawal pembangunan pertanian yang maju, mandiri dan modern. "Kita fasilitasi mereka, kita tingkatkan pengetahuan dan kemampuan mereka melalui pelatihan. Kita manfaatkan teknologi, alsintan, jejaring hingga pemasaran,” kata Mentan SYL, Kamis (9/2/2023). Menurut Mentan SLY, pola pikir generasi muda dalam memandang dunia pertanian harus diubah dari yang tadinya dianggap tidak menjanjikan menjadi sesuatu yang menjanjikan dan dapat menjadi peluang bisnis di masa pandemi. “Kita ubah pola pikir generasi muda bahwa pertanian itu keren, hebat, dan satu-satunya sektor yang menjanjikan terlebih di tengah pandemi ini," kata politisi Partai NasDem tersebut. Sementara itu, Kepala Pusat Pendidikan Pertanian (Pusdiktan) dan Direktur Program YESS Idha Widi Arsanti mengatakan ada beberapa faktor yang membuat para pemuda mengikuti program ini, ada yang mengikuti jejak pendahulunya ada juga yang ikut secara spontan. Program YESS sendiri memberikan sejumlah pelatihan kepada peserta, mulai literasi keuangan, teknik produksi, hingga pemasaran. Dalam kurun waktu 2019 -2025, pelaksanaan Program YESS menyasar 320.000 generasi muda di pedesaan. Selain itu, Program YESS juga menyediakan pelatihan untuk generasi milenial guna mendongkrak wirausahawan muda yang inovatif, kreatif dan unggul, Pelatihan tersebut meliputi Orientasi Karier, Promosi Pertanian, Kewirausahaan Dasar, dan Kewirausahaan Lanjut, maka para peserta diwajibkan mengikuti persyaratan yang berlaku untuk mengikuti pelatihan. Kementan terus melakukan upaya memajukan sektor pertanian dan mengajak generasi milenial untuk turut serta mengembangkan sektor pertanian. Program YESS oleh PPIU Jawa Barat ini salah satunya. Program ini terselenggara atas kerja sama Kementan melalui Badan Penyuluhan dan Pengembangan SDM Pertanian (BPPSDMP).

  • Petani Bantah Food Estate di Kalteng Gagal, Justru Untung

    Produktivitas pertanian di Kabupaten Pulang Pisau, Kalimantan Tengah (Kalteng) meningkat menjadi 4 hingga 4,5 ton per hektar (ha) dari sebelumnya hanya bisa menghasilkan 3 sampai 3,5 ton per ha berkat program Food Estate yang digagas oleh Kementerian Pertanian. Meningkatnya produktivitas pertanian itu menjadi bukti kesuksesan program tersebut sekaligus membantah tudingan bahwa program tersebut gagal. Salah satu dari Kelompok Tani (Poktan) Ulin Berkarya di Desa Garung, Jabiren Raya bernama Timang mengaku program Food Estate mampu mengubah kesejahteraan masyarakat sekitar. "Saya berani mengatakan program ini tidak gagal walau masih ada kendala. Seharusnya bertanya kepada kami para petani dulu agar tahu yang sebenar-benarnya. Saya merasakan sendiri manfaat program Food Estate ini," katanya, Rabu (8/2/2023). Bagi dia, program dari Kementan itu dapat menggerakkan roda perekonomian masyarakat dan memberi perubahan di sektor pertanian yang tadinya lesu. Timang menyebutkan, lahan karet di wilayahnya sempat terbengkalai akibat kebakaran hutan. Dengan program Food Estate, lahan yang Kementan itu berubah menjadi sawah yang dapat dimanfaatkan oleh masyarakat. Tak hanya itu, kata dia, Kementerian yang dipimpin Syahrul Yasin Lipo itu memberikan sarana pertanian secara cuma-cuma. “Kami juga mendapat pendampingan. Memang belum 100 persen sukses karena kami masih terkendala pengelolaan air yang terus menggenangi sawah sehingga tidak maksimal panennya," kata dia. Senada dengan Timang, Kepala Desa Petak Batuah Setu Raharjo yang juga seorang petani menyebut daerahnya dulu sangat kesulitan dalam mengelola lahan karena genangan air yang sulit diatasi. Namun, sejak adanya program Food Estate, infrastruktur pintu-pintu air dibangun sehingga masyarakat lebih muda melakukan kegiatan usaha tani. "Memang belum maksimal dalam pengelolaan air. Setidaknya itu sudah sangat membantu meringankan permasalahan pertanian di tempat kami,” ungkapnya. Dia meyakini, program Food Estate akan berdampak baik terhadap kehidupan masyarakat dalam jangka panjang. Dirinya menyebut, dalam 5-10 tahun ke depan dampak positifnya akan luar biasa. "Jadi kami mohon hal ini jangan dipolitisasi, jangan buru-buru mengatakan program ini gagal. Ini masih dalam proses. Dengan adanya food estate ini masyarakat juga tidak perlu pergi jauh-jauh untuk bekerja," dia berpesan. Manfaat paling nyata dari program ini, kata Setu, adalah pembangunan jalan usaha tani yang memudahkan para petani menjual hasil taninya tanpa harus menunggu transportasi yang terbilang sulit. “Saat ini, petani lebih mudah menjual hasil taninya tanpa harus menggunakan perahu getek lagi. Sejak dibangun infrastruktur jalan petani jadi lebih mudah menjual hasil panennya ke pasar atau ke daerah tetangga, seperti Kapuas," ujarnya. Setu pun mengaku heran dengan opini yang menyebut kegagalan program Food Estate di daerahnya. Dia mengaku sangat memahami program tersebut bertujuan baik untuk para petani. Dia menegaskan, para petani ingin program Food Estate dilanjutkan.

  • Berikut 5 Peluang Petani Milenial di Masa Sekarang

    Menjadi petani di usia muda agaknya masih menjadi pilihan yang kurang diminati. Itu karena beberapa orang memang tidak tahu mengenai apa saja manfaat yang bisa didapat dengan terjun ke dunia pertanian. Padahal, sektor pertanian merupakan kesempatan besar untuk sukses. Banyak peluang-peluang yang belum digarap. Potensi bisnis turunannya pun juga tak kalah menjanjikan. Ingin tahu lebih dalam mengenai peluang menjadi petani milenial? Simak ulasan berikut ini. Saingannya sedikit Sektor pertanian belum banyak digarap oleh kaula muda. Tak heran jika sektor yang sering dianggap sebelah mata ini mempunyai peluang yang sangat besar. Bayangkan, untuk menjadi pegawai di bank, Anda harus mengalahkan sekian juta orang yang ingin mendapat posisi yang sama. Namun, dengan berkiprah di bidang pertanian, bisa jadi saingan Anda hanya diri sendiri. Cocok dengan kondisi Indonesia Indonesia adalah negara agraria. Jumlah wilayah yang dapat diolah menjadi lahan pertanian dan perkebunan di Indonesia ini sangat banyak. Mulai dari dataran tinggi hingga dataran rendah. Dari cakupan wilayah itu, Indonesia mempunya potensi untuk ditanami berbagai jenis tumbuhan. Mulai dari kopi hingga sayur mayur. Semua jenis tanaman itu punya potensi penjualan yang tinggi. Kerja untuk diri sendiri Salah satu alasan orang malas bekerja sebagai karyawan adalah karena harus mengikuti kemauan atasan. Nah, menjadi petani, Anda akan lebih leluasa untuk menentukan pekerjaan. Tidak ada lagi yang akan memerintah. Target yang dicanangkan juga sesuai dengan kemampuan diri sendiri. Jadi tidak lagi bergantung pada orang lain, karena capaian dan tujuannya Anda sendiri yang menentukan. Dengan begitu, Anda akan lebih produktif menata strategi sukses. Makanan terjamin Salah satu keuntungan yang tak bisa didapat dari pekerjaan lain selain menjadi petani adalah ketersediaan bahan makanan yang melimpah. Ini karena Anda sendiri yang memproduksi makanan. Dengan begitu, Anda tidak akan terpengaruh dengan harga kebutuhan bahan makanan karena semua sudah tersedia dl ladang atau sawah yang sedang Anda garap. Peluang menjadi eksportir Indonesia terberkati sebagai negara dengan jenis tumbuhan yang melimpah. Di mana, tidak semua negara mempunyai keistimewaan itu. Dengan begitu bisa dipastikan negara lain banyak membutuhkan hasil bumi Indonesia. Itu tentu saja membuat potensi ekspor bahan pertanian kita menjadi sangat besar. Mulai dari rempah-rempah, kopi, kayu, serabut kelapa, bahkan hingga tanaman hias. So, kapan lagi bisa menjadi bos yang selalu terpenuhi kebutuhan pokoknya, sekaligus menjadi eksportir? Selamat mencoba.

  • Kreasi Kelompok Tani Santri Pangandaran, dari Budidaya Melon hingga Wisata Holtikultura

    Kelompok Tani Santri di Kabupaten Pangandaran, Jawa Barat, sukses mengembangkan budidaya melon sultan. Areanya pun disulap menjadi tempat wisata holtikultura. Masyarakat yang berkunjung, bisa memilih dan memetik langsung buah melon. Budidaya melon sultan ini dijalankan oleh para santri di Pondok Pesantren Jamanis yang terletak di Dusun Pasir Kiara, Desa Karangbenda, Kecamatan Parigi, Kabupaten Pangandaran, metrotvnews.com melaporkan. Mereka menanam pohon melon sultan di atas lahan seluas 500 meter persegi. Total ada sekitar 900 pohon melon yang ditanam. Selain menjual hasil panen melon, lokasi budidaya melon sultan ini dikembangkan menjadi area wisata holtikultura dengan menerapkan konsep green house. Inovasi ini diharapkan mampu menarik minat para pengunjung. Mayoritas pengunjung mengaku senang karena dapat memetik secara langsung dan memilih sendiri melon yang diinginkan. Dalam satu kali masa panen, mereka bisa menghasilkan satu ton melon. Melon berjenis inthanon ini memiliki kulit kuning keemasan dengan tingkat kemanisan yang lebih tinggi dan daging buah yang lebih tebal dari melon jenis lain. Selain menjadi lahan pundi-pundi rupiah budidaya melon ini diharapkan menjadi sarana edukasi bagi para santri untuk berwirausaha.

  • Petani Milenial Lamongan Berhasil Budidaya Melon Fujisawa dengan Pupuk Organik

    Sejumlah petani milenial dan kelompok tani di Desa Kembangan, Kecamatan Sekaran, Kabupaten Lamongan, Jawa Timur sukses membudidayakan buah melon jenis fujisawa melalui skema pertanian organik. Kesuksesan ini berangkat dari upaya mereka untuk lepas dari ketergantungan pada pupuk kimia. Melon fujisawa dibudidayakan oleh petani milenial Lamongan di atas sebuah lahan berukuran 13x30 meter ­­dengan sistem tanah green house lewat kerjasama dengan Pusat Pengembangan Agen Hayati Bumdes Sekarwangi desa setempat. Green house merupakan sistem lahan tertutup yang dibatasi penutup plastik, jaring atau kaca untuk menjaga stabilitas suhu ruangan, meski sinar matahari masih bisa masuk. Untuk pembuatan green house sendiri, memakan biaya Rp 100 juta lebih. Walau demikian, petani bisa memanen 2 sampai 3 kali dalam setahun. Dalam green house itu, para petani menanam 752 pohon melon jenis fujisawa. Masing-masing tanaman bisa menghasilkan 2 buah melon dengan berat rata-rata 1,8 kg dengan harga Rp 25 ribu per kg. Mereka dapat memanen melon fujisawa ketika sudah berusia 70 hari. Keunggulan melon jenis fujisawa terletak pada rasanya yang manis dan tekstur yang lembut. Meski penanaman sistem green house itu tidak memakan lahan tidak seberapa luas, namun hasilnya cukup menjanjikan. Para petani melon Fujisawa di Desa Kembangakn bisa meraup Rp 25 juta untuk sekali panen. Ketua Pusat Pengembangan Agen Hayati (PPAH) Desa Kembangan, Kecamatan Sekaran Agus Suryanto, mengatakan bahwa mereka sama sekali tidak menggunakan pupuk kimia sedikit pun mulai dari tahap semai hingga tanam dan siap panen. “Melon fujisawa ini baru pertama kalinya ditanam di Lamongan,” kata Agus dikutip dari detik.com. Agus bercerita, sejak awal para petani milenial berniat hanya memakai pupuk organik, seperti kotoran sapi atau limbah rumen yang diolah. Mereka mengandalkan pupuk buatan seperti kotoran sapi yang difermentasi dengan bahan-bahan alami seperti ekstrak kedelai. Rasa melon fujisawa tidak kalah nikmat dan segar dengan buah melon sejenis yang diimpor dari luar negeri. "Satu batang pohon melon menghasilkan dua buah," imbuhnya. Mendapat Dukungan dari Pemerintah Bupati Lamongan Yuhronur Efendi mengatakan, tanaman melon jenis fujisawa baru pertama kali ada di Kabupaten Lamongan. Keunggulan dari buah yang dihasilkan terasa lebih nikmat dan juga sehat dibanding dengan melon yang ditanam menggunakan pupuk kimia. Yuhronur mengaku bangga dengan inovasi yang dilakukan oleh petani milenial di Desa Kembangan ini. Tidak sekadar ketekunan dan keberhasilan membudidayakan komoditas pertanian berbeda, mereka berani membuat pilihan baru di tengah mahalnya harga pupuk dari pemerintah saat ini. Rencananya, Pemkab Lamongan akan terus mendorong para petani millenial agar bisa berinovasi di bidang pertanian. "Ini juga bisa menjadi lokasi wisata petik buah. Selain itu, melon fujisawa mempunyai berbagai macam keunggulan terutama soal rasa," pungkas Yuhronur dikutip dari idntimes.com. Kesuksesan budidaya melon fujisawa pertama di Lamongan ini diharapkan mampu mendorong para petani milenial di daerah lain agar terus berinovasi di bidang pertanian. Potensi besar budidaya melon fujisawa secara ekonomi turut mendorong semangat petani lain di desa itu. Banyak warga Desa Kembangan yang awalnya suka merantau, akhirnya memilih bertahan untuk menanam melon sistem green house.

bottom of page